PM Malaysia Anwar Ibrahim didampingi PM Kamboja Hun Manet dan Plt PM Thailand Phumtham Wechayachai memberikan keterangan pers usai perundingan mediasi konflik perbatasan Thailand-Kamboja, di Putrajaya, Malaysia, Senin (28/7/2025). Foto: MOHD RASFAN/Pool via REUTERSKonflik perbatasan antara Thailand-Kamboja akhirnya berakhir. Keduanya sepakat untuk duduk bersama, dan mencapai gencatan senjata pada Senin (28/7). Hubungan kedua negara memanas pada Kamis (24/7), saat kedua tentara dari dua negara ini baku tembak. Kamboja menembakkan roket-roketnya ke Thailand yang dibalas dengan serangan jet tempur F-16 Thailand. Dari konflik itu, 8 tentara dan 14 warga sipil Thailand tewas. Sementara di pihak Kamboja 5 tentara dan 8 warga sipil harus kehilangan nyawa. Lalu bagaimana perdamaian terwujud? Kenapa ada Amerika Serikat dan China di meja perundingan?Berikut kumparan rangkumMasih Panas Jelang Gencatan SenjataMengutip AFP pada Senin (28/7), keduanya tetap saling tuduh terkait siapa yang serang duluan, di saat para pemimpin keduanya sepakat untuk duduk bersama guna menyelesaikan masalah."Ini adalah hari kelima Thailand menginvasi wilayah Kamboja dengan senjata berat dan mengerahkan banyak pasukan untuk merebut wilayah Kamboja," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata.Dikatakan bahwa pertempuran berlangsung di tujuh wilayah di sepanjang wilayah perbatasan pedesaan, yang ditandai oleh punggung bukit yang dikelilingi hutan liar dan lahan pertanian tempat penduduk setempat menanam karet dan padi--sekitar kuil kuno yang diperebutkan.Seorang tentara mengendarai kendaraan militer di Provinsi Buriram, setelah Thailand mengerahkan jet tempur F-16 untuk mengebom target di Kamboja setelah serangan artileri dari kedua belah pihak yang menewaskan warga sipil, Thailand, 25 Juli 2025. Foto: REUTERS/Athit PerawongmethaMiliter Thailand bahkan mengatakan penembak jitu Kamboja berkemah di salah satu kuil yang diperebutkan dan menyebut tetangganya itu mengerahkan pasukan di sepanjang perbatasan dan membombardir wilayah Thailand dengan roket."Situasi masih sangat tegang, dan diperkirakan Kamboja mungkin sedang mempersiapkan operasi militer besar sebelum memasuki negosiasi," bunyi pernyataan militer Thailand.Raja Thailand Tunda Perayaaan Ulang Tahun, Imbas Konflik dengan KambojaRaja Thailand Maha Vajiralongkorn membatalkan perayaan ulang tahun yang rencananya akan digelar di Aula Singgasana Amarin Winitchai di Istana Agung pada Senin (28/7) dan Selasa (29/7).Dikutip dari Bangkok Post, keputusan ini diambil oleh Raja Maha Vajiralongkorn karena konflik di perbatasan dengan Kamboja yang masih memanas.Raja Thailand Maha Vajiralongkorn dan Ratu Suthida menulis pesan di atas kertas saat mereka menyapa para demonstran di provinsi Udon Thani, Thailand. Foto: Royal Household Bureau/via REUTERSKarena semua pihak saat ini fokus dalam menjaga kedaulatan nasional dan memastikan keselamatan publik, Raja Maha Vajiralongkorn juga memberikan bantuan kepada personel militer dan menyediakan bantuan pangan kerajaan bagi para pengungsi di tempat penampungan dekat perbatasan.Departemen Hubungan Masyarakat mengatakan meski upacara resmi dibatalkan, namun