2 Khutbah Jumat Tentang Kemerdekaan yang Membangkitkan Semangat Nasionalisme

Wait 5 sec.

Khutbah Jumat Tentang Kemerdekaan. Foto hanya ilustrasi. Sumber foto: Unsplash/Bisma MahendraKhutbah Jumat tentang kemerdekaan sering menjadi pengingat bagi umat Islam untuk merenungkan maknanya. Kemerdekaan tidak hanya sebatas terbebas dari penjajahan, tetapi juga berkaitan dengan kebebasan jiwa dari sifat malas, lalai, dan jauh dari agama. Melalui khutbah ini, jamaah diajak untuk melihat kembali bagaimana para pejuang terdahulu berkorban demi kemerdekaan bangsa. Dari sana, umat Islam belajar bahwa menjaga dan mengisi kemerdekaan adalah tanggung jawab bersama yang harus dijalankan dengan iman dan amal saleh.Contoh Khutbah Jumat Tentang Kemerdekaan yang Membangkitkan SemangatKhutbah Jumat Tentang Kemerdekaan. Foto hanya ilustrasi. Sumber foto: Unsplash/WD ToroDikutip dari buku 40 Materi Khutbah Sistematis, Suheri (2025: 9), khutbah adalah pidato atau ceramah yang disampaikan oleh seorang imam atau khatib pada saat pelaksanaan ibadah tertentu. Terutama pada pelaksanaan salat Jumat dan hari raya.Isi khutbah biasanya memuat pesan moral, pengingat tentang ketakwaan, serta ajakan untuk memperbaiki diri. Karena itu, khutbah Jumat bukan sekadar formalitas, melainkan sarana untuk menanamkan nilai keimanan sekaligus menumbuhkan semangat umat.Dalam konteks kemerdekaan, khutbah Jumat dapat menjadi media refleksi bagi jamaah untuk memahami bahwa kemerdekaan yang dinikmati saat ini lahir dari perjuangan panjang.Berikut ini adalah beberapa khutbah Jumat tentang Kemerdekaan.1. Khutbah Jumat: Merdeka dengan Taat kepada AllahKhutbah Iإِنَّ الحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِيْرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهَ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَ نَبِيَ وَلَا رَسُولَ بَعْدَهُ.قَالَ تَعَالَى فِي القُرْآنِ الكَرِيمِ :﴿ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ١٠٢ ﴾ ( اٰل عمران/3: 102)﴿ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا ١ ﴾ ( النساۤء/4: 1)﴿ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ ٧٠ يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا ٧١ ﴾ ( الاحزاب/33: 70-71)وَقَالَ أَيْضاً : ﴿ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِّنْكُمْ ۗ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا ٢٩ ﴾ ( النساۤء/4: 29)اللَّهُمَّ صَلِّي عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينْ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسِانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ :Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,Pertama-tama marilah kita panjatkan rasa syukur ke hadirat Allah Swt yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam. Tak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad saw., keluarga beliau, para sahabat, serta umatnya yang setia mengikuti ajarannya hingga akhir zaman.Hadirin yang dirahmati Allah,Khutbah kita pada kesempatan kali ini mengangkat tema “Merdeka dengan Taat kepada Allah.” Hakikat merdeka sejati adalah ketika manusia mampu melepaskan diri dari belenggu hawa nafsu duniawi. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nazi’at ayat 40–41 yang menjelaskan bahwa orang yang mampu menahan hawa nafsunya akan mendapatkan tempat yang mulia di sisi-Nya.وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sungguh, surga lah tempat tinggalnya."Orang yang sebenarnya terjajah adalah mereka yang tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya. Siapa pun yang gagal mengontrol nafsu akan berakhir menjadi budak dari nafsu itu sendiri. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya pada QS. Al-Jatsiyah ayat 23.أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِ غِشَاوَةً ۖ فَمَن يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ اللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?"Koruptor adalah contoh nyata manusia yang sejatinya terjajah, karena hidupnya dikendalikan oleh keserakahan dan ketamakan. Begitu pula para penjudi, mereka tidak mampu menguasai diri sendiri hingga akhirnya diperbudak oleh kecanduan. Orang-orang yang tenggelam dalam maksiat pun sama, mereka tidak pernah merasakan kebebasan sejati karena terus terjerat dalam dosa dan kesesatan.Hadirin yang dirahmati Allah,Berperang melawan musuh di medan laga memang berat, tetapi berperang melawan hawa nafsu jauh lebih berat karena artinya melawan diri sendiri. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, "Tidaklah orang yang kuat adalah pandai bergulat, tapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan nafsunya ketika ia marah." (HR. Bukhari dan Muslim).بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُKhutbah IIالْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِيْنُاللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُفَأُوْصِيْنِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَSaudara-saudara yang dirahmati Allah,Ketaatan kepada Allah adalah jalan untuk meraih kebebasan yang sejati. Dengan taat, manusia tidak lagi diperbudak oleh hawa nafsu maupun dunia. Allah Swt menegaskan hal ini dalam firman-Nya pada QS. An-Nur ayat 52.وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ"Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah serta bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan."Allah melarang keras perbuatan korupsi, karena itu termasuk memakan harta orang lain dengan cara yang batil. Larangan ini ditegaskan dalam firman-Nya pada QS. Al-Baqarah ayat 188:وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ"Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu mengetahui."Allah juga melarang manusia dari perbuatan maksiat dan judi, karena keduanya hanya membawa kerugian dan menjauhkan dari rahmat-Nya. Larangan ini ditegaskan dalam firman-Nya pada QS. Al-Maidah ayat 90.يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan."Hadirin yang dimuliakan Allah,Segala aturan yang Allah tetapkan tidak dimaksudkan untuk memberatkan hidup manusia, melainkan untuk membebaskan kita dari belenggu nafsu dan godaan setan. Dengan mengikuti petunjuk-Nya, kita akan merasakan kebebasan sejati, yaitu terbebas dari jeratan dosa dan hawa nafsu.Marilah kita bertekad menjadi hamba yang merdeka dengan senantiasa taat kepada Allah Swt. Semoga Allah senantiasa memberi kita kekuatan untuk melawan hawa nafsu dan istiqamah dalam ketaatan.إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِعِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَفَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ2. Khutbah Jumat: Kemerdekaan Merupakan Ajaran RasulullahKhutbah Iاَلْحَمْدُ لِلّٰه الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللّٰهِ شَهِيْدًا أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّاللَّهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَايَحْتَسِبُ، وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍPara jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah,Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt yang telah menganugerahkan kepada kita begitu banyak nikmat, baik berupa materi maupun nonmateri. Selanjutnya, shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad saw., keluarga, dan para sahabatnya yang telah memberikan teladan mulia bagi umatnya.Teladan tersebut tidak hanya dalam bentuk ibadah yang menghubungkan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga dalam hubungan antar sesama makhluk Allah. Artinya, takwa yang diajarkan Nabi dan para sahabat tidak berhenti pada ibadah personal saja, melainkan juga tercermin dalam ibadah sosial yang memperkuat ketakwaan. Oleh sebab itu, mari kita tingkatkan ketakwaan dengan memperbaiki