Pemerintah Sebut Libur Panjang hingga Diskon Jalan Tol Genjot Ekonomi

Wait 5 sec.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso dalam acara Bisnis Indonesia Midyear Challenge 2025 di Hotel Borobudur, Selasa (29/7/2025). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparanPemerintah terus mengoptimalkan peran konsumsi rumah tangga sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu strategi yang diambil adalah dengan merancang libur panjang secara berkala agar daya beli masyarakat tetap terjaga di setiap kuartal.Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, menjelaskan kebijakan libur panjang terbukti memberikan efek pengganda terhadap permintaan domestik. Dampaknya terasa di berbagai sektor seperti transportasi, pariwisata, makanan-minuman, hingga ritel.“Libur panjang itu mendorong spending, konsumsi. Dampaknya besar sekali (ke perekonomian),” kata Susiwijono dalam forum Midyear Economic Challenges 2025 di Hotel Borobudur, Selasa (29/7).Ia mengungkapkan, pemerintah sudah menyusun kalender libur sejak awal tahun untuk memanfaatkan momen-momen strategis seperti awal tahun, Ramadan dan Idul fitri, libur sekolah pertengahan tahun, hingga Natal dan Tahun Baru. Langkah ini bertujuan menjaga roda konsumsi masyarakat tetap berputar.Tak hanya mengandalkan momentum libur, pemerintah juga menggelontorkan berbagai stimulus fiskal untuk menjaga pertumbuhan ekonomi tetap di jalur target APBN 2025, yakni 5,2 persen. Menurut Susiwijono, pada semester I 2025, sisi permintaan didorong dengan kebijakan seperti pemberian THR, gaji ke-13, bantuan sosial dan pangan, serta bantuan tunai.Pekerja melintasi pelican crossing saat jam pulang kerja di Kawasan Jalan Jendral Sudirman, Jakarta, Senin (5/5/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparanDari sisi penawaran, pemerintah memberikan beragam insentif seperti diskon tarif dan keringanan fiskal. Beberapa di antaranya mencakup potongan harga tiket pesawat, tarif tol, PPN Ditanggung Pemerintah untuk sektor otomotif dan properti, hingga pembiayaan perumahan melalui skema FLPP.“Teori ini memang ya yang paling pragmatis. Kalau mau kita mendorong jangka pendek, ya ini yang harus kita tempuh,” ungkapnya.Meski begitu, realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2025 tercatat baru mencapai 4,87 persen. Ia memperkirakan kuartal II masih akan berada di bawah 5 persen, namun optimistis konsumsi dan investasi pada paruh kedua tahun ini mampu menopang capaian pertumbuhan sesuai target.