Petugas medis menyuntikkan vaksin hepatitis A pada seorang siswa saat pemberian vaksinasi hepatitis A dan PCV13 di Balaikota Bogor, Jawa Barat, Rabu (30/4/2025). ( ANTARA)JAKARTA - Penyakit hepatitis B masih menjadi tantangan kesehatan global, termasuk di Indonesia. Pencegahan sejak dini menjadi kunci utama untuk menekan angka penularan.Melalui skrining atau deteksi dini dan pemberian vaksin secara lengkap, risiko infeksi virus hepatitis B dapat dikurangi secara signifikan bahkan lebih dari 95 persen.Menurut dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD, FRSPH, FINASIM, vaksin hepatitis B terbukti sangat efektif dalam memberikan perlindungan jangka panjang."Vaksin hepatitis B merupakan cara pencegahan paling efektif. Efektivitasnya lebih dari 95 persen dan mampu melindungi tubuh selama bertahun-tahun,” ungkapnya seperti dikutip ANTARA.Dokter spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menjelaskan bahwa hepatitis B merupakan infeksi virus yang menyerang organ hati.Infeksi ini dapat bersifat akut (jangka pendek) atau kronis (jangka panjang), dengan risiko komplikasi berat seperti sirosis hati hingga kanker hati apabila tidak ditangani dengan baik.Virus hepatitis B menyebar melalui paparan darah dan cairan tubuh. Beberapa cara penularannya antara lain melalui hubungan seksual tanpa pengaman, transfusi darah, penggunaan jarum suntik bersama, hingga pemakaian alat pribadi seperti pisau cukur atau alat manikur yang tidak steril.Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 2 miliar orang di dunia telah terinfeksi virus ini. Di Indonesia sendiri, hepatitis B masih tergolong masalah kesehatan yang signifikan, dengan estimasi sekitar 60.000 kematian terkait penyakit ini setiap tahunnya.Dr. Dirga menekankan pentingnya deteksi dini, terutama bagi mereka yang berada dalam kelompok risiko tinggi seperti petugas medis, pengguna narkoba suntik, atau individu dengan riwayat transfusi darah. Pemeriksaan darah seperti HBsAg dan Anti-HBs menjadi langkah awal untuk mengetahui apakah seseorang sudah terinfeksi atau belum memiliki kekebalan terhadap virus ini.Untuk orang dewasa, vaksin hepatitis B diberikan dalam tiga dosis, masing-masing pada bulan ke-0, ke-1, dan ke-6. Menurut dr. Dirga, efektivitas vaksinasi bisa menurun apabila rangkaian dosis tidak diselesaikan. Oleh karena itu, penting untuk mencatat jadwal vaksinasi dan memastikan tidak ada dosis yang terlewat.Penularan hepatitis B juga dapat terjadi sejak bayi, terutama bila sang ibu merupakan pembawa virus. Dr. