Dampak konflik thailand dan kamboja (arsip tentara Thailand)YOGYAKARTA - Dampak Konflik Thailand dan Kamboja telah lama menjadi sorotan. Sengketa ini, berpusat di sekitar Kuil Preah Vihear, dan menciptakan ketegangan geopolitik yang signifikan.Konflik ini berdampak melampaui batas geografis kedua negara. Artikel ini akan menganalisis secara komprehensif bagaimana konflik ini memengaruhi ekonomi, sosial, dan stabilitas regional.Dampak Konflik Thailand dan KambojaKonflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja tidak hanya sekadar sengketa wilayah, melainkan juga cerminan dari dinamika politik internal yang kompleks di kedua negara.Bagaimana friksi ini dapat mempengaruhi stabilitas domestik mereka? Rebecca Ratcliffe, koresponden The Guardian di Wilayah Asia Tenggara, merangkumnya dalam beberapa babak.Kamboja: Dinasti Berkuasa dan Gelora NasionalismeKamboja praktis adalah negara satu partai. Selama hampir empat dekade, negara ini dikuasai oleh pemimpin otoriter Hun Sen, sebelum ia menyerahkan kekuasaan kepada putranya, Hun Manet, pada tahun 2023 lalu.Meskipun tidak lagi menjabat sebagai perdana menteri, Hun Sen kini menjabat sebagai presiden senat dan tetap memegang kendali penuh atas negara. Menurut Matt Wheeler, seorang analis senior di International Crisis Group, Hun Sen kemungkinan sedang berusaha memperkuat posisi putranya dengan mengobarkan semangat nasionalisme.Wheeler juga menambahkan bahwa Hun Manet "memerintah dalam bayang-bayang ayahnya dan tidak memiliki basis kekuatan yang independen."Namun di sisi lain, beberapa pengamat berpendapat bahwa sengketa perbatasan ini bisa menjadi pengalih perhatian yang disambut baik dari masalah ekonomi domestik. Baik Kamboja maupun Thailand yang kini sedang sama-sama menghadapi prospek tarif resiprokal impor sebesar 36% dari Amerika Serikat yang akan berlaku mulai 1 Agustus mendatang.Baca juga artikel yang membahas Apa Itu Tarif Resiprokal dalam Perdagangan InternasionalThailand: Badai Politik dan Tekanan MiliterSementara itu, Thailand sedang menghadapi periode ketidakstabilan politik. Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra saat ini diskors dari jabatannya, dan partainya dituduh lamban dalam menangani sengketa perbatasan.Paetongtarn yang merupakan putri dari mantan pemimpin berpengaruh Thaksin Shinawatra, juga menuai kritik tajam atas penanganannya terhadap krisis perbatasan setelah rekaman pembicaraannya dengan Hun Sen bocor ke publik. Dalam rekaman tersebut, ia terdengar memanggil Hun Sen dengan sebutan "paman" dan mengatakan akan "mengurusnya" jika ada yang diinginkan Hun Sen.Rekaman tersebut juga menunjukkan Paetongtarn melontarkan komentar meremehkan tentang seorang komandan militer senior Thailand. Hal ini tentu sangat merugikan karena melemahkan institusi militer, yang dikenal sangat kuat di Thailand dan sering kali campur tangan dalam politik.Rekaman panggilan itu menjadi boomerang bagi Paetongtarn karena Hun Sen dikenal sebagai teman lama keluarganya, dan para kritikus menuduhnya mendahulukan koneksi pribadi di atas kepentingan negara.Kini partai Paetongtarn, Pheu Thai, berada dalam "situasi yang sangat rapuh saat ini," ujar Tita Sanglee, seorang associate fellow di ISEAS–Yusof Ishak Institute. "Mereka tidak punya banyak pilihan selain mengikuti keinginan militer." Dalam situasi ini, pemerintah mungkin merasa bahwa mengambil sikap yang lebih tegas dapat membantu merebut kembali dukungan publik.Dampak bagi Indonesia dan KawasanDengan demikian, konflik perbatasan yang memanas antara Thailand dan Kamboja berpotensi besar mengguncang stabilitas dan perekonomian kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.Secara ekonomi, ketegangan ini bisa mengganggu rantai pasok dan perdagangan, mengingat Thailand adalah mitra dagang penting bagi banyak negara di ASEAN, termasuk Indonesia.Kemudian penutupan pos perbatasan dan gangguan transportasi dapat menyebabkan kenaikan harga impor serta melemahkan nilai tukar mata uang regional, termasuk Rupiah.Dari sisi keamanan, meskipun Indonesia tidak terlibat langsung, konflik bersenjata dapat memicu arus pengungsi atau pencari suaka ke negara tetangga, termasuk Indonesia, serta mengancam keamanan Pekerja Migran Indonesia (PMI) di kedua negara.Secara politik, konflik ini menjadi ujian berat bagi solidaritas dan relevansi ASEAN dalam menyelesaikan sengketa internal anggotanya. Hal ini kemudian mendorong Indonesia sebagai negara terbesar di kawasan untuk mengambil peran mediasi aktif demi menjaga perdamaian dan reputasi di kawasan.Terakhir, konflik juga dapat berdampak pada pariwisata. Ketidakpastian keamanan di satu bagian kawasan dapat membuat wisatawan asing enggan berkunjung ke seluruh Asia Tenggara, termasuk destinasi populer di Indonesia.Selain dampak konflik Thailand dan Kamboja, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari VOI dan follow semua akun sosial medianya!