Sejarah Indonesia Ditulis Ulang, Kemenbud Ingin Partisipasi Publik Diperkuat di Padang

Wait 5 sec.

Kota Padang menjadi tuan rumah penulisan sejarah ulang (Dok. Kemenbud)JAKARTA — Kementerian Kebudayaan terus memperkuat partisipasi publik dalam penulisan ulang Sejarah Indonesia. Setelah Depok dan Banjarmasin, giliran Kota Padang menjadi tuan rumah diskusi publik untuk menjaring kritik dan masukan dari para pemangku kepentingan. Diskusi digelar di Universitas Negeri Padang (UNP), Rabu, 31 Juli, dihadiri lebih dari 200 peserta, mulai dari akademisi, mahasiswa, pemerintah daerah, komunitas budaya, hingga wartawan.Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan, keterbukaan publik adalah fondasi utama dalam pembaruan historiografi nasional. “Kami ingin sejarah yang menjawab kebutuhan zaman. Bukan hanya untuk mengingat masa lalu, tapi juga menguatkan identitas kebangsaan di tengah polarisasi dan globalisasi,” ujar Fadli dalam sambutan video.Fadli menambahkan, para sejarawan diberi kebebasan penuh meneliti dan menulis berdasarkan disiplin keilmuannya. Tujuannya, agar hasil penulisan tidak bersifat normatif dan sentralistik.Rektor UNP, Krismadinata, mendorong agar peristiwa-peristiwa dari luar Jawa mendapat porsi setara. “Indonesia bukan hanya Jawa. Sumatra, Kalimantan, dan daerah lain punya sejarah yang layak dicatat,” katanya.Diskusi menghadirkan tiga editor utama: Prof. Susanto Zuhdi, Prof. Singgih Tri Sulistiyono, dan Prof. Jajat Burhanudin. Mereka menjelaskan kerangka 10 jilid buku yang ditulis para pakar sesuai tema masing-masing. Salah satunya, Prof. Susanto menekankan pentingnya narasi diaspora dan peradaban lokal dalam pembentukan bangsa.Mahasiswi Universitas Andalas, Zaskia, mengingatkan agar buku ini mudah diakses dan dipahami publik. “Ini bukan hanya untuk akademisi, tapi juga masyarakat luas,” ujarnya.Diskusi ditutup dengan penegasan bahwa proyek penulisan ini harus membentuk narasi utuh yang saling terhubung, dari Sabang hingga Merauke.