Komdigi Sebut Kerugian dari Penipuan via SMS dan Telepon Capai Rp 7 Triliun

Wait 5 sec.

Ilustrasi penipuan online melalui SMS. Foto: Abil Achmad Akbar/kumparanDirjen Ekosistem Digital Kementerian Komdigi, Edwin Hidayat Abdullah, menyebut sebesar 65 persen pengguna seluler mendapatkan SMS hingga telepon penipuan minimal satu minggu sekali pada tahun 2024.Menurutnya, banyak di antara 65 persen pengguna seluler itu termakan bujuk rayu penipu, sehingga total kerugian dari penipuan mencapai Rp 7 triliun pada tahun 2025.“Yang kena ada yang report, dan ada yang tidak report. Tapi so far tahun ini aja, yang sudah mereport terjadinya loss dan scam ini sampai Oktober itu Rp 7 triliun. Bayangkan Rp 7 triliun,” ucap Edwin di kantor Kementerian Komdigi, Jakarta Pusat pada Jumat (14/11).Dirjen Ekosistem Digital Kemkomdigi, Edwin Hidayat Abdullah di Kantor Kemkomdigi, Jakarta Pusat pada Jumat (14/11). Foto: Abid Raihan/kumparanMenurut Komdigi, dari Rp 7 triliun itu, hanya sekitar 5,4 persen yang berhasil dikembalikan.“Banyak sekali. Total kerugian 7 triliun dan 367,5 miliar. Yang berhasil dikembalikan itu cuma 367 (miliar),” ucap Edwin.“Jadi kalau duit kita sudah kena scam, probability untuk kembalinya itu berhasil selama ini cuma 5,4 persen,” tambahnya.Data ini menurut Komdigi sudah mengkhawatirkan. Komdigi tengah mempersiapkan langkah-langkah kebijakan untuk mengurangi potensi kerugian dari penipuan berbasis seluler ini.“Caranya bagaimana? Dalam waktu dekat nanti akan Ibu Menteri sendiri yang akan mengumumkan mereka diminta untuk membangun infrastruktur ataupun anti-scam teknologinya mereka,” ucap Edwin.“Jadi untuk menindunginya jangan sampai spam call yang menggunakan masking, nomor-nomor yang dimasking. Sekarang ada trendnya nih masking jadi pakai nomor dalam negeri pakai teknologi SIP trunking keluar masuk lagi dengan nomor yang ter cover melalui MSS. Nah, ini yang mereka diminta untuk develop ini,” tambahnya.Petugas merapikan barang bukti jelang konferensi pers capaian desk pemberantasan perjudian daring dan desk keamanan siber dan perlindungan data di Kantor Komdigi, Jakarta, Kamis (21/11/2024). Foto: Fauzan/ANTARA FOTOPemicu Marak Penipuan SMS dan TeleponKomdigi mengatakan, salah satu penyebab besar terjadinya penipuan seluler ini adalah mudahnya membuat nomor baru di Indonesia. Sehingga, Komdigi tengah mempersiapkan kebijakan membuat nomor baru menggunakan face recognition.“Kerja sama dengan Dukcapil, apakah akan segera dijalankan. Insya Allah, iya. Sekarang kita dalam proses konsultasi publik,” ucap Edwin.“Dengan itu kita lebih membuat pemilik handphone ini nomor itu lebih bertanggung jawab. Kalau dulu minjemin KTP, kartu keluarga kan gampang saja,” tambahnya.“Tapi kalau dengan minjemin muka kan lain. Orangnya harus datang. Tapi insya Allah nggak ada orang Indonesia yang seperti itu. Nah ini kita membuat, karena saya bilang sama Opsel, sama tiga operator kita. Ultimately kita harus memperkuat business responsibility, protect our customer. Nah itu yang paling penting karena dia menyangga business cellular ini,” tandasnya.