Peluncuran VinFast VF 7 di GIIAS 2025. Foto: VinFastPameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 kali ini menyajikan pertunjukan yang agak berbeda. Helatan ini memang masih jadi panggung bagi produsen untuk meluncurkan produk terbarunya.Namun tidak hanya itu, di sini publik seolah dihadapkan secara langsung persaingan harga yang sangat sengit, saling sikut satu sama lain. Jika istilah perang harga terlalu berlebihan, paling tidak kita bisa amati bagaimana kian sesaknya pasar otomotif Tanah Air saat ini.Menempati area ICE BSD City, GIIAS 2025 diramaikan 43 merek otomotif yang terdiri dari 39 jenama kendaraan penumpang dan 4 sisanya bergerak di sektor niaga. Hari pertama saja, sedikitnya ada 18 model yang resmi meluncur beserta dengan banderolnya.Ini yang menarik, harga-harga mobil baru tersebut seolah tak lagi melihat sesama segmen atau jenis yang disasar. Misalnya, harga Battery Electric Vehicle (BEV) BYD ATTO 1 mulai Rp 195 juta yang seolah menyenggol produk lain sesamanya hingga LCGC.Suasana booth Daihatsu pada pegelaran GIIAS (Gaikindo Indonesia International Auto Show) 2025 di ICE BSD, Tangerang, Kamis (24/7/2025). Foto: Aditia Noviansyah/kumparanAda lagi, segmen hibrida kini semakin disuguhkan dengan pilihan model yang kian beragam. Sebut saja Daihatsu Rocky e-Smart Hybrid, Chery Tiggo Cross CSH, Suzuki Fronx Hybrid atau kalau di atas sedikit ada pertarungan antara Honda HR-V e:HEV dan Jaecoo J7 SHS.Coba meminta pendapat, 4W Marketing Director PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), Harold Donnel menyikapi fenomena tersebut dengan bijak. Menurutnya banyaknya kompetisi dinilai bagus untuk dinamika pasar otomotif dalam negeri."Kalau dari kami memang tidak akan bisa berkomentar secara banyak, apa yang dilakukan oleh teman-teman lain. Semua punya dapur masing-masing, tetapi kita apresiasi dengan banyaknya kompetisi maka konsumen semakin banyak pilihan," kata Harold ditemui di Tangerang akhir pekan kemarin.Sebagai salah satu merek yang punya produk berkompetisi di segmen serupa, Suzuki menjadikannya sebagai motivasi untuk menghadirkan kendaraan yang dinilai sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia kebanyakan.Harga resmi Jaecoo J7 diumumkan di GIIAS 2025. Foto: Sena Pratama/kumparan"Tanggapannya ya kita masih sangat percaya diri dengan adanya Fronx artinya konsumen bisa lebih memilih apakah kendaraan tersebut cocok untuk mereka, karena tanpa bermaksud menyebutkan merek, apa yang ditawarkan Fronx itu totaly different dibanding teman-teman yang lain," papar Harold.Senada dengan Harold, Sales & Marketing and After Sales Director PT Honda Prospect Motor (HPM), Yusak Billy menilai bahwa harga tidak serta merta dapat dijadikan sebagai tolok ukur absolut bagaimana cara suatu produsen berkompetisi dengan kompetitornya.“Ya, itu menarik ya. Tapi itu menarik bagi orang yang memang mencari mobil listrik murah. Tapi belum tentu untuk segmen orang yang first time buyer,” ucap Billy saat disinggung harga mobil listrik BYD ATTO 1 masuk ke ranah LCGC seperti Honda Brio Satya.Dirinya menambahkan, tidak semua konsumen membeli kendaraan melihat perkara harga semata. Kadang ada pertimbangan lain yang turut dibawa sebelum memutuskan meminang mobil baru, seperti layanan purna jual, ketersediaan jaringan penjualan atau suku cadang.Peluncuran Honda Step WGN di GIIAS 2025. Foto: Syahrul Ghiffari/kumparan“First time buyer itu biasanya ingin mencari peace of mind, ya. Jadi ketenangan. Konsumen biasanya beli, dia pakai, dia rawat, sampai dijual kembali itu mudah semuanya. Jadi kami rasa memang itu (kompetisi harga mobil) menarik,” jelas Billy.Sementara itu, Sekretaris Umum Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) Kukuh Kumara, menyoroti fenomena tersebut perlu dicermati agar tidak mengganggu pertumbuhan jangka panjang industri otomotif nasional.Dia menjelaskan, konteks situasi yang terjadi saat ini karena pemerintah berusaha memberikan ruang kepada pemain baru otomotif untuk berkembang di Indonesia. Utamanya soal jenis teknologi baru seperti BEV hingga hibrida.Makanya mulai banyak yang menawarkan angka banderol sengit dan kompetitif, dimaksudkan agar dapat diserap pasar dengan cepat dan kuantitasnya lebih banyak. Harapannya mampu memancing pertumbuhan pasar otomotif nasional.“Jadi walaupun sekarang perang harga, tapi nantinya akan ada batasan sampai akhir tahun ini ya kalau yang pakai CBU. Kan itu ada bank garansi, jadi kebijakan itu akan selesai dan kemudian dituntut untuk perakitan di sini (Indonesia),” ujar Kukuh saat ditemui kumparan di sela-sela pameran GIIAS di ICE BSD, Tangerang.