penandatanganan buku ucapan selamat di Paviliun Sahathai Samakhon di Istana Agung akan tetap berjalan seperti rencana.Plt PM Thailand Jelang Perundingan Damai: Kami Tak Percaya KambojaThailand dan Kamboja akan melakukan negosiasi damai di Malaysia, Senin (28/7). Sebelum bertemu, tensi konflik dua negara makin panas.Di medan tempur, baku tembak dua negara di Asia Tenggara itu masuk hari kelima. Sebanyak 35 orang dari kedua negara tewas dan lebih 200 ribu warga di perbatasan terpaksa mengungsi.Penjabat Perdana Menteri baru Thailand, Phumtham Wechayachai, berbicara kepada media setelah rapat kabinet di Gedung Pemerintah, Bangkok, pada 3 Juli 2025. Foto: Lillian SUWANRUMPHA / AFPSaat bersamaan, plt Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai melontarkan serangan verbal jelang pertemuannya dengan PM Kamboja Hun Manet, yang bakal digelar di Kuala Lumpur."Kami tidak percaya Kamboja bertindak dengan iktikad baik, berdasarkan tindakan mereka dalam menangani masalah ini," ujar Phumtham kepada wartawan sebelum terbang ke Kuala Lumpur, seperti dikutip dari AFP."Mereka perlu menunjukkan niat yang tulus, dan kami akan menilai hal itu selama pertemuan,” sambung dia.Mereka yang Bertahan di Perbatasan Thailand-Kamboja: Lebih Baik Mati di RumahMengutip AFP pada Senin (28/7), Samuan Niratpai (53), seorang petani yang mengaku setiap pagi mendengar dentuman ledakan sejak konflik ini kembali pecah pada Kamis (24/7) lalu. Bagi warga Desa Baan Bu An Nong, Provinsi Surin, Thailand, meninggalkan rumah dan ternaknya bukanlah pilihan."Setiap hari pukul 5 pagi saya mendengar ledakan keras. Lalu saya lari ke hutan untuk berlindung," katanya.Warga Thailand yang melarikan diri dari bentrokan antara tentara Thailand dan Kamboja berlindung di provinsi Surin, timur laut Thailand, Kamis (24/7/2025). Foto: Sunny Chittawil/APIstri dan tiga anaknya sudah mengungsi ke Bangkok pada hari pertama bentrokan, sementara Samuan tetap tinggal untuk menjaga ayam, tiga anjing, dan 14 kerbau yang ia baginya adalah harta paling berharga."Bagaimana saya bisa meninggalkan kerbau-kerbau ini? Saya akan sangat khawatir pada mereka. Setelah serangan, saya biasanya mendekati mereka dan berkata, 'Tidak apa-apa, kita masih bersama,'" katanya.Namun, seperti di Desa Baan Bu An Nong yang telah ditetapkan sebagai 'zona merah', banyak warga tetap memilih bertahan. Menurut Pranee Ra-ngabpai, peneliti isu perbatasan sekaligus warga lokal, menyebut banyak yang bertahan adalah para pria yang memegang teguh nilai tradisional.Seorang personel militer Kamboja berdiri di atas peluncur roket ganda BM-21 Grad di Provinsi Oddar Meanchey, sekitar 40 km (24 mil) dari Kuil Ta Moan Thom yang disengketakan, Kamboja, 25 Juli 2025. Foto: REUTERS/Soveit Yarn"Ada pola pikir seperti ini: ‘Kalau saya mati, lebih baik mati di rumah,’ atau 'Saya tidak bisa meninggalkan sapi-sapi saya,'" katanya.Salah satu kepala desa, Keng Pitonam (55), juga tetap berada di sana meski berisiko tinggi. Setiap hari ia memberi makan ternak warga dan menjaga rumah-rumah yang ditinggalkan."Kalau pemimpin seperti saya meninggalkan desa, apa kata orang? Saya harus melayani komunitas ini, apa pun yang terjadi," tegasnya.Kenapa