PTP Nonpetikemas Sebut Terminal Kijing jadi Urat Nadi Ekonomi Kalimantan Barat

Wait 5 sec.

Pelabuhan Internasional, Kijing di Kabupaten Mempawah, Kalbar. (Foto: ANTARA)JAKARTA - Terminal Kijing, di Mempawah tumbuh lebih dari sekadar pelabuhan. Sejak resmi dikelola PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP Nonpetikemas) Cabang Pontianak pada Agustus 2022, terminal tersebut kini menjelma menjadi tulang punggung pelayanan kargo nonpetikemas di Kalimantan Barat. Terminal Kijing menjadi salah satu simpul logistik internasional yang strategis karena berbatasan langsung dengan jalur perdagangan utama Selat Malaka, sehingga memainkan peran penting dalam memperkuat konektivitas dan mendorong ekspor-impor, khususnya Kalimantan Barat. Direktur Utama PTP Nonpetikemas Indra Hidayat Sani mengatakan, Terminal Kijing mampu melayani hingga 15 kapal sekaligus, termasuk kapal-kapal besar hingga 100.000 DWT karena draft hingga 15 meter dan panjang dermaga yang mencapai lebih dari 1.900 meter. “Tak kurang dari 84 perkebunan kelapa sawit, 132 perusahaan industri CPO, dan 42 terminal khusus mendukung ekosistem komoditas ini di wilayah tersebut, sehingga Terminal Kijing menjadi urat nadi ekonomi Kalimantan Barat,” katanya di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat, 1 Agustus. Indra mengatakan Terminal Kijing menjadi pintu gerbang ekspor utama untuk produk turunan kelapa sawit, didukung oleh sarana bongkar muat modern seperti harbour mobile crane, excavator, wheel loader, mobile conveyor, flexible hose, dan portable filling station. “Sejumlah komoditas lain seperti batu bara, pupuk, palm kernel, bauksit, dan kargo berat juga menjadi bagian dari layanan terminal ini,” tuturnya. Dengan infrastruktur modern dan fasilitas bongkar muat yang mumpuni, sambung Indra, Terminal Kijing kini memainkan peran penting dalam mendukung arus barang, khususnya untuk proyek-proyek infrastruktur di wilayah barat Indonesia. Tak hanya mendorong ekspor, Kijing juga menjadi bagian penting dalam menjaga ketahanan rantai pasok nasional. “Sebagai pelabuhan internasional baru di Kalimantan Barat, Terminal Kijing diposisikan menjadi motor penggerak ekspor-impor kawasan sekaligus katalisator pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya. Ke depan, sambung Indra, pelabuhan ini disiapkan untuk mendukung program hilirisasi yang tengah digencarkan pemerintah serta melayani berbagai macam kargo, baik nonpetikemas maupun petikemas guna memperkuat rantai pasok, khususnya di wilayah barat Indonesia. Sekadar informasi, PTP Nonpetikemas mencatat kenaikan throughput dari tahun ke tahun dengan capaian 2,27 juta ton pada 2023, meningkat menjadi 3,09 juta ton pada 2024, dan pada 2025 ditargetkan mencapai 3,3 juta ton. Kontribusi terbesar berasal dari curah cair (1,9 juta ton), curah kering 761.000, ton dan general cargo 456.000 ton. Hingga Juni 2025, total volume bongkar muat atau throughput tercatat 2 juta ton, dengan curah kering sebagai penyumbang terbesar sebesar 965.000 ton, disusul curah cair 759.000 ton, dan general cargo 328.000 ton. Sepanjang 2025, throughput diproyeksikan menembus 3,3 juta ton.Hingga semester I-2025, kinerja pengoperasian PTP Nonpetikemas Cabang Pontianak Terminal Kijing untuk komoditas curah kering mencatat pertumbuhan signifikan sebesar 225 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.Rata-rata throughput mencapai 2.716 ton per ship per day (T/S/D), melonjak tajam dari 836 T/S/D pada semester I 2024.PTP Nonpetikemas Cabang Pontianak beroperasi di Kalimantan Barat dengan mengelola empat area terminal nonpetikemas, yaitu Kawasan Dwikora, Pelabuhan Perintis Sintete, Ketapang, dan Kawasan Kijing. Pelabuhan ini juga menangani berbagai komoditas general cargo seperti karet, bungkil, dan plywood.Terminal Kijing sendiri melayani aneka kargo nonpetikemas, antara lain CPO dan turunannya, batu bara, pupuk, palm kernel, karung beras, serta produk perkayuan. Didukung oleh Kalimantan Barat sebagai salah satu sentra produksi CPO nasional, wilayah ini memiliki hinterland yang kuat bagi pertumbuhan volume kargo.