Etalasi di pusat perbelanjaan sepi pengunjung dan pembeli (ANTARA)JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR Mufti Anam menyoroti munculnya fenomena rombongan jarang beli (Rojali) dan rombongan hanya nanya (Rohana) yang tengah ramai belakangan ini. Menurutnya, fenomena tersebut adalah bukti bahwa ekonomi masyarakat sedang terganggu."Mereka bukan sedang iseng. Mereka sedang bertahan di tengah sulitnya hidup. Kalau rakyat mulai ramai-ramai datang ke pusat perbelanjaan hanya untuk lihat-lihat, itu tanda ekonomi sedang tidak baik-baik saja," ujar Mufti Anam dalam keterangan yang diterima wartawan, Kamis, 31 Juli.Adapun istilah Rojali dan Rohana dianggap merepresentasikan perilaku unik pengunjung pusat perbelanjaan. Secara harfiah, Rojali merupakan singkatan dari Rombongan Jarang Beli, sedangkan Rohana adalah kependekan dari Rombongan Hanya Nanya.Meski terkesan lucu, fenomena Rojali dan Rohana dianggap mencerminkan tren perubahan perilaku konsumen di tengah tantangan ekonomi. Mufti pun menilai, fenomena Rojali dan Rohana menjadi tanda serius rapuhnya perekonomian dan sosial budaya masyarakat di Indonesia.“Fenomena Rojali dan Rohana ini merupakan jeritan rakyat yang terhimpit ekonomi,” katanya.Ironinya, kata Mufti, pemerintah justru rajin mengeluarkan kebijakan yang dinilai tidak pro-rakyat. "Rakyat hari ini tidak pegang uang. Tapi pemerintah justru seperti menutup mata, dan malah sibuk menyiapkan kebijakan yang makin membebani rakyat," ungkap Mufti."Mulai dari rencana pajak influencer, pajak UMKM online, hingga yang terbaru, pemblokiran rekening hanya karena tidak aktif 3 bulan," sambung Legislator dari Dapil Jawa Timur II itu.Menurut Mufti, kebijakan-kebijakan yang tak pro-rakyat tersebut justru memperkuat sinyal bahwa negara sedang kehilangan arah dalam merespons keresahan ekonomi rakyat. Padahal pemerintah semestinya hadir seperti partner usaha rakyat."Kalau rakyat tidak diberi ruang tumbuh, bagaimana ekonomi mau bergerak?” kata Mufti.