Kala Polres Jaksel Bekuk Komplotan Online Scam Ngaku Polisi China

Wait 5 sec.

Tampak depan rumah yang menjadi markas sindikat penipuan online oleh WNA China di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Senin (30/7/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparanPolres Jakarta Selatan (Jaksel) mengungkap jaringan penipuan online atau online scam di sebuah rumah di Jalan Pertanian Raya Nomor J3, Kelurahan Lebak Bulus, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Sebanyak 11 WN China ditangkap.Dari penyelidikan polisi, para pelaku menyamar sebagai polisi dari China. Seperti apa fakta-faktanya, berikut kumparan rangkum. Para Pelaku Ngaku Sebagai Polisi Cabang Wuhan Departemen Investigasi EkonomiBerdasarkan hasil penyelidikan Polres Jaksel, mereka diduga melakukan praktik penipuan daring dengan menyamar sebagai aparat penegak hukum dari Tiongkok.Mereka menyewa sebuah rumah, dan membuat interior rumah itu seolah-olah menjadi sebuah kantor Polisi lengkap dengan simbol dan aksara mandarin. “Di belakang saya ini, setelah kami cek, arti daripada tulisan-tulisan berbahasa Mandarin itu adalah Kepolisian Cabang Hucang Wuhan, Datasemen Investigasi Ekonomi,” jelas Kapolres Jaksel, Kombes Pol Nicolas Ary Lilipaly, di lokasi kejadian, Rabu (30/7).Penampakan bilik suara di TKP penipuan online WNA China di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu (30/7/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparanNicolas menuturkan pengungkapan kasus ini bermula dari laporan warga sekitar yang curiga dengan aktivitas para penghuni rumah tersebut. Polisi kemudian melakukan penyelidikan hingga akhirnya menangkap 11 WNA yang diduga berkewarganegaraan China.“Peristiwa ini terjadi atau pengungkapan ini terjadi pada hari Kamis, tanggal 24 Juli 2025 sekitar pukul 18.30 WIB,” ujarnya.Lalu, polisi menangkap 11 orang pelaku yang semuanya adalah Warga Negara China. Yakni LYF (35), SK (24), HW (43), CZ (47), YH (32), HY (48), LZ (33), CW (40), ZL (41), JW (36), dan SL (37).Dalam penggerebekan itu, polisi menyita sejumlah barang bukti, antara lain:• 10 iPhone berbagai tipe• 13 handphone Android• 4 handphone Nokia• 10 iPad• 1 laptop Acer• 1 potong baju kepolisian Tiongkok• 1 kopel dan 1 borgol• 40 slot charger dan 40 kartu SIM bekas• 1 korek menyerupai pistol• 5 bilik kedap suara• Serta dokumen-dokumen berbahasa Mandarin dan nota kosong BRI.Lebih lanjut, Kapolres menyebut para pelaku tidak bisa berbahasa Indonesia maupun Inggris. Hal ini membuat polisi menduga kuat korban penipuan mereka berada di negara asal mereka.“Kalau ada korban di Indonesia tolong disampaikan kepada kami supaya kami bisa melakukan tindakan selanjutnya terhadap kesebelas orang yang diamankan ini,” ucap dia.Atas perbuatannya, mereka dijerat Pasal 28 UU No.1 Tahun 2024 (perubahan atas UU ITE), Pasal 378 KUHP tentang penipuan, dan Pasal-pasal dalam UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.Para Pelaku Diduga Didoktrin Tutup Mulut, Imigrasi Jaksel Libatkan IntelijenKepala Kantor Imigrasi Jakarta Selatan, Bugie Kurniawan, membenarkan bahwa pihaknya telah menerima penyerahan 11 WNA tersebut.Menurutnya, saat ini para pelaku sedang dalam pemeriksaan mendalam oleh bidang intelijen dan penindakan keimigrasian. Ia menilai para pelaku diduga sudah didoktrin untuk tetap bungkam apabila tertangkap.Tesangka Penipuan Online WNA China dan Penampakan Rumah TKP Markas Penipuan Online