Foto karya Luthfiah VOIJAKARTA – Siapa sangka, pro dan kontra yang menyertai berbagai gebrakan dan kebijakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa ternyata mampu mengerek sentimen positif, popularitas bahkan elektabilitas mantan Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) itu. Publik menyebutkan sebagai Purbaya Effect.Meski baru seumur jagung menjabat sebagai bendahara negara, melejitnya nama Purbaya dalam beragam survei persepsi publik sangat beralasan, di mana sentimen terhadap mantan anggota KSP era Luhut Binsar Panjaitan tersebut dari masyarakat memang sedang positif.Litbang Kompas melalui Kompas Monitoring terhadap aktivitas warganet di lima platform media sosial, seperti Tiktok, Instagram, Facebook, Youtube, dan X dalam periode 8 September hingga 13 Oktober 2025 menunjukkan sentimen positif terhadap Purbaya mencapai 47 persen, diikuti suara netral 25 persen dan negatif 28 persen.Hasil monitoring menunjukkan adanya perubahan drastis dalam persepsi publik terhadap Purbaya. Tiga hari pertama setelah pelantikannya pada 8 September lalu, ia sempat mendapat sentimen negatif hingga 55 persen. Namun, pandangan tersebut perlahan berubah menjadi positif.Litbang Kompas melihat perubahan sentimen ini dipicu keterkaitan antara sikap, pernyataan, dan kebijakan yang disampaikan oleh Purbaya. Anggapan awal bahwa Purbaya memiliki gaya ‘koboi’ yang sulit dikendalikan kini bergeser. Gaya spontan yang ditunjukkannya justru cenderung mendapat respons positif dari warganet.Lembaga pemantau media sosial, Drone Emprit juga memetakan sentimen publik terhadap Purbaya Yudhi Sadewa. Analisis dilakukan terhadap isu dan sentimen di enam platform, yaitu X, Facebook, Instagram, YouTube, TikTok, dan media daring, dalam periode 17–7 Oktober 2025 menggunakan kata kunci spesifik terkait Menkeu Purbaya.Hasilnya menunjukkan bahwa isu tentang Purbaya muncul dalam 12.859 artikel dan 43.398 unggahan, dengan sampel percakapan di media sosial sebanyak 44.985 unggahan. Di media daring, sentimen positif terhadap Purbaya mencapai 61 persen, negatif 3 persen, dan netral 36 persen. Sementara di media sosial, sentimen positif sebesar 72 persen, negatif 17 persen, dan netral 10 persen.Temuan Drone Emprit menunjukkan bahwa sentimen positif terhadap Purbaya dipengaruhi oleh kebijakan yang dianggap prorakyat dengan tidak membebani pajak baru, gaya kepemimpinan yang berani dan fokus pada efisiensi, ketegasan melawan ilegalitas pajak dan mafia migas, pemecatan pegawai pajak yang korup, serta penundaan pajak 0,5 persen untuk pedagang daring.Menurut pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi, temuan penting terkait sentimen positif terhadap Purbaya adalah sentimen positif di media sosial sebesar 72 persen yang tidak hanya lahir dari kebijakannya sendiri, tetapi sangat diperkuat oleh narasi perbandingan dengan menteri sebelumnya.“Publik secara aktif memposisikan Purbaya sebagai antitesis dari gaya kepemimpinan dan kebijakan lama, sehingga dia dipersepsikan sebagai ‘angin segar’ yang membawa perubahan,” ujarnya.Selain itu, perbedaan sentimen positif di media daring dan media sosial yang mencolok (61 berbanding 72 persen) menunjukkan narasi yang lebih emosional, personal dan prorakyat dari Purbaya berhasil menggalang dukungan masif di platform media sosial meski media daring banyak memberitakan isu-isu negatif seperti protes kepala daerah terkait pemotongan TKD secara berimbang.