Seorang anak melihat buku panduang kesehatan keluarga yang dikeluarkan oleh Kemenkes dan perangkat desa untuk memantau kesehatan gizi sang anak dan kesehatan ibu. Foto: Iqbal Firdaus/kumparanIkatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyoroti akses layanan kesehatan yang belum merata, yang dampaknya dapat memengaruhi kualitas hidup seorang anak. Padahal, 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak merupakan golden period, atau fase emas yang sangat menentukan masa depan kesehatan anak.Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial IDAI, Dr. dr. Hesti Lestari, Sp.A, Subsp. TKPS(K), mengungkapkan, golden period ini berperan dalam menumbuhkan dan mengembangkan segala bentuk kecerdasan, imunitas, dan tumbuh kembang anak.Namun, sayangnya, tidak semua anak Indonesia memiliki akses layanan kesehatan yang memadai untuk melewati periode penting ini dengan optimal."Namun, sayangnya, tidak semua anak Indonesia memiliki akses layanan kesehatan yang memadai untuk melewati periode penting ini dengan optimal," kata dr. Hesti dalam webinar 'Akses Terbatas Layanan Kesehatan: Dampak pada Pemantauan Kesehatan dan Tumbuh Kembang Anak’ yang diselenggarakan IDAI, pada (30/7)Buku Kesehatan Ibu dan Anak Jadi Pedoman Penting di Tengah Keterbatasan Akses Layanan KesehatanPemeriksaan gejala stunting pada anak. Foto: Iqbal Firdaus/kumparandr. Hesti mengungkapkan bahwa faktor geografis, kondisi ekonomi, dan distribusi tenaga kesehatan yang belum merata menjadi penghambat besarnya.Meskipun jumlah fasilitas kesehatan terus meningkat, yakni tercatat 10.180 Puskesmas di tahun 2023, namun belum semua faskes mampu menjangkau masyarakat secara merata. Apalagi dengan kualitas sarana dan sumber daya manusia yang ideal, Moms.Di tengah keterbatasan ini, buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang dikeluarkan oleh Kemenkes menjadi salah satu penyelamat. Ya Moms, dr. Hesti menuturkan, buku ini bukan hanya kumpulan data medis si kecil, tetapi juga menjadi pedoman tumbuh kembang anak. Jadi, Anda bisa mendeteksi dini berbagai risiko kesehatan dan gangguan tumbuh kembang anak lewat buku KIA tersebut."Lewat buku KIA, dokter dan orang tua dapat memantau kesehatan anak dan dengan ini riwayat kesehatan akan ada recordnya," jelas dr. Hesti.Menurut dr. Hesti, dengan adanya buku KIA ini juga sangat membantu orang tua yang harus berpindah-pindah faskes atau pun dokter karena berbagai alasan, misalnya pindah domisili karena pekerjaan."Untuk itu, buku ini sangat penting karena sering kali layanan kesehatan terputus akibat tidak adanya catatan medis yang lengkap. Di sinilah nilai Buku KIA sebagai penghubung lintas waktu dan tempat menjadi sangat vital," tutur dia.Langkah Pemerintah dalam Memperluas Akses Layanan Kesehatan untuk AnakPetugas kesehatan mengukur tinggi badan balita saat pelaksanaan program Penanganan Anak Kurang Gizi atau Stunting (Pak Ginting) di Puskesmas Satu Ulu Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (3/3/2023). Foto: Nova Wahyudi/ANTARA FOTOLantas, apa yang sudah dilakukan pemerintah sejauh ini untuk memperluas pelayanan kesehatan untuk anak?Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), DR Dr Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A, Subsp.Kardio(K), menjelaskan, pemerintah sendiri telah memiliki program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Kemudian pada tingkat nasional, ada juga program Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK). Program-program ini bertujuan untuk melakukan kegiatan stimulasi, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan, serta pemeriksaan secara teratur untuk mendeteksi dini tumbuh kembang anak balita hingga prasekolah."Namun juga terdapat tantangan besar, seperti jumlah tenaga kesehatan, kualitas sumber daya manusia, hingga minimnya sarana yang layak di beberapa daerah khususnya daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar) oleh karena itu, kewajiban kita sebagai orang tua dan pemerintah Harus menyediakan akses yang equal," ungkap dr. Piprim.Maka dari itu, dr. Hesti menyebut buku KIA diharapkan bisa menjadi jembatan yang memungkinkan pemantauan kesehatan tetap berjalan, meski masih ada layanan kesehatan belum ideal. dr. Hesti menekankan, setiap anak berhak mendapatkan layanan kesehatan terbaik sejak dini."Meski sederhana, buku ini punya peran penting dalam menjamin hak kesehatan anak terpenuhi," tutup dr Hesti.Reporter: Sarah Tri Wulandari