Apindo Akui Sektor Ritel Lesu, Minta Pemerintah Guyur Insentif

Wait 5 sec.

Ketua Apindo Shinta Kamdani di acara Dewas BPJS Menyapa Indonesia di Auditorium BRIN, Jakarta Pusat. Foto: Najma Ramadhanya/kumparanAsosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mendorong pemerintah untuk bisa mengeluarkan kebijakan insentif yang dapat mendorong daya beli masyarakat di tengah menurunnya permintaan barang konsumsi.Ketua Umum Apindo Shinta Kamdani menjelaskan bahwa fenomena kelompok pengunjung mal yang datang tetapi tidak banyak membeli bahkan tidak belanja sama sekali ini mencerminkan pelemahan konsumsi rumah tangga, terutama di sektor ritel.Ia menyebut konsep tersebut masih lebih baik dibandingkan tidak ada aktivitas sama sekali, tetapi perlu ditindaklanjuti dengan dukungan kebijakan pemerintah agar daya beli masyarakat bisa kembali meningkat.“Nah sekarang bagaimana pemerintah bisa membantu boost untuk insentif daya beli dan demand ini. Ini yang mungkin dibantu dengan diskon-diskon dan lain-lain, apakah ini bisa bantu, kita mesti lihat,” ujar Shinta dalam konferensi pers Rakerkornas Apindo 2025 di kantornya, Jakarta Selatan, Selasa (29/7).Shinta juga menyebut bahwa menjelang perayaan Hari Kemerdekaan, para pelaku ritel tengah bersiap menyambut program diskon besar-besaran dalam rangka Hari Belanja Nasional. Program ini juga diharapkan turut didukung oleh insentif pemerintah.“Kalau kita lihat program dengan para retailer juga akan berlangsung dengan diskon besar menjelang 17 Agustus, ‘Hari belanja nasional’ dan saya rasa di regulasi kebijakan juga sudah ada beberapa insentif-insentif diskon yang disiapkan pemerintah,” tambahnya.Menambahkan Shinta, Analis Kebijakan Ekonomi Apindo, Ajib Hamdani, juga menyinggung konsep “Lipstick Index”, yakni fenomena di mana masyarakat tetap berbelanja untuk kebutuhan tersier di tengah daya beli yang sedang turun.“Misalnya gini, teman-teman bisa lihat kalau kita menonton bola atau kalau ada konser-konser, tiket baru keluar aja biasanya kehabisan,” sebutnya dalam kesempatan yang sama.Menurut Ajib, fenomena ini diprediksi akan hilang dengan sendirinya, dan masyarakat akan mulai berbelanja saat kemampuan daya beli mereka naik. “Dan pertumbuhan ekonomi kita bisa bertumbuh sesuai harapan,” tuturnya.