Ilustrasi curhat lewat ChatGPT. (Pexels/Matheus Bertelli)JAKARTA - Belakangan ‘what’s my curse?’ menjadi tren yang viral di media sosial dan diikuti oleh banyak orang. Ini merupakan tren yang mengandalkan ChatGPT sehingga mudah diikuti.Dikutip dari Tenoshare AI, pada Selasa, 29 Juli 2025, ‘what’s my curse?’ merupakan arti ‘apa kutukan saya?’. Tren ini menggunakan ChatGPT untuk menjawab dari pernyataan tentang ‘what’s my curse’ tersebut.Meskipun artinya ‘apa kutukan saya?’, tetapi maksud kutukan dalam tren ini bukan yang berbau supranatural. Frasa tersebut dalam tren ini mengacu pada perasaan atau kebiasaan negatif di hidup seseorang, yang terasa seperti ‘kutukan’.Perasaan atau kebiasaan negatif tersebut menjadi siklus atau pengalaman yang terus berulang dan sulit untuk dihilangkan. Beberapa kebiasaan tersebut adalah sebagai berikut.- Terlalu memikirkan segala hal (overthinking) yang sebetulnya hal tersebut tidak perlu dipikirkan.- Selalu mencintai orang yang tidak bisa dimiliki atau cintanya bertepuk sebelah tangan.- Berusaha kuat, padahal sebenarnya rapuh.- Berusaha memenuhi standar sosial.- Tidak peduli jika dimanfaatkan oleh orang lain.- Tidak tega atau selalu merasa tidak enak terhadap orang lain.- Selalu menjaga perasaan orang lain.- Sering menolong dan mengabaikan hak diri sendiri.Dalam melakukan tren ‘what’s my curse?’, dimulai dengan mengetik atau merekam kalimat ‘ChatGPT, what’s my curse?’. Kemudian ChatGPT akan memberikan jawaban dengan gaya bahasa yang menyentuh.Jawaban yang diberikan oleh ChatGPT tersebut kemudian di-capture dan digunakan sebagai bahan narasi dalam konten video yang diunggah di media sosial.Biasanya, konten video yang diunggah tersebut juga dilengkapi dengan musik dan efek visual yang mendukung makna dari jawaban ChatGPT mengenai ‘kutukan’ seseorang tersebut.