Ilustrasi Negara Palestina. (Sumber: Kemlu RI)JAKARTA - Israel kembali mengatakan pengakuan Negara Palestina sebagai hadiah untuk Hamas dan merugikan upaya mencapai gencatan senjata, saat Kanada mengumumkan rencana untuk mengakui Negara Palestina.Pengumuman Kanada datang seiring dengan rencana sejumlah negara untuk mengakui Negara Palestina, termasuk di antaranya Prancis dan Inggris, menambah tekanan terhadap Pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu seiring memburuknya krisis kemanusiaan di Jalur Gaza."Israel menolak pernyataan Perdana Menteri Kanada," kata Kementerian Luar Negeri Israel dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 31 Juli."Perubahan posisi pemerintah Kanada saat ini merupakan hadiah bagi Hamas dan merugikan upaya untuk mencapai gencatan senjata di Gaza dan kerangka kerja untuk pembebasan para sandera," lanjutnya.Sebelumnya, Perdana Menteri Kanada Mark Carney pada Hari Rabu mengatakan negaranya berencana mengakui negara Palestina dalam Sidang Majelis Umum ke-80 PBB pada September mendatang.Pengumuman ini muncul setelah Prancis mengatakan pekan lalu akan mengakui negara Palestina, dan sehari setelah Inggris mengatakan akan mengakui negara tersebut di PBB jika pertempuran di Gaza, bagian dari wilayah Palestina yang diduduki Israel, belum berhenti hingga saat itu."Kami bekerja sama dengan pihak lain, untuk menjaga kemungkinan solusi dua negara, untuk tidak membiarkan fakta di lapangan, kematian di lapangan, permukiman di lapangan, perampasan di lapangan, mencapai titik yang tidak memungkinkan," kata PM Carney.Ia mengatakan kepada wartawan, langkah yang direncanakan tersebut didasarkan pada komitmen Otoritas Palestina terhadap reformasi, termasuk komitmen untuk mereformasi pemerintahannya dan untuk menyelenggarakan pemilihan umum pada tahun 2026 di mana Hamas "tidak dapat berperan."Pengumuman beberapa sekutu terdekat Israel mencerminkan kemarahan internasional yang semakin besar atas krisis kemanusiaan yang mengerikan di Gaza.Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang berbicara dengan Carney sebelum pengumuman Kanada, mengatakan pengakuan Palestina akan "menghidupkan kembali prospek perdamaian di kawasan tersebut."Sebelumnya, Israel dan PM Netanyahu mengatakan menolak pernyataan Inggris untuk mengakui Negara Palestina, menilai itu sebagai hadiah untuk kelompok Hamas. Ini tegas dibantah Inggris."Ini bukan hadiah untuk Hamas. Hamas adalah organisasi teroris keji yang telah melakukan kekejaman yang mengerikan. Ini tentang rakyat Palestina. Ini tentang anak-anak yang kita lihat di Gaza yang kelaparan sampai mati," ujarnya kepada radio LBC Menteri Transportasi Inggris Heidi Alexander yang ditunjuk pemerintah untuk menjawab pertanyaan dalam serangkaian wawancara media."Kita harus meningkatkan tekanan pada Pemerintah Israel untuk mencabut pembatasan agar bantuan dapat kembali ke Gaza," tandasnya.Diketahui, konflik terbaru di Gaza pecah usai kelompok militan Palestina menyerang wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023, menyebabkan 1.200 orang tewas dan 251 lainnya disandera menurut perhitungan Israel.Itu dibalas Israel dengan melakukan blokade, serangan udara hingga operasi militer di wilayah Jalur Gaza.Israel dan kelompok militan Palestina menyepakati gencatan senjata serta pertukaran sandera dan tahanan pada 19 Januari. Setidaknya 20 dari 50 sandera yang tersisa di Gaza diyakini masih hidup. Mayoritas sandera awal telah dibebaskan melalui negosiasi diplomatik, meskipun militer Israel juga telah membebaskan beberapa sandera.Pada 2 Maret, Israel kembali melakukan blokade total terhadap Gaza dengan dalih menekan kelompok militan Palestina untuk menyepakati gencatan senjata usulan Amerika Serikat dan pertukaran sandera-tahanan. Seiring berakhirnya kesepakatan gencatan senjata, Israel kembali menggelar operasi militer di Gaza pada 18 Maret.Sementara, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pada Hari Rabu, hingga kemarin korban tewas Palestina sejak Oktober 2023 telah mencapai 60.138 orang, sedangkan korban luka-luka mencapai 146.269 orang, dikutip dari Anadolu.