dan memperindah kedua aspek ibadah tersebut: personal dan sosial.Para jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah,Ibadah personal tentu sudah kita pahami bersama, seperti salat dan puasa, baik yang wajib maupun yang sunnah. Kualitas dan ketulusan Nabi serta para sahabat dalam mengamalkan ibadah ini tidak tertandingi oleh siapa pun, sehingga mereka dikenal sebagai generasi terbaik dalam sejarah Islam. Begitu pula dalam aspek ibadah sosial, generasi tersebut meninggalkan teladan yang menginspirasi umat hingga hari ini. Salah satu peristiwa besar yang dicatat oleh Imam Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wan Nihayah adalah ketika Nabi dan para sahabat tidak membalas dendam kepada kaum Quraisy saat penaklukan Kota Mekkah.قَالَ: "يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ مَا تَرَوْنَ أَنِّي فَاعِلٌ فِيكُمْ؟" قَالُوا: خَيْرًا، أَخٌ كَرِيمٌ وَابْنُ أَخٍ كَرِيمٍ. قَالَ: "اذْهَبُوا فَأَنْتُمُ الطُّلَقَاءُ"Artinya, "Nabi bersabda: 'wahai kaum Quraisy, apa pendapat kalian yang akan aku lakukan terhadap kalian?', Mereka menjawab: 'kebaikan wahai saudara yang mulia dan putra saudara yang mulia', Nabi bersabda: 'pergilah, kalian terbebas (dari hukuman)'."Kita semua tentu sudah mengetahui bagaimana kaum Quraisy memberikan gangguan, teror, dan siksaan kepada Nabi Muhammad saw. beserta para sahabat selama mereka masih berada di Mekkah. Bahkan setelah hijrah ke Madinah, kaum Quraisy tetap tidak berhenti mengganggu, bahkan bersekutu dengan kelompok lain seperti kaum Yahudi untuk menyerang Nabi dan para sahabatnya.Para jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah,Namun semua perlakuan itu tidak membuat Nabi dan para sahabat terpancing untuk membalas dendam. Justru ketika terjadi peristiwa Fathu Mekkah, Rasulullah menegaskan bahwa kaum Quraisy dibiarkan merdeka dan terbebas dari hukuman. Para sahabat pun tidak membantah keputusan tersebut, meski tidak sedikit di antara mereka yang tentu menyimpan rasa marah atas perlakuan kaum Quraisy sebelumnya.Padahal, jika Nabi dan para sahabat menghendaki untuk menghukum mereka, tentu tidak akan ada pihak yang berani menentang. Bahkan Rasulullah bisa saja menjadikan mereka sebagai tawanan atau budak, sebab saat itu kekuasaan sepenuhnya berada di tangan kaum Muslimin. Tetapi Nabi ingin memberikan pelajaran bahwa setiap manusia memiliki hak untuk merdeka dan bebas dari hukuman dendam.Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah,Selain peristiwa besar tersebut, masih banyak sabda dan tindakan Rasulullah saw. yang menunjukkan betapa beliau menjunjung tinggi kebebasan manusia. Salah satunya tampak dalam sikap beliau terhadap sistem perbudakan yang masih berlaku saat itu. Rasulullah justru mendorong umat Islam untuk membebaskan para budak, bahkan menjadikannya sebagai amal yang sangat besar pahalanya. Hal ini terlihat dari berbagai ajaran, seperti janji pahala bagi orang yang memerdekakan budak, menjadikan pembebasan budak sebagai kafarat bagi pelanggaran tertentu, hingga memudahkan jalan bagi budak mukatab untuk meraih kebebasannya. Dalam sebuah riwayat Muslim pun disebutkan bahwa Rasulullah bersabda:مَنْ لَطَمَ مَمْلُوكَهُ أَوْ ضَرَبَهُ فَكَفَّارَتُهُ أَنْ يُعْتِقَهُArtinya, "Siapa saja yang menampar budaknya atau memukulnya maka kaffaratnya berupa memerdekakannya." (HR. Muslim)Sabda Nabi tersebut menegaskan bahwa seorang budak tetaplah manusia yang tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang, apalagi disiksa. Inilah ajaran Islam yang hakiki, yakni menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Meski budak menempati posisi sosial yang rendah, mereka tetap harus dihormati dan diperlakukan dengan baik. Bahkan, jika seorang tuan sampai berani menyakitinya, sanksinya adalah membebaskan sang budak dari status perbudakan.Imam