Direktur Pengembangan Usaha Inalum, Arif Haendra. Foto: Dok. Humas KemenperinPT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) memproyeksikan harga aluminium global akan kembali ke level normal pada kisaran USD 2.600 sampai USD 2.700 per ton pada tahun depan. Direktur Pengembangan Usaha Inalum, Arif Haendra, mengatakan saat ini masih terdorong oleh faktor eksternal yang bersifat anomali.“Aluminium tahun depan saya kira masih akan bertengger seperti saat ini. Harga naik karena ada tembaga dan beberapa hal yang sebenarnya tidak biasanya. Ada anomali. Nanti kalau normal akan kembali di sekitar USD 2.600-USD 2.700 (per ton), ” kata Arif usai diskusi Forum Wartawan Industri (Forwin) di Bogor, Jawa Barat, Jumat (14/11).Dia membeberkan saat ini harga aluminium masih berada di angka USD 2.800 per dolar AS. Penyebabnya adalah melonjaknya harga tembaga.Dia kemudian memproyeksi kenaikan harga tersebut berdampak langsung terhadap pendapatan dan laba Inalum. Arif menghitung, kenaikan dari level proyeksi USD 2.600 atau USD 2.700 ke USD 2.800 per ton, bisa memberikan tambahan margin sekitar 5 persen. Hal ini karena selama variabel biaya tidak berubah, kenaikan harga komoditas langsung terkonversi menjadi peningkatan kinerja finansial.“Ya bagus lah pasti naik lah. Kalau persentasenya, kalau dari proyeksi USD 2.700 ke USD 2.800, berarti kan 100/27, ya naik 5 persen, 5 persenan. Karena kan tidak menambah biaya,” jelasnya.Inovasi Dorong Industri HijauInalum menggelar Technology Innovation Seminar (TIS) 2025. Foto: InalumSaat ini, Inalum juga tengah dalam upaya mencari inovasi-inovasi baru yang bisa mendorong transformasi menuju operasi industri yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Salah satunya dengan menggelar Technology Innovation Seminar (TIS) 2025 dengan tema Sharpening Competitiveness for a Sustainable and Green Smelter.Direktur Operasi Inalum, Ivan Emirsyam mengatakan TIS kali ini melibatkan 166 peserta dalam 73 tim inovasi. Beberapa produk inovasi TIS telah diaplikasikan dalam operasional perusahaan, di antaranya dalam operasional peleburan, Inalum telah melakukan upgrading tungku 2 dari 195kA menjadi 235kA. Langkah ini meningkatkan produksi molten metal sebesar 110 ton/tungku setiap tahunnya yang setara dengan peningkatan pendapatan.Selain itu ada juga modifikasi turbin, Rod Straightening Machine, Konversi BBM ke Gas Alam, dan Upgrading Cover Pot. “Melalui inovasi, kita menajamkan daya saing, meningkatkan efisiensi, serta memperkuat komitmen terhadap keberlanjutan dan green industry. Dari TIS, lahir gagasan-gagasan yang membawa INALUM selangkah lebih maju menuju standar global," ujar Ivan.Sejak pertama kali digelar pada 2005, TIS telah menjadi wadah utama bagi insan Inalum untuk menyalurkan ide, kreativitas, dan semangat perbaikan berkelanjutan. Tahun ini, penyelenggaraan TIS menjadi lebih inklusif dengan melibatkan pegawai Inalum dan seluruh anak perusahaan, memperkuat kolaborasi lintas bidang dan memperluas cakupan inovasi di seluruh ekosistem perusahaan."Penyelenggaraan TIS 2025 menegaskan langkah Inalum dalam memperkuat budaya inovasi dan terus menajamkan daya saing untuk mewujudkan visi besar perusahaan menjadi pionir industri aluminium nasional yang berkelas dunia," tambahnya.