Polsek Cilincing Jakarta Utara/ Foto: Rizky Sulistio/ VOIJAKARTA — P (65), seorang pria lanjut usia, tak pernah membayangkan pencarian daun garu—obat tradisional yang biasa ia petik sendiri—akan menjadi perjalanan terakhir dalam hidupnya.Kamis malam, 31 Juli 2025. Di bawah kolong jembatan akses Marunda, Jakarta Utara, ia berjalan ditemani anaknya. Tak ada firasat apa pun. Hanya rutinitas kecil seorang bapak tua yang tetap gigih di usia senja.Namun dari bayang-bayang gelap di bawah jembatan, datang sosok BI (36). Seorang pelaku pencurian bajing loncat (Bajilo), yang dikenal sebagai kriminal kambuhan di wilayah Cilincing. Dengan dongkrak besi di tangan, BI menghantam kepala korban tanpa peringatan.Dongkrak. Bukan senjata tajam. Bukan peluru. Hanya logam dingin yang biasa dipakai mengganti ban. Tapi malam itu, menjadi alat pembunuh.Korban rubuh bersimbah darah. Anak korban berteriak, warga berhamburan. Pelaku kabur—bersembunyi tak jauh dari tempat ia mengakhiri hidup seseorang.Korban sempat dilarikan ke rumah sakit, tapi luka di kepala terlalu parah. Dini hari, Jumat 1 Agustus 2025, ia dinyatakan meninggal dunia.Polisi bergerak cepat. Pelaku akhirnya ditangkap saat sedang berkumpul dengan kelompok Bajilo lainnya, hanya 500 meter dari lokasi kejadian. “Tidak ada perlawanan. Dia mengakui perbuatannya,” ujar Panit 1 Reskrim Polsek Cilincing, Ipda Restu Setiawan.BI kini diamankan dan diperiksa intensif. Ia bukan pemain baru. Namanya sering muncul di balik laporan kehilangan barang, pencurian di truk berjalan, dan aksi-aksi nekat lainnya di jalanan Cilincing.Namun kali ini, aksinya tidak hanya meresahkan. Tapi merenggut nyawa. Seorang lansia. Seorang ayah.