Ilustrasi (Freepik/Freepik)JAKARTA — Ada semangat baru yang sedang tumbuh di tengah masyarakat Indonesia, yakni hidup lebih ramah lingkungan dan berpikir jauh ke depan. Kini, bukan hanya soal mengganti sedotan plastik atau membawa tumbler ke mana-mana.Perubahan gaya hidup ini merambah ke hal yang lebih besar, yaitu bagaimana kita menggunakan dan memproduksi energi. Di tengah tantangan global, Indonesia tampil percaya diri dan optimistis.Negara kepulauan terbesar di dunia ini sedang bersiap untuk menjadi pemimpin energi bersih di kawasan Asia Tenggara. Dan semua mata akan tertuju pada ajang besar The 12th IndoEBTKE ConEx 2025, yang akan digelar pada 26–28 November 2025 di Nusantara International Convention Exhibition (NICE), PIK 2.Indonesia punya kekayaan alam yang tak main-main. Dari energi surya yang bisa mencapai 3.286 GW, potensi angin 155 GW, hingga cadangan nikel terbesar yang sangat dibutuhkan untuk baterai kendaraan listrik. Ini bukan sekadar angka, tapi aset masa depan yang bisa membawa Indonesia jadi "regional green powerhouse"."Indonesia punya modal luar biasa untuk menjadi pusat energi bersih ASEAN. Kita bukan cuma bicara potensi, tapi juga pengaruh di kawasan," ujar Andhika Prastawa, Ketua Umum Masyarakat Konservasi dan Efisiensi Energi Indonesia (MASKEEI), dari keterangan resmi IndoEBTKE.Buat Anda yang tertarik dengan tren energi, teknologi, dan keberlanjutan, IndoEBTKE ConEx 2025 bukan acara yang dilewatkan. Diselenggarakan oleh METI dan MASKEEI, konferensi ini akan menghadirkan para pemikir besar, pelaku industri, startup, hingga pemerintah dan investor global, semuanya duduk bersama membahas masa depan energi.“Melalui IndoEBTKE ConEx, kami ingin mendorong sinergi sektor publik, swasta, dan mitra internasional. Tujuannya adalah membentuk ekosistem energi bersih yang inklusif, terkoneksi global, dan tangguh,” ungkap Widi Pancono, Ketua III METI.Tahun ini, tema yang diangkat sangat menggugah adalah 'Positioning Indonesia as a Regional Green Powerhouse to Support Indonesia Emas 2045'. Konsepnya tak hanya fokus pada teknologi dan inovasi, tapi juga pada kolaborasi lintas sektor dan kesadaran masyarakat.Sebelum konferensi utama digelar, sudah ada pemanasan menarik lewat sesi Focus Group Discussion (FGD) yang berlangsung pada 24 Juli 2025. Bekerja sama dengan Boston Consulting Group (BCG), FGD ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan, dari perusahaan energi tradisional, startup, lembaga negara, hingga perwakilan kedutaan."FGD ini adalah langkah strategis untuk memastikan bahwa acara utama nanti benar-benar relevan, berdampak, dan mampu mendorong solusi nyata," jelas Eka Satria, Ketua Komite IndoEBTKE ConEx 2025.Diskusi hangat itu mengeksplorasi empat pertanyaan penting, seperti bagaimana agar konferensi ini melahirkan hasil nyata untuk industri, bagaimana peran swasta bisa lebih aktif dalam mendukung energi hijau, hingga hambatan apa yang perlu dipecahkan untuk mempercepat transisi energi di Indonesia.Apa yang membuat IndoEBTKE ConEx 2025 berbeda dari konferensi biasa? Selain menyajikan panel diskusi dan keynote speech dari para pemimpin dunia, acara ini juga akan menampilkan pameran teknologi terbaru, showcase inovasi energi, dan sesi networking yang bisa membuka peluang kolaborasi nyata. Tahun ini, penyelenggara ingin membuat event ini lebih terbuka dan membumi."Kami ingin mengangkat IndoEBTKE sebagai momentum Indonesia Clean Energy Week. Lebih banyak publik yang terlibat, lebih banyak inspirasi yang tersebar,” kata Mada Ayu Habsari, Ketua Panitia Pelaksana acara ini.IndoEBTKE ConEx 2025 bukan hanya bicara soal masa depan energi, tapi juga masa depan gaya hidup ramah lingkungan. Cara kita mengonsumsi, bergerak, dan berinovasi perlahan akan berubah. Dari kendaraan listrik, rumah hemat energi, hingga bisnis yang lebih hijau, semua jadi bagian dari transformasi ini. Bukan tidak mungkin dalam waktu dekat, Indonesia jadi rujukan dunia dalam pengembangan energi bersih."Dengan komitmen dari berbagai pihak, kita bisa menjadikan transformasi energi ini sebagai jalan menuju Indonesia Emas 2045." tutup Eka Satria.