IMAX, yang selama ini dikenal sebagai kiblat pengalaman sinematik terbaik di dunia, kini menghadapi badai kritik setelah mengumumkan akan menjadi tuan rumah AI Film Festival 2025 milik Runway. Festival ini dijadwalkan berlangsung di sejumlah layar IMAX dari tanggal 17 hingga 20 Agustus 2025, menampilkan sepuluh film terpilih yang dibuat dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan (AI).Dalam pernyataan resmi, IMAX menyebut festival ini sebagai bentuk perayaan terhadap seni dan seniman yang merangkul teknologi baru dalam pembuatan film:“Runway’s AIFF adalah perayaan seni dan para seniman yang menjelajahi alat-alat AI dalam sinema. Edisi khusus ini akan menampilkan sepuluh film terbaik yang dipilih dari lebih dari enam ribu karya yang dikirim, dengan dewan juri ternama seperti Gaspar Noé, Harmony Korine, dan Jane Rosenthal.”Namun, keputusan tersebut langsung memicu reaksi keras dari para penggemar, pembuat film independen, dan kritikus industri. Banyak yang menganggap langkah IMAX ini sebagai bentuk pengkhianatan terhadap insan film sejati.Experience the world's best AI-assisted short films exclusively in IMAX for a one-day global storytelling event. Get tickets now to Runway's 2025 AI Film Festival. https://t.co/rd5ZIxeEGh pic.twitter.com/1MhDtuJyAU— IMAX (@IMAX) July 28, 2025Penulis dan komedian Demi Adejuyigbe secara singkat menyebut langkah ini sebagai “memalukan.”Adam Hlaváč, pembawa acara Heroes Reforged, menulis, “Saya belum pernah merasa seberat ini dikhianati.”Kritikus Eric Godman menyindir dengan kalimat, “Cara (yang tepat) untuk membuat semua orang marah hanya dalam satu tweet.”Sementara itu, meme Captain America tua dari Avengers: Endgame yang berkata, “No, I don’t think I will,” beredar luas sebagai bentuk penolakan halus terhadap keputusan IMAX.Kemarahan penggemar bukan tanpa alasan. Banyak sineas independen berbakat yang selama ini bermimpi menayangkan karyanya di layar IMAX — kini harus melihat teknologi AI, yang sering dianggap ‘mencuri’ dari karya seniman lain, justru mendapatkan panggung utama. Ironisnya, film-film blockbuster yang sedang dinanti seperti Sinners, F1, Superman, dan The Fantastic Four: First Steps harus mengalah selama tiga hari demi slot festival ini.Yang membuat situasi makin pelik adalah reputasi IMAX yang sebelumnya dianggap sebagai “rumah” bagi film-film besar karya sutradara visioner seperti Christopher Nolan, yang film terbarunya The Odyssey bahkan sudah ludes tiketnya satu tahun sebelum penayangan. Banyak yang menilai, langkah IMAX kali ini seperti “menusuk dari belakang” para seniman yang selama ini menghidupkan layar mereka.Meskipun beberapa sineas terkenal seperti Natasha Lyonne dan Darren Aronofsky telah menunjukkan ketertarikan pada teknologi AI, sebagian besar pelaku industri justru khawatir. Sebuah demo AI Star Wars oleh Lucasfilm dan ILM di TED Talk bahkan disebut “memalukan” oleh banyak kritikus.Kini, dengan IMAX secara terang-terangan memberi panggung pada film AI, banyak pihak khawatir bahwa ini hanyalah langkah awal menuju otomatisasi seni, di mana seniman dan kru produksi perlahan digantikan oleh algoritma.Festival ini mungkin hanya berlangsung tiga hari, tapi dampaknya bisa jauh lebih panjang. Keputusan IMAX membuka pintu lebar-lebar bagi film AI — di saat masih banyak perdebatan etis dan legal tentang penggunaannya — membuat sebagian penggemar merasa ditinggalkan. Bukan karena mereka anti-teknologi, tetapi karena mereka merasa bahwa ruang kreatif justru seharusnya dilindungi, bukan digantikan.IMAX kini berada di persimpangan jalan. Apakah mereka akan tetap menjadi ikon bioskop bagi para seniman sejati? Ataukah mereka telah membuka gerbang menuju era baru sinema yang tanpa jiwa manusia?The post IMAX Dikecam Keras Setelah Umumkan Festival Film AI appeared first on Cinemags.