Kegiatan susur sungai dari Yayasan Khatulistiwa Respon Tim di Stasiun BNI City, Jakarta Pusat, Minggu (16/11/2025). Foto: Zamachsyari/kumparanPagi di Jalan Sudirman biasanya selalu dipenuhi langkah cepat para pekerja, deru kendaraan, dan ritme ibu kota yang tak pernah tidur. Namun tepat di sebelah Stasiun BNI City, ada satu ruang yang berbeda, hening, berkilau, dan memantulkan wajah langit Jakarta; aliran Banjir Kanal Barat.Di titik ini, tiap dua minggu sekali, sungai bukan hanya sekadar aliran air, melainkan halaman baru untuk belajar, bermain, dan kembali mengenal kota.Kegiatan menyusuri sungai ini diinisiasi Yayasan Khatulistiwa Respon Tim, sebuah gerakan kecil yang telah berjalan selama empat tahun terakhir. Agenda mereka sederhana, yaitu susur sungai, edukasi sungai, dan mengajak warga untuk kembali melihat air sebagai bagian penting dari kehidupan kota.Kegiatan susur sungai dari Yayasan Khatulistiwa Respon Tim di Stasiun BNI City, Jakarta Pusat, Minggu (16/11/2025). Foto: Zamachsyari/kumparanGratis Tanpa Pungutan BiayaSemuanya gratis, tanpa pungutan, hanya mengandalkan donasi sukarela yang bisa disalurkan melalui rekening resmi yayasan. Pengumuman kegiatan biasanya muncul di Instagram @responseteam.id.Pendiri Yayasan Khatulistiwa Respon Tim, Ade Kocil (45), mengatakan upaya mereka berangkat dari harapan yang sederhana."Kebetulan saya salah satu pendiri dari Yayasan Khatulistiwa Respon Tim. Kita ngadain kegiatan edukasi sungai ini dengan harapan sungainya ke depan bisa jauh lebih baik dan bisa dimanfaatkan untuk masyarakat. Salah satunya dengan diaktifkan kembali transportasi air dengan menggunakan perahu karet atau kapal yang lebih kecil dibanding yang dahulu," kata Ade saat diwawancarai kumparan di lokasi, Minggu (16/11)Baginya, mimpi itu bukan mustahil. Ia membayangkan sungai-sungai Jakarta kembali ramai oleh kapal-kapal kecil yang menjadi angkot air."Kita bisa bayangin kalau kapal-kapal ini kayak jadi angkot di jalan raya banyak tapi memang aktif bulak-balik nganterin masyarakat yang mau berangkat kerja atau pulang kerja. Karena terkoneksi dengan stasiun kereta api Manggarai, Sudirman, termasuk dengan LRT dan MRT. Kayaknya cukup efektif jika dimanfaatkan kembali oleh Pemda," ujarnya.Kegiatan susur sungai dari Yayasan Khatulistiwa Respon Tim di Stasiun BNI City, Jakarta Pusat, Minggu (16/11/2025). Foto: Zamachsyari/kumparanAde menyampaikan harapan untuk Pemerintah Provinsi Jakarta dan sektor swasta agar dana CSR perusahaan dialihkan untuk lingkungan sekitar."Kalau untuk Pemprov, alhamdulillah sudah ada support dari Suku Dinas Air, terus lingkungan hidup, cuman mungkin minta untuk ke swasta untuk ikut berpartisipasi CSR-nya terhadap lingkungan di sekitarnya, khususnya Jakarta, di bantaran sungai yang akan kita gunakan untuk transportasi air," katanyaPengunjung yang ingin merasakan sensasi menyusuri sungai cukup datang ke Jakarta Creative Zone Riverview by jxb, persis di samping Stasiun BNI City. Di sana, relawan menyambut dengan senyum ramah sambil membagikan helm dan pelampung. Sebuah ritual kecil sebelum petualangan dimulai. Satu perahu karet menampung enam hingga delapan orang.Saat perahu perlahan meninggalkan dermaga kecil, kota terasa berubah. Gedung-gedung menjulang di kejauhan tampak seperti penjaga sunyi, sementara air sungai memantulkan keberanian untuk terus hidup meski sering menerima sampah dan limbah.Kapten kapal kegiatan susur sungai dari Yayasan Khatulistiwa Respon Tim Fajar Raditya (23) di Stasiun BNI City, Jakarta Pusat, Minggu (16/11/2025). Foto: Zamachsyari/kumparanKapten perahu membuka percakapan, dan pengunjung bebas bertanya apa pun, tentang sungai, ekosistemnya, atau sekadar sejarah kecil yang jarang terdengar. Semua dibalas ramah."Biasanya kita jelasin sih gimana biar enggak buang sampah, gimana sih cara sampah-sampahnya ini dibersihin. Ini sampahnya lagi naik juga nih lagi banyak. Berarti di Pintu Air Manggarai lagi dibuka nih sampahnya jalan pada kebawa kemari," kata Kapten Kapal, Fajar Raditya.Fajar adalah mahasiswa semester tiga jurusan manajemen bisnis. Di tengah kesibukannya, ia memilih menghabiskan akhir pekan untuk menjaga sungai."Iya volunteer. Kita biasanya rutin susur sungai, gimana edukasi sama warga tuh ngambil-ngambil sampah di sungai," ujarnya.Menurutnya, animo warga sangat antusias untuk ikut menyusuri sungai meskipun rutenya tidak terlalu jauh."Alhamdulillah rame, tiap CFD banyak sih. Pada ngantre. Biasanya sih anak-anak kecil yang pada antusiasnya penasaran," terang dia.Di tengah hiruk pikuk Sudirman, perahu-perahu kecil itu bergerak pelan, membawa pesan sederhana bahwa kota yang baik tak hanya dibangun dari gedung dan jalan raya, tetapi juga dari air yang dihormati dan dijaga. Di Banjir Kanal Barat, harapan itu terus berlayar, pelan, tapi pasti.