Ada China dan AS saat Nego Damai Kamboja-Thailand?Kedua negara akhirnya sepakat duduk berunding. Perundingan itu digelar di Putrajaya, Malaysia, pada Senin (28/7).PM Kamboja Hun Manet dan plt PM Thailand Phumtham Wechayachai hadir langsung di sana. Malaysia sebagai tuan rumah, diwakili langsung oleh PM Anwar Ibrahim. Negeri Jiran berperan menjadi mediator lantaran memegang jabatan Ketua ASEAN sepanjang 2025 ini.PM Malaysia Anwar Ibrahim menyaksikan PM Kamboja Hun Manet dan Plt PM Thailand Phumtham Wechayachai dalam perundingan mediasi konflik perbatasan Thailand-Kamboja, di Putrajaya, Malaysia, Senin (28/7/2025). Foto: MOHD RASFAN/Pool via REUTERSSelain Malaysia ada juga kehadiran dua negara besar yaitu China dan Amerika Serikat (AS). Mereka diwakili oleh masing-masing dubes di Malaysia--Dubes AS untuk Malaysia Edgard Kagan dan Dubes China untuk Malaysia Ouyang Youjing.AS sendiri diketahui hadir sebagai salah satu penyelenggara perundingan dan China sebagai observer.Menurut keterangan Menlu AS Marco Rubio beberapa waktu lalu mengatakan pejabat diplomatik negaranya akan membantu upaya perdamaian antara Thailand dan Kamboja. AS juga memantau dengan saksama situasi di perbatasan Thailand dan Kamboja.Presiden Donald Trump pada Minggu (27/7) yakin Thailand dan Kamboja sama-sama mau menyelesaikan permasalahan di perbatasan. Hal ini disampaikan oleh Trump setelah berbicara dengan pemimpin kedua negara, serta 'mengancam' tidak akan menyelesaikan perundingan tarif jika mereka tidak menyelesaikan konflik di perbatasan."Saya telah berbicara kepada dua perdana menteri, dan saya rasa ini mereka ingin berdamai sekarang," kata Trump kepada wartawan usai bertemu dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen di Turnberry, Skotlandia.Sedangkan kehadiran China dipastikan PM Hun Manet. Juru bicara Kemlu China, Guo Jiakun, mengatakan negaranya menyambut upaya yang tengah dijalani Thailand dan Kamboja untuk mengakhiri baku tembak di perbatasan.PM Malaysia Anwar Ibrahim didampingi PM Kamboja Hun Manet dan Plt PM Thailand Phumtham Wechayachai memberikan keterangan pers usai perundingan mediasi konflik perbatasan Thailand-Kamboja, di Putrajaya, Malaysia, Senin (28/7/2025). Foto: MOHD RASFAN/Pool via REUTERS"Kami berharap kedua pihak akan memulai dari kepentingan bersama warganya, menunjung tinggi semangat menghargai perdamaian dan memajukan hubungan bertetangga yang baik, tetap tenang dan menahan diri, menghentikan tembakan, mengakhiri konflik sesegera mungkin," kata Guo.China dan Kamboja merupakan negara dengan hubungan erat. Sejak 2022 sampai 2025, pemimpin China termasuk Presiden Xi Jinping melawat Kamboja sembari menegaskan dukungan dan kucuran dana terhadap industri dan pembangunan infrastruktur di sana.Capai Gencatan Senjata Tanpa SyaratKedamaian akhirnya terwujud. Gencatan senjata itu tercapai. “Baik Kamboja maupun Thailand mencapai kesepahaman bersama sebagai berikut: Pertama, gencatan senjata segera dan tanpa syarat yang berlaku mulai 24 jam waktu setempat, tengah malam pada tanggal 28 Juli 2025, malam ini,” ucap PM Malaysia Anwar Ibrahim yang menjadi mediator, seperti dikutip dari Reuters. Anwar adalah Ketua ASEAN 2025.