Induksi Laktasi: Upaya Bantu Ibu Adopsi untuk Menyusui

Wait 5 sec.

Ilustrasi Induksi Laktasi. Foto: Dokumentasi Pribadi“Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan...” QS. Al-Baqarah [2]: 233Ayat tersebut dapat ditafsirkan bahwa para ibu dianjurkan untuk menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh bagi yang ingin menyempurnakan masa penyusuan. Ayat ini menunjukkan betapa pentingnya peran ibu dalam memberikan nutrisi terbaik bagi anak melalui air susu ibu (ASI), yang tidak hanya mendukung pertumbuhan fisik dan kesehatan anak, tetapi juga membentuk ikatan emosional dan spiritual antara ibu serta anak.Lebih jauh, ayat ini mengandung pesan tanggung jawab moral dan sosial bagi orang tua dalam memastikan kebutuhan dasar anak terpenuhi secara optimal, serta menegaskan bahwa penyusuan merupakan bagian dari kasih sayang dan pengasuhan yang berlandaskan nilai keimanan, tanpa membatasi maknanya hanya pada aspek biologis, tetapi juga sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab kemanusiaan.Induksi laktasi merupakan sebuah proses stimulasi produksi ASI pada perempuan yang tidak sedang hamil atau baru saja melahirkan, dengan tujuan agar tetap dapat menyusui bayi. Metode ini menjadi solusi penting bagi ibu adopsi yang ingin memberikan pengalaman menyusui secara langsung kepada anaknya.Menyusui bukan hanya soal nutrisi, melainkan juga tentang kelekatan emosional antara ibu dan bayi. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan dukungan medis, kini ibu adopsi pun memiliki peluang untuk merasakan ikatan batin yang sama kuatnya dengan ibu biologis melalui proses induksi laktasi.Ilustrasi Ibu dan Anak Foto: polkadot_photo/ShutterstockSecara fisiologis, induksi laktasi bekerja dengan meniru kondisi hormonal kehamilan dan pascapersalinan. Proses ini dapat dilakukan melalui kombinasi terapi hormonal, konsumsi obat-obatan tertentu seperti domperidone untuk merangsang produksi prolaktin, serta rangsangan mekanis seperti pemompaan payudara secara rutin.Dengan disiplin dan dukungan medis, sebagian besar ibu dapat mulai memproduksi ASI dalam hitungan minggu hingga bulan. Walaupun volume ASI yang dihasilkan mungkin tidak selalu sebesar ibu yang melahirkan secara biologis, proses ini tetap memberikan manfaat besar bagi tumbuh kembang bayi dan kedekatan ibu-anak.Dari sisi psikologis, induksi laktasi juga memiliki nilai emosional yang sangat dalam. Bagi ibu adopsi, dapat menyusui anaknya sendiri adalah bentuk nyata kasih sayang dan pengabdian yang melampaui batas biologis.Aktivitas menyusui membantu membangun rasa percaya diri sebagai seorang ibu serta memperkuat hubungan afektif yang sangat penting bagi perkembangan psikologis bayi. Oleh karena itu, banyak praktisi kesehatan dan konselor laktasi mendorong agar induksi laktasi dijadikan salah satu pilihan dalam proses adaptasi ibu dan bayi adopsi.Ilustrasi ibu dan bayi. Foto: Shutter StockNamun, keberhasilan induksi laktasi tidak hanya bergantung pada aspek medis semata. Dukungan lingkungan keluarga, terutama pasangan, sangat menentukan keberhasilan proses ini. Banyak ibu adopsi menghadapi tekanan sosial atau rasa ragu terhadap kemampuan tubuh mereka.Dalam hal ini, edukasi masyarakat dan pendampingan profesional sangat dibutuhkan agar ibu merasa dihargai dan termotivasi untuk melanjutkan prosesnya. Dengan bimbingan yang tepat, proses ini bukan hanya mungkin, melainkan juga bisa menjadi pengalaman spiritual dan emosional yang luar biasa.Menurut dokter konselor laktasi dari HA-Medika Kendal, dr. Hayin Naila, induksi laktasi bukan sekadar proses biologis, melainkan juga bentuk perjuangan cinta seorang ibu terhadap anaknya. Konselor menegaskan bahwa banyak ibu adopsi yang berhasil memproduksi ASI dengan volume memadai berkat kesabaran, ketekunan, dan dukungan emosional dari lingkungan sekitar.Mereka menekankan pentingnya pendekatan individual karena setiap ibu memiliki kondisi tubuh dan kesiapan mental yang berbeda. Oleh karena itu, keberhasilan induksi laktasi tidak diukur semata-mata dari banyaknya ASI yang keluar, tetapi dari keberhasilan membangun kedekatan dan rasa percaya diri ibu terhadap perannya.Ilustrasi dokter periksa pasien. Foto: ShutterstockDokter Hayin juga menilai bahwa masyarakat perlu lebih terbuka terhadap konsep induksi laktasi. Masih banyak yang memandang bahwa hanya ibu kandung yang berhak menyusui, padahal menyusui pada dasarnya adalah bentuk kasih sayang universal.Dengan bimbingan medis dan konseling laktasi yang tepat, setiap perempuan berpotensi menjadi ibu menyusui, termasuk mereka yang mengadopsi anak. HA-Medika berkomitmen untuk terus memberikan edukasi, pendampingan, dan dukungan emosional bagi para ibu yang menjalani proses ini agar mereka dapat merasakan kebahagiaan menyusui secara penuh.Sebagai kesimpulan, induksi laktasi membuka ruang baru dalam dunia pengasuhan modern yang lebih inklusif dan berkeadilan emosional. Proses ini membuktikan bahwa menjadi ibu bukan hanya ditentukan oleh faktor biologis, melainkan juga oleh cinta, komitmen, dan kesediaan untuk memberi yang terbaik bagi anak.Dengan dukungan tenaga kesehatan, konselor laktasi, serta keluarga, setiap ibu adopsi berhak dan mampu merasakan keajaiban menyusui. Induksi laktasi bukan hanya bentuk adaptasi medis, melainkan juga simbol kuat dari kasih sayang tanpa batas antara ibu dan anak.