Nawawi dalam kitab al-Minhaj fi Syarh Shahih Muslim menjelaskan bahwa para ulama sepakat hukum memerdekakan budak dalam kasus ini tidak wajib, tetapi sunnah. Meski begitu, para ulama tetap menekankan pentingnya berlaku baik dan menahan diri dari menyakiti budak. Sunnah memerdekakan budak pun bisa menjadi penebus dosa atas kezaliman yang dilakukan tuannya. Artinya, menyiksa budak adalah perbuatan zalim, dan Islam jelas mengajarkan agar umatnya menjauhi segala bentuk kezaliman. Bila menyiksa budak saja tergolong zalim, apalagi menindas orang merdeka seperti yang dilakukan para penjajah kolonial.Para jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah,Dalam pandangan Islam, kolonialisme dan imperialisme adalah bentuk nyata dari kezaliman. Karena itu, meraih dan menjaga kemerdekaan adalah anjuran yang selaras dengan ajaran Islam. Manusia yang merdeka memiliki banyak keutamaan dibandingkan mereka yang hidup di bawah kekuasaan manusia lainnya, sebab dengan kemerdekaan seseorang dapat mengendalikan diri dan menentukan arah hidupnya.Nabi Muhammad saw. juga sangat menyadari bahwa sistem perbudakan adalah bentuk penjajahan yang bertentangan dengan fitrah manusia. Hanya saja, beliau tidak serta-merta menghapusnya karena kondisi sosial saat itu belum memungkinkan. Sebagai gantinya, Rasulullah menggunakan strategi yang bijaksana, yaitu mendorong pembebasan budak melalui berbagai cara yang telah dijelaskan sebelumnya.Semangat untuk menjadi manusia merdeka ini pun mendapat dukungan langsung dari firman Allah Swt dalam ayat al-Qur’an yang berbunyi:يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌArtinya, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. al-Hujurat: 13).Ayat tersebut menegaskan bahwa seluruh manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah, dan yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaannya. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan kemerdekaan dan penjajahan, tidak seharusnya ada manusia yang merasa lebih tinggi dari yang lain. Para penjajah kolonial melakukan penindasan karena menganggap diri mereka lebih mulia, lebih berkuasa, dan lebih berhak mengendalikan orang lain. Perasaan semacam inilah yang melahirkan kesewenang-wenangan hingga menyiksa bangsa yang dijajah.Maka sudah sepantasnya setiap individu, kelompok, suku, maupun bangsa berhak atas kemerdekaan, yakni melepaskan diri dari kendali pihak lain. Semangat inilah yang dulu menyalakan api perjuangan para pahlawan dan pendiri bangsa hingga Indonesia mampu berdiri di atas kaki sendiri. Kini, sebagai generasi penerus, kita memikul tanggung jawab untuk menjaga dan merawat kemerdekaan tersebut. Kemerdekaan itu meliputi banyak aspek, mulai dari fisik, wilayah, ekonomi, budaya, hingga cara berpikir.Warisan kemerdekaan ini pada hakikatnya adalah amanah dari para pendahulu kita. Karena itu, semoga kita semua diberi kemampuan oleh Allah untuk menjaga dan mengelola amanah ini dengan sebaik-baiknya.بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُKhutbah IIاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلٓهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أٓلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَأَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللّٰهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماًاَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌعِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُBaca juga: Contoh Amanat Pembina Upacara 17 Agustus 2025 yang Sesuai dengan Tema NasionalItulah beberapa khutbah Jumat tentang Kemerdekaan yang dapat membangkitkan semangat. Melalui khutbah Jumat tentang kemerdekaan, umat Islam diingatkan kembali bahwa perjuangan tidak berhenti di masa lalu, melainkan terus berlanjut dalam bentuk kontribusi nyata dalam membangun bangsa dan agama. (Gin)