“Narasi keadilan fiskal menjadi fondasi utama kepercayaan dan sentimen positif publik karena secara konsisten dibangun di atas isu-isu yang beririsan dengan rasa keadilan. Contoh yang paling diapresiasi adalah kebijakan yang melindungi rakyat kecil dengan mengejar pengemplang pajak jumbo,” terang Fahmi.Berdasarkan monitoring media Netray yang dikumpulkan dari berbagai media online dan media sosial, tren Purbaya sebagai meenteri keuangan baru juga naik dan diterima dengan baik oleh publik.Data dari Netray Gaya Komunikasi Kunci Purbaya EffectDemikian pula hasil survei Indonesia Political Opinion (IPO) yang menunjukkan bila Purbaya menjadi menteri Kabinet Merah Putih dengan kinerja paling baik. Direktur Eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah mengungkapkan, kinerja Purbaya menempati posisi tertinggi meskipun ia merupakan menteri baru di kabinet pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. “Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dianggap paling bekerja dengan baik, 17,5 persen,” ujarnya.Nama Purbaya bahkan mengalahkan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya di posisi kedua dengan angka 15,1 persen, Menteri Luar Negeri Sugiono 11,8 persen, Menko Pangan Zulkifli Hasan 9,8 persen dan Menpora Erick Thohir 7,4 persen. Setelah itu, Menteri Andi Amran Sulaiman 6,5 persen, Menko Infrastruktur Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Menag Nasaruddin Umar 5,7 persen.Sementara itu, dalam aspek popularitas, Purbaya yang menempati posisi ketiga juga tidak terpaut jauh dari peringkat pertama dan kedua. Teddy menempati urutan pertama dengan angka 47,5 persen, Erick Thohir 43,5 persen, Purbaya 41,1 persen dan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Lalu, Zulkifli Hasan 37,9 persen, AHY 34,6 persen, Sugiono 29,5 persen dan Nasaruddin Umar 20,4 persen.“Temuan ini menarik karena di antara menteri lainnya, Purbaya merupakan pendatang baru. Sementara menteri lainnya yang satu angkatan dengan Purbaya tidak ada yang masuk menteri terpopuler. Dari sisi publisitas memang luar biasa sekali, termasuk propaganda aktivitas-aktivitas beliau,” jelas Dedi.Melambungnya popularitas Purbaya dalam waktu singkat disebut Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro dipengaruhi beberapa faktor. Pertama, kondisi ekonomi yang sedang menghimpit masyarakat membuat sosok Purbaya seperti oase di tengah gurun. Sebab, Purbaya mampu menjelaskan isu-isu ekonomi dengan bahasa yang sederhana sehingga dianggap menjadi antitesis dari pejabat sebelumnya yang dinilai sulit dipahami.Faktor kedua adalah kepribadian Purbaya yang dinilai apa adanya dan otentik, baik dalam berkomunikasi maupun berperilaku. “Sifat otentik itu sempat menimbulkan polemik pada awal masa jabatannya, terutama ketika beliau salah merespons aksi besar 17 plus 8. Namun, beliau segera memperbaiki diri sehingga muncul rebound citra positif,” tambah Agung.Pengamat sosio politik Helios Strategic Institute, Musfi Romdoni juga menilai tingginya popularitas dan elektabilitas Purbaya tidak muncul karena kinerjanya, tapi lebih disebabkan oleh gaya komunikasinya. Pasalnya, Purbaya menghadirkan gaya komunikasi yang sangat kontras dengan Ibu Sri Mulyani.“Kalau kita perhatikan Sri Mulyani kan menggunakan gaya komunikasi tipikal teknokrat ya. Dia sangat berhati-hati bicara, sangat normatif, dan terkadang dinilai tidak sensitif. Tapi ketika Pak Purbaya hadir, dia berani menggunakan bahasa-bahasa yang menggugah emosi publik,” tuturnya.Dia menyatakan, dalam situasi ekonomi yang selama setahun terakhir diliputi pesimisme, kehadiran Purbaya dengan gaya komunikasi lugas dan berani justru menghadirkan efek psikologis positif. Gaya yang sering disebut sebagai ‘koboi’ itu mendorong perubahan persepsi publik terhadap ekonomi menjadi lebih optimistis. “Nah rasa optimisme itu kemudian terkonversi menjadi popularitas dan elektabilitas yang tinggi,” tutup Musfi.