Kebakaran Taman Puring, DPRD DKI Desak Relokasi Pedagang dan Audit Pasar Tradisional

Wait 5 sec.

Kios yang terbakar di Pasar Taman Puring Jakarta Selatan/ Foto: Rizky Sulistio/ VOIJAKARTA - Sekretaris Komisi A DPRD DKI Jakarta Mujiyono meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI segera merelokasi para pedagang Pasar Taman Puring yang terdampak kebakaran besar pada Senin, 28 Juli 2025 malam. Ia menilai relokasi mendesak dilakukan agar roda ekonomi para pedagang tidak terhenti. Menurutnya, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung bersama jajaran perlu segera menyiapkan lokasi pengganti sementara yang tertib dan layak. “Pemprov harus segera menyiapkan lokasi relokasi sementara yang layak dan tertib, agar pedagang bisa kembali berjualan dan pemulihan ekonomi bisa dimulai secepatnya. Data pedagang terdampak harus didokumentasikan secara akurat,” kata Mujiyono kepada wartawan, Rabu, 30 Juli. Selain itu, ia juga menilai penting bagi para pedagang mendapatkan pelatihan berkala terkait evakuasi dan penanganan kebakaran ringan. “Kesadaran akan risiko dan kemampuan merespons sejak dini sangat menentukan keselamatan bersama,” ujarnya. Mujiyono menilai kebakaran ini menjadi bukti lemahnya sistem pencegahan kebakaran di pasar tradisional, meskipun saat kejadian petugas pemadam kebakaran sudah bergerak cepat memadamkan api. Ia mendesak agar Pemprov DKI melakukan audit menyeluruh terhadap sistem kelistrikan dan sarana proteksi kebakaran di seluruh pasar tradisional. “Pemasangan alarm, MCB, dan APAR harus menjadi standar wajib. Desain pasar juga harus diperbarui agar mendukung keselamatan, seperti lorong yang cukup untuk mobil pemadam, ventilasi memadai, dan bahan bangunan tahan api,” ujar Mujiyono. Ia juga menyatakan DPRD akan mendorong revisi regulasi pengelolaan pasar yang lebih ketat dan progresif, dengan penekanan pada keselamatan, pemantauan rutin, dan akuntabilitas pengelola terhadap standar teknis minimum. Kebakaran hebat yang melanda Pasar Taman Puring, Jakarta Selatan, tak hanya menghanguskan lebih dari 600 kios, tetapi juga mengguncang kehidupan pedagang kecil yang bergantung pada toko fisik. Salah satunya adalah Mirza (35), pedagang sepatu yang telah menyewa dua kios sejak 2010. Ia menyebut selama ini mengeluarkan Rp 6 juta per bulan untuk biaya sewa. Namun, seluruh stok sepatu miliknya ludes dilalap api. “Sepatu semua habis, hanya tinggal beberapa pasang Adidas yang tidak terbakar total,” kata Mirza saat ditemui di lokasi, Selasa, 29 Juli.  Meski mengaku merugi hingga Rp 500 juta, Mirza berusaha tetap bertahan. Kini, ia beralih menjual produk secara daring sambil menunggu kepastian relokasi. “Kita sekarang lebih fokus ke online. Karena pengunjung ke pasar memang menurun setelah kebakaran, tapi omzet dari online malah lumayan naik,” tuturnya.