Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman (Sebelah kiri kedua) (Aris Nurjani/VOI)JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) buka suara terkait pelaksanaan kebijakan rencana redenominasi rupiah, yakni penyederhanaan nilai mata uang dari Rp1.000 menjadi Rp1. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah pekerjaan rumah (PR) teknis yang perlu diselesaikan apabila pemerintah benar-benar menerapkan redenominasi rupiah. "Sekarang harganya sahamnya satu lotnya Rp100, karena itu aja sih yang PR mungkin bagi kita, lotnya kan Rp100, kita kan dalam rangka penurunan lot.," ujarnya dalam acara Media Gathering Capital Market Journalist Workshop, dikutip Minggu, 16 November. Iman menambahkan bahwa perubahan nominal rupiah akibat redenominasi secara otomatis akan menuntut penyesuaian sistem perdagangan. Menurutnya jika nilai rupiah disederhanakan, harga beberapa saham bisa berada pada level yang sangat kecil, sehingga BEI harus melakukan penyesuaian fraksi harga agar transaksi tetap berjalan dengan lancar. "Jadi kalau harga sahamnya cuma kalau Rp200 boleh nggak nol koma, atau sen gitu," ucapnya.Sebagai informasi, pemerintah sedang mempersiapkan langkah menuju redenominasi atau penyederhanaan digit rupiah yang tercantum dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) 2025–2029 yang diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 70 Tahun 2025. Dalam dokumen yang ditandatangani Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, Kemenkeu menempatkan penyusunan Rancangan Undang-Undang Perubahan Harga Rupiah (Redenominasi) sebagai salah satu program prioritas nasional di bidang kebijakan fiskal. Selain itu, RUU tersebut dikategorikan sebagai RUU luncuran dan ditargetkan selesai pada tahun 2027. Sebelumnya, Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal Dan Lembaga Efek Ojk Eddy Manindo Harahap Menyampaikan Bahwa Redenominasi Bertujuan Menyederhanakan Sistem Pencatatan Dan Transaksi. Ia Menilai Bahwa Praktik Serupa Sebenarnya Sudah Sering Dilakukan Secara Informal Dalam Kehidupan Sehari-hari. Terkait Dampaknya Pada Pasar Modal, Eddy Menegaskan Bahwa Harga Saham Nantinya Akan Menyesuaikan Nominal Sesuai Aturan Redenominasi. Namun Penyesuaian Tersebut Tidak Akan Berpengaruh Terhadap Aspek Fundamental Pasar. Eddy Menjelaskan Bahwa Redenominasi Merupakan Langkah Untuk Menghapus Tiga Angka Nol Pada Nilai Rupiah Karena Sebagian Besar Transaksi Di Indonesia Kini Berada Pada Kisaran Jutaan Hingga Triliunan Rupiah, Penulisan Angka Yang Terlalu Panjang Dirasa Menjadi Tidak Efisien. "Sekarang Kan Transaksi Semua Kita Tuh Rata-rata Di Atas Rp1 Juta Lah, Rp1 Miliar, Rp1 Triliun. Nah, Nulisnya Kan Repot Tuh Nolnya Kebanyakan. Satu Fungsi Redenominasi Itu Adalah Ngilangin Nol Di Belakang Sehingga Lebih Simple Dalam Kita Melakukan Pencatatan, Dalam Rangka Lain Sebagainya Lah," Jelasnya. Ia Menekankan Bahwa Redenominasi Berbeda Dengan Sanering Atau Pemotongan Nilai Uang Yang Pernah Terjadi Di Masa Lalu Dan Perubahan Ini Murni Berkaitan Dengan Penyederhanaan Penulisan Nilai, Sehingga Tidak Menimbulkan Dampak Negatif Seperti Yang Dikhawatirkan Sebagian Masyarakat. "(Redenominasi) Inihwa praktik serupa sebenarnya sudah sering dilakukan secara informal dalam kehidupan sehari-hari. Terkait dampaknya pada pasar modal, eddy menegaskan bahwa harga saham nantinya akan menyesuaikan nominal sesuai aturan redenominasi. namun penyesuaian tersebut tidak akan berpengaruh terhadap aspek fundamental pasar. "Otomatis semua nilai uang itu akan disesuaikan, nolnya di belakang dihilangin. tapi tidak akan berpengaruh pada hal lain," ujarnya. Eddy menjelaskan bahwa redenominasi merupakan langkah untuk menghapus tiga angka nol pada nilai rupiah karena sebagian besar transaksi di indonesia kini berada pada kisaran jutaan hingga triliunan rupiah, penulisan angka yang terlalu panjang dirasa menjadi tidak efisien. "Sekarang kan transaksi semua kita tuh rata-rata di atas rp1 juta lah, rp1 miliar, rp1 triliun. nah, nulisnya kan repot tuh nolnya kebanyakan. satu fungsi redenominasi itu adalah ngilangin nol di belakang sehingga lebih simple dalam kita melakukan pencatatan, dalam rangka lain sebagainya lah," jelasnya. Ia menekankan bahwa redenominasi berbeda dengan sanering atau pemotongan nilai uang yang pernah terjadi di masa lalu dan perubahan ini murni berkaitan dengan penyederhanaan penulisan nilai, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif seperti yang dikhawatirkan sebagian masyarakat. "(Redenominasi) inihanya penulisannya aja nol di belakang tuh dihilangin karena nolnya sudah kebanyakan kita. Sesimpel itu dan harusnya tidak akan terlalu berpengaruh dengan hal-hal yang lain ya," ucapnya. Ia menjelaskan bahwa salah satu yang menjadi perhatian terkait rencana redenominasi beberapa waktu lalu yaitu terkait peredaran uang lama yang masih digunakan masyarakat, dimana Bank Indonesia berencana, uang lama tetap berlaku sebagai alat pembayaran, namun secara bertahap akan mengeluarkan uang baru dengan jumlah nol yang sudah dikurangi. Ia menyampaikan dalam proses tersebut, uang lama akan perlahan tergantikan dengan sendirinya dan penyesuaian juga akan berlaku pada penulisan harga dan berbagai quotation lainnya. "Uang yang lama digantikan uang yang nolnya lebih sedikit gitu loh. Nah itu nanti berlaku semua, enggak cuma uang yang nolnya lebih sedikit. Harga-harga quotation juga nolnya kita hilangin sama gitu loh," tuturnya.