Ilustrasi pengeboran dilakukan di Antartika. Foto: Sophie Berger/AWITim ilmuwan berhasil mengangkat bongkahan es berusia 6 juta tahun dari Antarktika, menjadikannya es tertua yang pernah ditemukan dan diteliti secara langsung. Penemuan luar biasa ini memberikan pandangan baru tentang seperti apa iklim Bumi jutaan tahun lalu.Hasil riset di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) yang terbit 28 Oktober 2025 menjelaskan es purba mengandung gelembung udara yang terperangkap di dalamnya. Umur es yang ditemukan kali ini dua kali lebih tua dibandingkan sampel es tertua sebelumnya yang berumur sekitar 2,7 juta tahun.“Inti es seperti mesin waktu yang memungkinkan kita melihat kondisi Bumi di masa lalu,” ujar Sarah Shackleton, ilmuwan dari Woods Hole Oceanographic Institution, Massachusetts, sekaligus penulis utama studi sebagaimana dikutip Live Science. “Inti es dari Allan Hills membantu kita menelusuri masa yang jauh lebih lampau dari yang pernah kita bayangkan.”Sampel es dan udara ini berasal dari Zaman Miocene, periode antara 23 juta hingga 5,3 juta tahun lalu. Suhu Bumi pada masa itu jauh lebih hangat, permukaan laut lebih tinggi, dan planet ini dihuni oleh hewan-hewan purba yang kini telah punah, seperti kucing bertaring panjang (saber-toothed cat), jerapah purba mirip okapi, badak Arktik, hingga mammoth..Shackleton dan timnya menemukan es tertua ini di Allan Hills, wilayah lapisan es biru di bagian timur Antarktika, dalam ekspedisi yang berlangsung antara 2019 hingga 2023. Daerah ini terletak di ketinggian sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut, salah satu lokasi paling terpencil di dunia.Gambar ini menunjukkan gunung es, yang dikenal sebagai A23a di lepas pantai Antartika (25/11/2024). Foto: Cpl Tom Cann RAF via APUntuk mendapatkan sampel, para ilmuwan mengebor lapisan es sedalam 100 hingga 200 meter. Setelahnya mereka menentukan usia es dengan mengukur peluruhan radioaktif isotop argon yang tersimpan dalam gelembung udara di dalam es.Tim peneliti juga menelusuri isotop oksigen dalam inti es untuk memetakan perubahan suhu dari masa ke masa. Hasilnya menunjukkan bahwa wilayah Allan Hills telah mengalami pendinginan stabil sekitar 12 derajat Celsius selama 6 juta tahun terakhir, sebagaimana dijelaskan oleh Oregon State University yang terlibat dalam penelitian.Selama jutaan tahun, Bumi memang perlahan mendingin secara alami. Namun kini, manusia mempercepat arah sebaliknya, memanaskan planet ini lewat emisi gas rumah kaca. Dengan menganalisis udara purba yang terperangkap dalam es, para peneliti berharap dapat mengetahui kadar gas rumah kaca dan suhu laut purba, sehingga bisa memahami mekanisme alami perubahan iklim dalam sejarah panjang Bumi.Dengan meneliti inti es ini, kita bisa mempelajari bagaimana kadar gas rumah kaca dan pemanasan laut pernah berubah secara alami. - Sarah Shackleton, ilmuwan dari Woods Hole Oceanographic Institution, Massachusetts -Bagaimana mungkin es berusia jutaan tahun bisa bertahan di dekat permukaan?Menurut tim peneliti, jawabannya ada pada kombinasi kondisi alam yang unik di Allan Hills, di mana pergerakan es yang sangat lambat dan fitur pegunungan yang terjal mengunci es di tempatnya.“Kami masih meneliti secara detail bagaimana es setua itu bisa bertahan,” ujar Shackleton. "Selain topografinya, kemungkinan besar ini merupakan gabungan angin kencang dan suhu dingin ekstrem. Angin meniup salju segar, dan suhu dingin memperlambat es hingga akhirnya tertimbun.”Dengan kondisi seperti itu, Allan Hills menjadi salah satu lokasi terbaik di dunia untuk menemukan es purba yang masih dangkal, sekaligus salah satu tempat paling keras untuk bekerja di lapangan.