Ilustrasi keuangan . Foto: Shutter StockIndonesia telah menunjukkan kinerja ekonomi yang stabil dalam beberapa dekade terakhir. Sejak keluar dari krisis moneter tahun 1998, Indonesia berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 5%. Namun, pertumbuhan ini belum cukup membawa Indonesia keluar dari kategori negara berpendapatan menengah (middle income country). Kondisi ini mengindikasikan potensi Indonesia terjebak dalam middle income trap—sebuah fenomena stagnasi ekonomi yang kerap dialami negara berkembang saat tidak mampu bertransformasi menjadi negara maju.Apa itu Middle Income Trap?Middle income trap adalah kondisi ketika sebuah negara berhasil keluar dari status negara berpendapatan rendah, namun gagal mencapai status negara berpendapatan tinggi karena pertumbuhan ekonominya stagnan. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh World Bank pada laporan tahun 2007, yang menyebutkan bahwa banyak negara berkembang tidak mampu melompat ke level industrialisasi dan inovasi tinggi.Menurut klasifikasi Bank Dunia tahun 2024, negara berpendapatan menengah atas memiliki GNI per kapita antara USD 4.466 - USD 13.845. Indonesia, pada tahun 2023, memiliki GNI per kapita sebesar USD 4.810 (World Bank, 2024). Angka ini sedikit di atas batas bawah klasifikasi menengah atas.Ciri-ciri Indonesia Terjebak Middle Income Trap1. Produktivitas Stagnan Menurut Asian Productivity Organization (APO), tingkat pertumbuhan produktivitas tenaga kerja Indonesia dalam dua dekade terakhir relatif rendah, yaitu sekitar 2,2% per tahun. Meskipun ada variasi seperti data CEIC yang menunjukkan rata-rata 2,87% per tahun dari 2001-2024, dengan 1.63% pada 2023 dan penurunan menjadi -1.55% pada 2024, tren keseluruhan tetap menunjukkan tingkat yang rendah. Kegiatan ekonomi masih didominasi oleh sektor-sektor berproduktivitas rendah seperti pertanian informal dan perdagangan kecil.2. Keterbatasan Inovasi dan Teknologi Global Innovation Index (GII) 2023 menempatkan Indonesia di peringkat 61 dari 132 negara, jauh tertinggal dari negara-negara ASEAN lain seperti Malaysia (36) dan Vietnam (46). Rendahnya investasi pada riset dan pengembangan (R&D) menjadi salah satu penyebab utama.3. Ketimpangan dan Kualitas SDM Meskipun angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia meningkat menjadi 74,39 pada 2023 (BPS, 2024), kualitas pendidikan dan kesehatan masih menghadapi tantangan serius. Indonesia juga mengalami ketimpangan yang cukup tinggi dengan indeks Gini di angka 0,388 per Maret 2023, yang mencerminkan distribusi pendapatan yang belum merata.4. Ketergantungan pada Komoditas Ekspor Mentah Struktur ekspor Indonesia masih sangat bergantung pada komoditas primer seperti batu bara, kelapa sawit, dan bijih nikel. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pada 2023, komoditas mentah menyumbang lebih dari 60% nilai ekspor nasional. Ketergantungan ini adalah salah satu indikator utama.Strategi Keluar dari Middle Income TrapUntuk keluar dari jebakan ini, Indonesia perlu melakukan transformasi ekonomi secara sistemik. Beberapa strategi utama yang direkomendasikan antara lain:1. Investasi pada Pendidikan dan Inovasi Menurut McKinsey Global Institute (2020), peningkatan kualitas pendidikan dan pengembangan keterampilan tenaga kerja merupakan kunci utama menaikkan produktivitas. Pemerintah harus mendorong pendidikan vokasi dan kolaborasi antara universitas, industri, dan lembaga riset.2. Penguatan Sektor Manufaktur Berteknologi Tinggi Pemerintah dapat memberikan insentif fiskal dan kemudahan regulasi untuk menarik investasi pada sektor teknologi dan industri pengolahan. Negara seperti Korea Selatan dan Tiongkok berhasil keluar dari middle income trap karena transformasi menuju industri bernilai tambah tinggi.3. Reformasi Birokrasi dan Iklim Investasi Berdasarkan laporan Ease of Doing Business terakhir dari World Bank (2020), Indonesia berada di peringkat 73. Reformasi perizinan, hukum ketenagakerjaan, dan stabilitas regulasi menjadi penting untuk meningkatkan kepercayaan investor.4. Mendorong Ekonomi Digital Laporan Google-Temasek-Bain (e-Conomy SEA 2023) menyebutkan bahwa ekonomi digital Indonesia bernilai USD 82 miliar dan diproyeksikan tumbuh hingga USD 360 miliar pada 2030. Ekonomi digital dapat menjadi motor pertumbuhan baru yang inklusif dan efisien.Middle income trap bukanlah takdir, melainkan tantangan struktural yang bisa diatasi dengan strategi yang tepat dan konsisten. Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi negara maju dalam beberapa dekade mendatang, namun peluang itu hanya bisa diraih jika mampu melakukan transformasi ekonomi berbasis inovasi, inklusi sosial, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.Sebagaimana disampaikan oleh Presiden Joko Widodo dalam Rapat Koordinasi Nasional 2023: "Kita harus berani berubah, membenahi cara kerja lama. Kalau tidak, kita akan terus jadi negara menengah. Tidak pernah jadi negara maju."