Polutan Mikro di Udara Bisa Picu Serangan Jantung dan Gangguan Pernapasan

Wait 5 sec.

Warga berolahraga saat hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Minggu (27/7/2025). (ANTARA)JAKARTA - Tak semua polusi terlihat mata. Partikel kecil yang beterbangan di udara, seperti PM2.5 dan PM10, bisa saja tak tampak, namun membawa risiko besar bagi tubuh. Partikel-partikel ini termasuk dalam kategori polutan berbahaya yang kerap ditemukan di udara perkotaan yang tercemar.Selain partikel debu mikro, udara kotor juga kerap mengandung gas berbahaya seperti ozon (O₃), nitrogen dioksida (NO₂), sulfur dioksida (SO₂), dan karbon monoksida (CO). Meski tak selalu langsung terasa, paparan jangka panjang terhadap zat-zat ini dapat merusak sistem pernapasan dan organ vital lainnya.Menurut Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan, Aji Muhawarman, masyarakat perlu lebih waspada jika berada di lingkungan dengan kualitas udara buruk."Udara yang tercemar bisa membawa banyak partikel dan gas yang membahayakan kesehatan,” ujarnya seperti dikutip ANTARA.Ia menjelaskan, partikel halus seperti PM2.5 dan PM10 mampu menembus saluran pernapasan hingga ke paru-paru, meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan, asma, PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), hingga gangguan jantung. Sedangkan karbon monoksida, yang tidak berbau dan tidak berwarna, bisa menghambat pasokan oksigen dalam tubuh karena kemampuannya mengikat hemoglobin di darah.Kondisi ini, lanjut Aji, sangat berisiko terutama bagi ibu hamil karena dapat memicu berat badan lahir rendah (BBLR) pada bayi, bahkan meningkatkan risiko kematian saat perinatal.Sebagai langkah pencegahan, Aji menyarankan agar masyarakat membatasi aktivitas luar ruangan ketika indeks kualitas udara menunjukkan angka tidak sehat. Bagi anak-anak dan orang dewasa, penggunaan masker yang sesuai bisa menjadi pelindung sederhana namun efektif dari partikel mikro.Selain itu, gaya hidup juga berperan penting. Masyarakat diimbau untuk tidak menggunakan kompor berbahan bakar kayu, serta menghindari pembakaran sampah karena keduanya menghasilkan asap pekat yang memperburuk polusi udara, terutama di lingkungan padat penduduk.Di dalam rumah, penting untuk memastikan sirkulasi udara yang baik. Penggunaan kipas ventilasi dan membuka jendela saat udara luar sedang bersih bisa membantu mengurangi penumpukan polutan dalam ruangan.Aji juga menekankan untuk menghindari penggunaan produk berbahan kimia keras, seperti semprotan pembersih, pengharum ruangan, atau produk aerosol lain yang bisa mengeluarkan senyawa kimia volatil (VOC) ke udara."Zat ini bisa memperparah kualitas udara dalam ruangan, apalagi jika digunakan secara rutin,” tuturnya.