Thailand melepaskan tembakan ke arah wilayah Kamboja pada Jumat, 25 Juli (Reuters/Athit Perawongmetha)YOGYAKARTA - Setidaknya 11 orang tewas dalam bentrokan bersenjata di sepanjang perbatasan Thailand-Kamboja pada hari Kamis, 24 Juli. Pecahnya pertempuran ini menyusul ketegangan selama berminggu-minggu yang telah meningkat sejak Mei, ketika seorang tentara Kamboja tewas dalam konfrontasi bersenjata di perbatasan tersebut.Kementerian Pertahanan Thailand, pada Jumat, 25 Juli, melaporkan bentrokan masih berlangsung di setidaknya enam wilayah di sepanjang perbatasan. Bentrokan terjadi di daerah dekat kuil kuno Ta Muen Thom di sepanjang perbatasan Surin dan provinsi Oddar Meanchey di Kamboja.Sengketa wilayah perbatasan antara Thailand dan Kamboja ini telah berlangsung lebih dari seabad. Melansir Whasington Post, berikut sejarahnya.Sejarah Konflik Thailand dan KambojaHubungan antara kedua negara tetangga di Asia Tenggara ini telah diwarnai perselisihan sejak tahun 1907, ketika Kamboja, koloni Prancis, dan Kerajaan Siam yang merdeka (sebutan untuk Thailand hingga tahun 1939) menandatangani perjanjian yang menetapkan batas wilayah sepanjang 800 kilometer di antara mereka. Masalahnya, peta perjanjian tersebut berbeda dari teksnya, terutama, perjanjian tersebut menempatkan Preah Vihear, sebuah kuil abad ke-11 yang sangat penting bagi kedua negara, di wilayah Prancis.Preah Vihear menjadi titik perdebatan yang signifikan. Selama Perang Dunia II, Thailand yang bersekutu dengan Jepang merebut kuil tersebut, kemudian menyerahkannya kepada Kamboja Prancis setelah kekalahan Blok Poros. Pada tahun 1954, ketika Kamboja yang baru merdeka mulai terbentuk, Thailand memanfaatkan momen tersebut untuk merebutnya kembali.Kamboja membawa sengketa ini ke Mahkamah Internasional, dan di sana, Kamboja berargumen bahwa peta Prancis tahun 1907 membuktikan kedaulatannya atas kuil tersebut. Mahkamah setuju dan memutuskan pada tahun 1962 bahwa kuil tersebut milik Kamboja. Thailand menerima keputusan tersebut dan menarik pasukannya.Pada tahun 2008, ketegangan kembali muncul saat Kamboja berupaya mendapatkan pengakuan UNESCO terhadap Preah Vihear sebagai situs Warisan Dunia.Pemerintah Thailand di bawah Perdana Menteri Samak Sundaravej saat itu, di tengah keadaan krisis politik domestik yang semakin memanas, awalnya mendukung permohonan Kamboja. Pihak oposisi menuduh pemerintah mengkhianati kepentingan Thailand, dan pemerintah pun menarik diri.UNESCO menyetujui permohonan Kamboja pada Juli 2008. Ketika kedua belah pihak dalam perpecahan politik Thailand berusaha memanfaatkan sentimen nasionalis yang semakin menguat, pemerintah Thailand mengerahkan pasukan di dekat kuil tersebut (Kamboja mengatakan mereka memasuki wilayahnya; Thailand mengatakan tidak). Kamboja membalas dengan tindakan serupa, yang mengakibatkan penumpukan militer di sepanjang perbatasan.Pertempuran pecah pada Februari 2011, masing-masing pihak menuduh pihak lain memulai konflik. Setelah delapan hari dan setidaknya 16 korban jiwa, Kamboja dan Thailand sepakat untuk gencatan senjata, tetapi beberapa bagian perbatasan tetap menjadi wilayah sengketa.Pemicu Konflik Saat IniPerselisihan perbatasan bulan ini tidak terkait langsung dengan Preah Vihear, tetapi telah dipicu oleh meningkatnya nasionalisme yang membentuk konflik-konflik sebelumnya.Seorang tentara Kamboja tewas dalam pertempuran perbatasan pada bulan Mei. Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra menelepon Hun Sen, pemimpin de facto Kamboja, untuk meredakan ketegangan.Hal itu justru berdampak sebaliknya. Dalam rekaman panggilan telepon yang diunggah daring oleh Hun, pemimpin Thailand tersebut tampak berbicara dengan hormat kepada pemimpin otoriter Kamboja tersebut, memanggilnya "paman." Rekaman tersebut memicu kemarahan.Sekali lagi, pemerintah Thailand dituduh lebih mengutamakan kepentingan Kamboja daripada kepentingan Thailand. Pada 1 Juli, di tengah meningkatnya seruan agar Shinawatra mengundurkan diri, Mahkamah Konstitusi Thailand menskors perdana menteri dari jabatannya.Pada hari Rabu, sebuah ranjau darat di perbatasan melukai lima tentara Thailand, satu kehilangan satu kaki. Thailand menarik duta besarnya untuk Kamboja, dan pesawat-pesawat tempur segera mulai menjatuhkan bom.