Radiofrequency Ablation Jadi Solusi Penyembuhan Tanpa Operasi untuk Benjolan Tiroid

Wait 5 sec.

Dr. Dicky Levenus Tahapary, Sp.PD-KEMD, PhD, FINASIM (Foto: VOI/Adelia)JAKARTA - Tiroid adalah kelenjar kecil berbentuk kupu-kupu di leher yang memainkan peran besar dalam metabolisme, suhu tubuh, fungsi jantung, hingga kesehatan kulit dan rambut.Saat muncul benjolan pada kelenjar ini, banyak pasien merasa khawatir dan langsung berpikir harus menjalani operasi. Namun kini, Radiofrequency Ablation (RFA) hadir sebagai solusi tanpa sayatan dan tanpa rawat inap.“Radiofrequency Ablation merupakan prosedur yang minimal invasif, sangat efektif untuk mengecilkan benjolan tiroid jinak, dan tidak memerlukan pembedahan,” jelas dr. Dicky Levenus Tahapary, Sp.PD-KEMD, PhD, FINASIM, dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin, metabolik, dan diabetes Eka Hospital BSD, saat ditemui di kawasan Cikini, Jakarta pada Senin, 28 Juli 2025.RFA adalah prosedur non-bedah yang memanfaatkan gelombang radiofrekuensi untuk menghancurkan jaringan benjolan (nodul) tiroid. Dokter akan memasukkan jarum kecil ke dalam benjolan dengan panduan ultrasonografi (USG).Ujung jarum memancarkan energi panas yang merusak jaringan sel abnormal secara presisi tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya.“Prosedur ini memungkinkan penanganan langsung ke sasaran, dengan kerusakan minimal terhadap jaringan tiroid normal,” ungkap dr. Dicky.Selama ini, pengobatan standar untuk benjolan tiroid adalah operasi pengangkatan kelenjar (tiroidektomi). Namun operasi membawa risiko bekas luka besar, pemulihan lama, dan kemungkinan kehilangan fungsi tiroid.“Dengan RFA, pasien hanya membutuhkan tusukan kecil tanpa sayatan. Prosedurnya cepat, aman, dan pasien bisa pulang di hari yang sama,” kata dr. Dicky.Keunggulan RFA:- Minim luka dan tanpa bekas besar- Pemulihan cepat: pasien bisa kembali beraktivitas dalam 1–2 hari- Mempertahankan fungsi tiroid: tidak seperti operasi, kelenjar tiroid tidak diangkat- Bisa diulang jika benjolan tumbuh kembali“Salah satu kelebihan penting RFA adalah fungsionalitas tiroid tetap terjaga. Ini berarti pasien tidak harus minum obat hormon tiroid seumur hidup seperti pasca operasi,” jelas dr. Dicky.Menurut dr. Dicky, RFA tidak untuk semua kasus. Ada kriteria yang perlu diperhatikan sebelum menjalani prosedur ini. Pasien yang direkomendasikan untuk RFA:1. Benjolan Tiroid Jinak- Dikonfirmasi melalui biopsi jarum halus (FNAB)- Terutama nodul padat (solid) atau sebagian besar padat2. Menimbulkan Gejala atau Gangguan Estetika- Menekan tenggorokan, menyebabkan kesulitan menelan/napas- Terlihat jelas dan mengganggu penampilan3. Nodul Hiperaktif (Hot Nodule)- Menghasilkan hormon berlebihan (hipertiroid)- RFA membantu mengurangi produksi hormon abnormal4. Pasien yang Tidak Ingin atau Tidak Bisa Operasi- Menolak pembedahan karena risiko, bekas luka, atau alasan medis- Tidak layak untuk anestesi umum5. Kasus Kanker Tertentu- Seperti mikrokarsinoma pada pasien dengan risiko tinggi operasi- Kanker rekuren yang sulit dijangkau dengan operasi“RFA adalah pilihan ideal untuk pasien yang takut operasi, atau yang pernah operasi tiroid sebelumnya dan ingin menghindari prosedur ulang,” terang dr. Dicky.RFA dilakukan dengan anestesi lokal dan tidak memerlukan rawat inap. Tahapan prosedur RFA adalah leher dibersihkan dan dibius lokal. Berikutnya, dokter menggunakan USG untuk memandu jarum ke lokasi nodul.Lalu, panas dialirkan untuk menghancurkan jaringan abnormal. Terakhir, pasien diobservasi sebentar lalu diperbolehkan pulang.“Waktu prosedur rata-rata hanya 30–60 menit. Pasien tidak perlu menginap dan bisa kembali beraktivitas dengan cepat,” ujar dr. Dicky.Meskipun aman, RFA tetap memiliki risiko minimal seperti nyeri lokal ringan, memar di area tusukan, dan perubahan suara sementara. Namun, dr. Dicky menekankan bahwa komplikasi serius sangat jarang terjadi, terutama jika dilakukan oleh dokter berpengalaman.“Kami selalu melakukan penilaian menyeluruh sebelum tindakan, termasuk posisi nodul dan kondisi medis pasien. Ini penting agar tindakan efektif dan aman." tambahnya.