Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Chatib Basri Foto: bekraf.go.idAnggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) sekaligus mantan Menteri Keuangan 2013-2014, Chatib Basri, menyebut bisnis yang paling menguntungkan di Indonesia adalah bisnis masalah. Ini disampaikan Chatib Basri dalam acara peluncuran Yayasan Padi Kapas Indonesia, yang terinspirasi dari Sjahrir. Masalah ini juga menjadi salah hal yang ditentang Sjahrir.“Karena kalau birokrasi kehilangan kekuasaannya, dia kehilangan uangnya. Itu yang tadi Pak Luhut bilang. Makanya saya selalu mengatakan, itu juga dari pemikiran Ciil, bahwa di Indonesia tuh uang enggak jadi masalah, tapi masalah jadi uang,” kata Chatib dalam acara peluncuran Yayasan Padi Kapas Indonesia di Main Hall, Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Selatan pada Senin (28/7).“Kalau anda bisa bikin orang dalam persoalan, anda bisa create money dari situ. Nah, Ciil against dengan itu. Makanya dia propose diregulasi,” ujarnya.Dalam panel diskusi yang sama, Ketua DEN Luhut Binsar Panjaitan juga mengenang Sjahrir lewat gagasan deregulasinya. Ia sepakat bahwa deregulasi justru memunculkan berbagai persoalan termasuk korupsi.“Karena tadi yang diberikan oleh Ciil tadi memang banyak kepentingan yang dibuat begitu ada kuota (impor), ya pastilah ada korupsi. Jadi itu sebenarnya yang harus dibersihkan,” kata Luhut.Maka dari itu dengan adanya kebijakan tarif impor yang dikenakan Amerika Serikat (ASk kepada Indonesia sebesar 19 persen. Luhut melihatnya sebagai momen untuk memperbaiki perekonomian dengan deregulasi.Dengan deregulasi tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga diproyeksi Luhut dapat tumbuh 7-8 persen di tahun 2029 sampai 2030.“Indonesia itu bagus kok, bahwa sekarang masih ada masalah, itulah yang harus kita apa namanya kita perbaiki, kita tahu obatnya, deregulasi. Deregulasi kita lakukan, kita akan menyelesaikan sekiranya masalah ini,” ujarnyaTerkait dengan diluncurkannya Yayasan Padi Kapas Indonesia, Luhut juga menjadi Ketua Dewan Pembina yayasan tersebut. Setidaknya ada tiga pilar utama yang dibawa yayasan itu berkaitan dengan pemikiran Sjahrir yakni keadilan sosial, pembangunan manusia dan akal sehat.Anak Sjahrir yang saat ini juga merupakan CIO Danantara, Pandu Sjahrir, melihat saat ini memang selain deregulasi masih banyak pemikiran dari ayahnya yang sangat relevan untuk situasi ekonomi seperti sekarang.“Pemikirannya memang pemikiran ekonomi yang sosial. Bahasa ayah itu social justice Itu sesuatu yang menurut saya masih relevan dan mungkin makin relevan pada hari ini dan sangat sesuai dengan program pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis, Koperasi Merah Putih. Itu semua menurut saya hal yang positif,” ujar Pandu.