Studi: Deteksi Risiko Demensia Lewat Kondisi Jantung

Wait 5 sec.

Ilustrasi jantung (Foto: Freepik/Freepik)JAKARTA - Sebuah studi terbaru yang dipimpin peneliti dari University College London (UCL) menemukan orang yang menunjukkan tanda-tanda kerusakan jantung saat berada di usia paruh baya memiliki risiko lebih tinggi mengalami demensia ketika mereka menua.Penelitian yang dipublikasikan di European Heart Journal dan didanai oleh British Heart Foundation ini menunjukkan orang dengan kadar protein bernama troponin I yang lebih tinggi dalam darah, meski tidak memiliki gejala serangan jantung tapi lebih berpotensi mengalami demensia di kemudian hari. Dilansir dari laman News-Medical.net, peneliti menemukan kadar troponin yang lebih tinggi pada mereka yang akhirnya didiagnosis demensia hingga 25 tahun sebelum gejala muncul.Troponin adalah protein yang dilepaskan ke aliran darah ketika otot jantung mengalami kerusakan. Biasanya dokter memeriksa kadar yang sangat tinggi untuk mendeteksi serangan jantung. Namun kadar troponin yang sedikit meningkat tanpa gejala apa pun dapat menunjukkan adanya kerusakan jantung yang diam-diam berjalan terus-menerus.Kerusakan jantung ini dapat memengaruhi kesehatan pembuluh darah dan aliran darah ke otak yang pada akhirnya berpotensi memicu demensia.Studi ini melibatkan hampir 6.000 peserta dari Whitehall II Study, sebuah penelitian besar yang mengikuti para pekerja pelayanan sipil Inggris sejak 1985. Semua peserta menjalani tes troponin sensitif tinggi saat mereka berusia 45–69 tahun. Tidak ada peserta yang memiliki penyakit jantung atau demensia saat tes pertama dilakukan.Selama lebih dari 25 tahun, peserta rutin menjalani tes untuk mengukur kemampuan berpikir, ingatan dan pemecahan masalah. Hasilnya sebanyak 695 peserta akhirnya didiagnosis demensia. Mereka yang mengidap demensia ternyata memiliki kadar troponin lebih tinggi jauh sebelum diagnosis ditegakkan, mulai dari 7 hingga 25 tahun sebelumnya.Orang dengan kadar troponin tertinggi pada awal studi memiliki risiko 38% lebih besar mengalami demensia dibandingkan mereka dengan kadar terendah.Setelah memperhitungkan faktor-faktor seperti jenis kelamin, etnis, dan tingkat pendidikan, peneliti menemukan bahwa kadar troponin yang lebih tinggi berkaitan dengan penurunan kemampuan kognitif yang lebih cepat. Pada usia 80 tahun, kemampuan mental mereka setara dengan orang yang hampir satu setengah tahun lebih tua. Pada usia 90 tahun, kesetaraan usia meningkat menjadi dua tahun lebih tua.Kelompok kecil berjumlah 641 peserta juga menjalani MRI otak. Lima belas tahun setelah tes troponin awal, mereka yang memiliki kadar tertinggi cenderung memiliki:- Hippocampus yang lebih kecil, yaitu bagian otak penting untuk memori.- Lapisan abu-abu otak (grey matter) yang lebih sedikit yang penting untuk memproses informasi.Perubahan ini setara dengan penuaan otak sekitar tiga tahun lebih cepat.Peneliti menegaskan kesehatan jantung dan otak sangat berkaitan erat. Kerusakan jantung di usia pertengahan dapat membuka jalan bagi penurunan kesehatan kognitif di masa tua.Profesor Eric Brunner dari UCL mengatakan mengendalikan faktor risiko seperti tekanan darah tinggi sejak usia paruh baya berpotensi memperlambat atau mencegah perkembangan demensia dan penyakit jantung sekaligus.Lancet Commission tahun 2024 juga memperkirakan bahwa 17% kasus demensia sebenarnya dapat dicegah atau ditunda dengan mengelola faktor risiko kardiovaskular seperti tekanan darah tinggi, kolesterol, obesitas, dan kurang aktivitas fisik.Penelitian ini menunjukkan masa paruh baya merupakan periode penting dalam menentukan kesehatan otak di masa tua. Menjaga kesehatan jantung sejak dini berarti memberikan peluang lebih besar bagi otak untuk tetap berfungsi baik seiring bertambahnya usia.Beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan sepanjang hidup antara lain:- Mengontrol tekanan darah- Menjaga kadar kolesterol- Aktif bergerak- Menjaga berat badan ideal- Tidak merokokBritish Heart Foundation juga menginvestasikan 10 juta Euro atau Rp194 miliar untuk penelitian tentang demensia vaskular guna mencari cara pencegahan dan pengobatan yang lebih baik.Ilustrasi jantung (Foto: Freepik/Freepik)