Bupati Egi apresiasi pagelaran wayang kulit di Lampung (Dok. ANTARA)LAMPUNG - Pagelaran wayang kulit masih dilestarikan di dunia yang serba digital ini. Bupati Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Radityo Egi Pratama mengapresiasi pertunjukan wayang kulit dengan lakon Wahyu Cakraningrat merupakan simbol membangun peradaban Hal tersebut disampaikan Bupati Egi setelah menghadiri pagelaran wayang kulit dengan tema perayaan Tahun Baru Islam 1447 Hijriah di Desa Purwodadi Dalam, Kecamatan Tanjung Sari.“Wayang ini bukan hanya seni, tetapi pelajaran hidup. Wahyu Cakraningrat adalah simbol dari tekad membangun peradaban, bukan sekadar infrastruktur,” kata Bupati Lampung Selatan Radityo Egi Pratama, di Kalianda, mengutip ANTARA pada Minggu, 27 Juli.Menurutnya, nuansa budaya dan spiritualitas berpadu harmonis dalam pagelaran lakon wayang kulit tersebut menyajikan sebuah cerita tentang kepemimpinan bijak dan bermoral.“Lakon Wahyu Cakraningrat sendiri menggambarkan sosok pemimpin ideal, bersih hati, adil, dan berpihak kepada rakyat,” kata dia.Dengan terselenggaranya kegiatan itu, dirinya sangat mengapresiasi inisiatif warga yang secara konsisten melestarikan warisan budaya Jawa di tengah arus modernisasi.“Kegiatan yang digelar secara swadaya ini merupakan hasil gotong royong masyarakat Desa Purwodadi Dalam,” ucapnya.Oleh karena itu, dirinya berkomitmen untuk terus melestarikan budaya leluhur serta mewujudkan pembangunan yang menyeluruh dan berkeadilan di Lampung Selatan.“Pembangunan jalan kita rancang adil, bukan lambat. Semua 17 kecamatan akan mendapat porsi. Kami ingin pembangunan yang cepat dan merata,” ujarnya.Sementara itu, Kepala Desa Purwodadi Dalam, Ngadiran mengungkapkan bahwa tradisi wayang kulit telah menjadi bagian penting dari identitas warga desa.“99 persen warga kami adalah keturunan Jawa. Wayang kulit ini tradisi tahunan yang kami jaga dengan bangga,” kata Ngadiran.