Menteri PPN Sebut Minyak Sawit Punya Peran Sentral CapaiIndonesia Emas 2045

Wait 5 sec.

Kepala Bappenas Rachmat Pambudy usai memberikan materi pembekalan di retreat gelombang II, Kampus IPDN, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Selasa (24/6/2025). Foto: Alya Zahra/kumparan Kepala Bappenas/Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), Rachmat Pambudy, mengatakan Indonesia sebagai salah satu produsen dan pengekspor minyak sawit terbesar di dunia. Menurutnya, minyak sawit memiliki kontribusi besar terhadap ketahanan pangan global, energi terbarukan, serta pemenuhan kebutuhan sehari-hari miliaran manusia.Selain itu, sektor ini dinilai turut mendorong pembangunan pedesaan, menyediakan jutaan lapangan kerja hijau, dan menjadi tulang punggung bagi berbagai industri hilir seperti biofuel, oleokimia, serta manufaktur hijau. Hal ini ia utarakan dalam sambutannya di acara Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2025 yang digelar di Nusa Dua, Bali, Kamis (13/11).Rachmat menyatakan, gelaran ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan bangsa menuju Indonesia Emas 2045, sebagaimana tercantum dalam rencana pembangunan jangka panjang nasional.“Dalam visi ini, sektor minyak sawit memegang peranan sentral, bukan hanya sebagai sumber kekuatan ekonomi, tetapi juga sebagai contoh transformasi berkelanjutan. Itulah sebabnya saya hadir di sini, untuk berdiskusi bersama Anda semua demi mewujudkan visi tersebut,” kata Rachmat, dikutip Jumat (14/11).Sektor minyak sawit, katanya, berkontribusi langsung terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs melalui penciptaan lapangan kerja hijau, pengentasan kemiskinan, dan dukungan terhadap transisi dari energi fosil.Meski demikian, ia mengakui bahwa berbagai tantangan masih ada, mulai dari isu pengelolaan lingkungan, keadilan sosial, hingga hambatan perdagangan dan praktik diskriminatif.“Kita tidak bisa menutup mata bahwa minyak sawit masih menghadapi diskriminasi yang tidak adil dan kampanye hitam dari sejumlah organisasi dan negara. Narasi seperti ini sering kali mengabaikan fakta ilmiah serta kemajuan nyata yang telah dicapai Indonesia,” tutur Rachmat.Ia menambahkan, minyak sawit sejatinya merupakan minyak nabati paling efisien dalam penggunaan lahan di dunia, karena membutuhkan lahan dan air jauh lebih sedikit dibandingkan minyak nabati lainnya. Oleh karena itu, ketika dikelola secara bertanggung jawab, minyak sawit bukanlah masalah, melainkan solusi komprehensif bagi ketahanan pangan global.“Ketika perkebunan dikelola secara bertanggung jawab, minyak sawit bukanlah masalah, justru menjadi solusi komprehensif bagi ketahanan pangan global,” lanjut Rachmat.