China Usulkan Pembentukan Organisasi Global untuk Kerja Sama AI

Wait 5 sec.

Perdana Menteri China, Li Qiang, dalam Konferensi Kecerdasan Buatan Dunia (World Artificial Intelligence Conference/WAIC) (foto:x @SpoxCHN_LinJian)JAKARTA — Pemerintah China mengusulkan pembentukan sebuah organisasi baru untuk mendorong kerja sama global dalam bidang kecerdasan buatan (AI), dalam upaya memperkuat posisinya sebagai alternatif dari dominasi Amerika Serikat di sektor teknologi ini.Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Perdana Menteri China, Li Qiang, dalam Konferensi Kecerdasan Buatan Dunia (World Artificial Intelligence Conference/WAIC) yang digelar di Shanghai.Menurut Li, pengembangan AI global saat ini masih terfragmentasi dan kekurangan koordinasi, terutama terkait perbedaan konsep regulasi dan kerangka institusional antarnegara. "Kita harus memperkuat koordinasi untuk membentuk kerangka tata kelola AI global yang memiliki konsensus luas secepat mungkin," ujarnya.Meskipun tidak menyebut Amerika Serikat secara eksplisit, Li memberikan peringatan bahwa AI berisiko menjadi "permainan eksklusif" milik segelintir negara dan perusahaan besar. Ia menekankan bahwa semua negara dan perusahaan seharusnya memiliki hak yang setara untuk memanfaatkan teknologi ini."China bersedia berbagi pengalaman dan hasil pengembangan AI dengan negara lain, terutama negara-negara Global South," kata Li. Istilah "Global South" merujuk pada negara-negara berkembang atau berpenghasilan rendah, kebanyakan berada di belahan bumi selatan.Sebagai bagian dari inisiatif ini, pemerintah China juga merilis action plan atau rencana aksi tata kelola AI global yang menyerukan kolaborasi lintas batas antar pemerintah, organisasi internasional, perusahaan teknologi, dan institusi riset. Salah satu gagasan yang tengah dipertimbangkan adalah menjadikan Shanghai sebagai lokasi kantor pusat organisasi ini.Persaingan Global AI MeningkatKonferensi tiga hari ini diselenggarakan di tengah meningkatnya ketegangan antara China dan Amerika Serikat dalam persaingan teknologi. AI kini menjadi salah satu medan utama perebutan pengaruh global di antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut.Washington telah menerapkan pembatasan ekspor terhadap teknologi tinggi ke China, termasuk chip AI tercanggih dari perusahaan seperti Nvidia dan peralatan manufaktur semikonduktor. Alasan utamanya adalah kekhawatiran bahwa teknologi tersebut bisa dimanfaatkan untuk memperkuat kemampuan militer China.Meski demikian, Beijing terus mencetak kemajuan signifikan di bidang AI, yang kini menjadi perhatian serius bagi para pejabat Amerika.Konferensi WAIC tahun ini diikuti oleh lebih dari 800 perusahaan dari dalam dan luar negeri. Para peserta memamerkan lebih dari 3.000 produk teknologi tinggi, 40 model bahasa besar (large language models), 50 perangkat bertenaga AI, dan 60 robot cerdas.Perusahaan teknologi besar seperti Huawei dan Alibaba tampil mendominasi pameran, sementara perusahaan asing seperti Tesla, Alphabet (induk Google), dan Amazon juga turut berpartisipasi. Salah satu daya tarik utama adalah robot humanoid dari startup China, Unitree.Para pembicara utama yang hadir tahun ini termasuk Geoffrey Hinton, ilmuwan komputer yang dijuluki "Godfather of AI", Anne Bouverot sebagai utusan khusus Presiden Prancis untuk AI, dan mantan CEO Google Eric Schmidt. Namun, Elon Musk yang biasanya hadir dalam beberapa tahun terakhir tidak memberikan pidato kali ini.China kini tampak semakin aktif mengambil peran sentral dalam membentuk arah masa depan AI dunia — baik melalui pengembangan teknologi, kerja sama internasional, hingga upaya membentuk lembaga global baru. Jika usulan ini terwujud, maka Shanghai bisa menjadi pusat baru diplomasi teknologi kecerdasan buatan.