Donald Trump Ultimatum Perusahaan Teknologi AS: Setop Buka Loker di China

Wait 5 sec.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Foto: Jim Watson/AFPPresiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali melontarkan pernyataan kontroversial. Kali ini, ia memperingatkan perusahaan teknologi asal AS yang beroperasi di luar negeri agar menghentikan kebiasaan membuka lapangan kerja di India dan China, dan mulai mengutamakan pekerja dari dalam negeri.Dalam pidatonya di sebuah forum kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) di New York, Trump menyuarakan seruan untuk mengakhiri apa yang ia sebut sebagai “globalisme radikal”. Ia mendorong lahirnya “semangat patriotisme dan loyalitas nasional baru, khususnya di Silicon Valley dan sekitarnya,” demi membantu AS memenangkan persaingan global di bidang AI.“Perusahaan teknologi raksasa kita selama ini menikmati kebebasan yang diberikan Amerika, tapi malah membangun pabrik di China, merekrut tenaga kerja dari India, dan mengakali pajak lewat Irlandia... Tapi di bawah Presiden Trump, masa-masa itu sudah berakhir,” ucapnya.AS Mulai Perlombaan AIPernyataan Trump muncul beberapa minggu setelah dia secara tidak langsung meminta Apple dan Tesla mengurangi produksi di India. Para perusahaan teknologi AS itu membuka industri di luar negeri karena alasan tarif pajak yang diterapkan AS terlampau tinggi.Ilustrasi Tesla di China. Foto: dok. TeslaMeski dalam forum yang dihadiri Trump kali ini sebenarnya membahas tentang AI, pesan yang disampaikannya jauh melampaui itu. Ia menegaskan bahwa semua perusahaan AS seharusnya berhenti merekrut tenaga kerja asing, sebagai bentuk semangat nasionalisme.“Amerika adalah negara yang memulai perlombaan AI, dan sebagai Presiden AS, saya hadir di sini hari ini untuk menyatakan bahwa Amerika akan Menang,” ujar Trump dengan penuh keyakinan, pada Rabu (23/7).lalu menandatangani tiga perintah eksekutif untuk meningkatkan anggaran pengembangan AI. Langkah ini datang di tengah kekhawatiran Washington yang kian besar setelah China menunjukkan kemajuan luar biasa dalam bidang AI. Banyak pengamat menyebut ini sebagai momen Sputnik baru, merujuk pada saat Uni Soviet sempat unggul dalam perlombaan antariksa dan memicu perubahan besar di AS. Trump bersumpah hal itu tidak akan terulang kembali.Kendati begitu, retorika anti-globalisasi Trump disambut dingin oleh industri teknologi. Pasalnya, globalisasi dianggap sudah tidak bisa diputar balik lagi, terutama karena rantai pasok teknologi kini sudah terhubung lintas negara.Raksasa seperti Google, Microsoft, dan IBM, yang semua CEO-nya saat ini berasal dari India, memiliki operasi besar di negara tersebut dan menganggap India sebagai pasar yang sangat penting.Menurut American Chamber of Commerce di India, perusahaan-perusahaan AS telah membuka peluang kerja yang memberdayakan lebih dari 5 juta orang di negara itu. Hingga 2024, tercatat ada sekitar 1.800 kantor perusahaan luar negeri di India, mayoritas berasal dari Amerika Serikat. Jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan-perusahaan itu hampir mencapai dua juta orang.Nama-nama besar seperti IBM, Microsoft, Google, Amazon, hingga Dell diketahui memiliki kantor cabang dan jumlah karyawan signifikan di India. Mereka memanfaatkan talenta dan keahlian yang justru masih langka di AS, meski narasi Trump menyiratkan sebaliknya.