Kondisi di Jalur Gaza di Palestina akibat invasi Israel. (Wikimedia Commons-Palestinian News Information Agency in contract with APAimages)JAKARTA - Satu demi satu ember berisi pasir dan mortar hasil runtuhan sisa-sisa bangunan museum di Kota Gaza diangkat. Para pekerja mulai membersihkan bangunan benteng abad pertengahan yang hancur akibat serangan militer Israel ke Gaza selama sekitar dua tahun belakangan.Sebanyak 12 pekerja berjaket bening bekerja manual untuk menggali sisa-sisa bangunan Museum Istana Pasha yang rusak akibat bom. Mereka menumpuk batu-batu yang masih bisa digunakan, sementara puing-puing yang akan dibuang ditaruh di tumpukan lain.Di atas langit bangunan yang dulunya tempat Napoleon Bonaparte menginap semalam di Gaza, sebuah drone atau pesawat tanpa awak pengintai Israel berdengung keras.“Museum Istana Pasha adalah salah satu situs terpenting yang hancur selama perang baru-baru ini di Kota Gaza,” ujar Hamouda Al-Dahdar, sejarahwan sekaligus pakar warisan budaya yang bertanggung jawab atas pekerjaan restorasi, dikutip dari AFP, Jumat 14 November. Dia menambahkan, lebih dari 70 persen bangunan museum tersebut hancur.Bangunan milik Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) yang menjadi lokasi kamp pengungsian warga Gaza jadi korban serangan militer Israel pada 2024. (Khalid Kwaik-Unsplash)Hingga Oktober 2025, Badan Warisan Budaya PBB, UNESCO, telah mengidentifikasi kerusakan di 114 situs warisan dan budaya di Gaza, termasuk Istana Pasha. Kerusakan terjadi sejak dimulainya invasi Israel ke Gaza pada 7 Oktober 2023.Situs lain yang rusak termasuk kompleks Biara Saint Hilarion — salah satu biara Kristen tertua di Timur Tengah — dan Masjid Omari di Kota Gaza.Issam Juha, direktur Pusat Pelestarian Warisan Budaya, sebuah organisasi nirlaba di Tepi Barat yang diduduki Israel, yang membantu mengoordinasikan restorasi kastil dari jarak jauh, mengatakan bahwa masalah utamanya adalah mendapatkan material untuk restorasi di Gaza.“Tidak ada lagi material, dan kami hanya mengelola puing-puing, mengumpulkan batu, memilah batu-batu ini, dan hanya melakukan intervensi minimal untuk konsolidasi,” kata Juha. Israel memberlakukan pembatasan ketat di Jalur Gaza sejak awal invasinya, yang menyebabkan penduduk Palestina di Gaza kekurangan beragam kebutuhan, termasuk makanan dan obat-obatan.Setelah kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi AS berlaku pada bulan Oktober 2025, truk-truk bantuan mulai mengalir dalam jumlah yang lebih besar. Namun, setiap barang yang melintasi Gaza harus disetujui oleh pemeriksaan ketat otoritas Israel, kata organisasi-organisasi kemanusiaan.Juha mengatakan kesepakatan gencatan senjata telah memungkinkan para pekerja untuk melanjutkan penggalian mereka.Sebelumnya, lanjut dia, tidak aman bagi mereka untuk bekerja dan "orang-orang diancam oleh pesawat tanpa awak yang memindai tempat itu dan menembaki."Juha bilang, setidaknya ada 226 situs warisan dan budaya rusak selama perang.Dia menjelaskan, angka jumlah bangunan yang rusak yang diperolehnya lebih tinggi daripada yang dibeberkan UNESCO karena timnya di Gaza dapat mengakses lebih banyak area. Katanya, organisasinya berafiliasi secara longgar dengan Kementerian Purbakala Otoritas Palestina yang berbasis di Ramallah.Dahdar menambahkan, timnya telah menemukan 20 artefak penting yang berasal dari era Romawi, Bizantium, dan Islam."Warisan budaya kami adalah identitas dan memori rakyat Palestina," ujar Dahdar di Kota Gaza."Sebelum perang, Istana Pasha berisi lebih dari 17.000 artefak, tetapi sayangnya, semuanya hilang setelah invasi Kota Tua Gaza," sambungnya.Museum Istana Pasha alias Qasr al-Basha di Gaza sebelum invasi Israel pada Oktober 2023. (dok. Wikipedia Commons)Sejarah Gaza membentang ribuan tahun yang lalu, menjadikan wilayah Palestina yang kecil sebagai gudang artefak arkeologi dari peradaban masa lalu, termasuk Kanaan, Mesir, Persia dan Yunani.“Kami ... menyelamatkan batu-batu arkeologi sebagai persiapan untuk pekerjaan restorasi di masa mendatang, serta menyelamatkan dan mengekstraksi artefak apa pun yang dipajang di dalam Istana Pasha,” kata Dahdar.Seiring bertambahnya tumpukan puing galian yang sudah setinggi beberapa meter, seorang pekerja mengambil langkah-langkah arkeolog dengan hati-hati memulihkan sepotong batu berhiaskan salib yang dipasangi bulan sabit Islam.Seorang pekerja lain dengan hati-hati membersihkan debu dari batu berhiaskan kaligrafi religius.“Kita tidak hanya berbicara tentang bangunan tua, tetapi kita sedang berhadapan dengan bangunan-bangunan yang berasal dari berbagai era,” ujar Dahdar.