WNA China di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu (30/7/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan“Kelihatannya memang orang-orang ini sudah didoktrin untuk apabila telah ditangkap kemudian mereka akan berusaha untuk tutup mulut ataupun memberikan keterangan yang makin menjauhkan dari tindak pidana yang dilakukan,” tandasnya.Pak RT Curiga Rumah Tak Pernah Lapor, Ternyata Jadi Markas Online Scam WN ChinaRumah yang menjadi markas penipuan daring (online scam) oleh 11 WNA asal China di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, ternyata tidak pernah dilaporkan keberadaannya ke pihak lingkungan.Ketua RT setempat, Sapto, menyebut para penghuni tinggal secara diam-diam tanpa izin atau komunikasi dengan warga.“Ya memang kita tuh agak curiga dengan rumah ini karena sudah lama tidak membayar iuran, jadi kami selalu mendatangi rumah ini dalam keadaan kosong. Nah kami berusaha mencoba menghubungi kepada pemiliknya namun belum berhasil, dan kami menanyakan kepada para penyewa sebelumnya juga tidak kooperatif, jadi saya agak kesulitan ya. Kemungkinan sih yang diduga adalah sekitar 4 bulanan gitu,” ujar Sapto, Ketua RT 10 RW 4, di lokasi, Rabu (30/7).Tesangka Penipuan Online WNA China dan Penampakan Rumah TKP Markas Penipuan Online WNA China di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu (30/7/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparanMenurut Sapto, rumah tersebut awalnya milik seorang warga, namun tidak pernah ditempati langsung. Selama ini, rumah hanya disewakan, dan biasanya penyewa melakukan pelaporan kepada lingkungan setempat.Namun, hal itu tak terjadi dengan penyewa terakhir, yang belakangan diketahui adalah 11 WNA diduga pelaku penipuan lintas negara.“Ya betul, dan tidak terlihat ada kegiatan dari luar. Kita melihat itu jadi tidak ada kegiatan apa-apa karena ditutup semua kan,” ucap Sapto.Ia menambahkan, sebelumnya pemilik rumah sempat melakukan pelaporan, tetapi sejak penyewa terakhir ini menempati rumah, tidak ada lagi komunikasi atau laporan yang diterima pihak RT.“Pemilik rumahnya sampai hari ini sedang dicoba ditelusuri siapa orangnya. Ada, sudah ada orangnya tapi belum bisa dikontak,” jelas Sapto.Penampakan Rumah di Jaksel yang Jadi Markas Online Scam WN ChinaPantauan kumparan di lokasi, rumah dua lantai ini berada persis di depan Sekolah Luar Biasa (SLB-A) Pembina Tingkat Nasional Jakarta.Tidak ada papan nama atau penanda mencolok di pagar, hanya terlihat sedikit tanaman hias di halaman depan rumah. Namun yang membuat rumah ini mencurigakan justru berada di lantai dua.Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Nicolas Ary Lilipaly mengungkapkan, para pelaku menjalankan aksinya dari lantai dua rumah tersebut.Di sana terdapat bilik-bilik kedap suara yang dibuat dari tripleks dan busa. Selain itu, seluruh pintu dan jendela di lantai dua dilapisi peredam untuk mencegah suara bocor keluar.“Mereka membuat peredam suara, jadi di pintu dan jendela pun mereka telah membuat peredam suara, dan kamar begini mereka larang ada orang lain selain dari mereka yang masuk ke kamar ini,” kata Nicolas di lokasi.Di salah satu ruangan di lantai dua, tampak latar berwarna biru terang yang dibentangkan ke dinding. Latar tersebut dihiasi tulisan dalam bahasa Mandarin. Tak jauh dari situ, di sisi lain dinding tertulis pula kalimat dalam bahasa Indonesia yang berbunyi “Kepolisian Cabang Distrik Wucang Wuhan.”