Negosiasi Berlanjut, AS Belum Putuskan Tarif Impor untuk China

Wait 5 sec.

Donald Trump dan Xi Jinping di KTT G20 Foto: REUTERS/Saul LoebAmerika Serikat (AS) dan China sepakat untuk melanjutkan negosiasi tarif, setelah dua hari pertemuan di Stockholm. Pertemuan ini bertujuan meredakan ketegangan perang dagang yang meningkat antara dua ekonomi terbesar dunia yang dapat mengancam pertumbuhan global.Mengutip Reuters, Rabu (30/1), belum ada terobosan besar yang diumumkan, dan pejabat AS menyatakan keputusan akhir ada di tangan Presiden Donald Trump, apakah akan memperpanjang gencatan tarif yang berakhir pada 12 Agustus atau membiarkan tarif melonjak kembali ke angka tiga digit. Namun, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, meredam kekhawatiran bahwa Trump akan menolak perpanjangan tersebut."Pertemuan berjalan sangat konstruktif," kata Bessent."Kami hanya belum memberikan persetujuan akhir," tambahnya. Setelah kembali ke Washington dari kunjungan ke Skotlandia, tempat ia menandatangani kesepakatan dagang dengan Uni Eropa, Trump mengatakan bahwa Bessent telah memberinya laporan singkat tentang hasil pembicaraan dengan China."Ia merasa sangat puas dengan pertemuannya, lebih baik daripada kemarin," ujar Trump. Setelah berbulan-bulan mengancam mitra dagangnya dengan tarif tinggi, Trump berhasil mengamankan sejumlah kesepakatan dengan Uni Eropa, Jepang, Indonesia, dan negara lainnya. Namun, kompleksitas pembicaraan dengan China meningkat karena besarnya skala ekonomi China serta pengaruhnya terhadap pasokan mineral rare earth global.Pada bulan Mei lalu, kedua negara sempat mengurungkan niat untuk saling mengenakan tarif tinggi, yang hampir menyerupai embargo perdagangan bilateral. Namun tanpa kesepakatan lanjutan, rantai pasok global dan pasar keuangan berpotensi kembali mengalami gejolak."Telah terbentuk interaksi personal yang baik dan saling menghormati. Kami juga mulai lebih memahami agenda mereka," ujar Bessent.Sebagai tanda pentingnya isu ini, Dana Moneter Internasional (IMF) pada Selasa menaikkan proyeksi pertumbuhan global, namun memperingatkan bahwa kembalinya tarif tinggi bisa menjadi risiko utama. Bessent menyebutkan dirinya akan bertemu kembali dengan Trump pada Rabu untuk membahas hasil pertemuan, dan keputusan soal perpanjangan sepenuhnya ada di tangan presiden.Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, menambahkan bahwa perpanjangan 90 hari merupakan salah satu opsi."Kami memang melakukan pertemuan yang konstruktif, dan akan membawa laporan positif. Tapi keputusan soal perpanjangan, itu hak prerogatif presiden," ujar Greer usai pembicaraan di kantor Perdana Menteri Swedia, Rosenbad.Presiden Donald Trump menunjukkan grafik tarif impor baru dengan disaksikan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick saat "Make America Wealthy Again" di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (2/4/2025). Foto: Brendan Smialowski/AFPBessent menyebut kemungkinan akan ada pertemuan lanjutan antara pejabat AS dan China dalam 90 hari ke depan. Ia juga menyatakan bahwa kesepakatan mengenai aliran ekspor mineral rare earth dari China semakin matang, yang sebelumnya dibahas di Jenewa dan London.Negosiator utama China, Li Chenggang, menyatakan kedua pihak sepenuhnya menyadari pentingnya menjaga hubungan ekonomi dan perdagangan yang stabil dan sehat."Tim ekonomi dan perdagangan China-AS akan terus menjaga komunikasi aktif, bertukar pandangan secara tepat waktu, dan memajukan hubungan ekonomi dan perdagangan bilateral secara stabil dan sehat," kata Li.Pembicaraan ini dinilai bisa membuka jalan bagi pertemuan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping pada akhir tahun ini. Meski demikian, Trump membantah bahwa ia secara aktif mendorong pertemuan tersebut, dan pejabat AS menyebut topik ini belum dibahas secara resmi. Di atas Air Force One, Trump mengatakan ia memperkirakan akan bertemu Xi sebelum akhir tahun, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.Pertemuan di Stockholm juga membahas panjang lebar soal kondisi perekonomian kedua negara. Greer dan Bessent menekankan perlunya China menggeser ekonominya dari model manufaktur berbasis ekspor yang dikendalikan negara menuju ekonomi berbasis permintaan konsumen yang lebih kuat, yang bisa mendorong ekspor AS.“Kerja sama antara China dan AS akan menguntungkan kedua pihak, sedangkan konflik hanya akan merugikan semua,” menurut ringkasan pertemuan yang dirilis oleh kantor berita resmi China, Xinhua. “Hubungan ekonomi dan perdagangan yang stabil, sehat, dan berkelanjutan antara China dan Amerika Serikat tidak hanya penting untuk pencapaian tujuan pembangunan masing-masing, tetapi juga untuk perkembangan dan stabilitas ekonomi dunia," demikian kutipan Reuters.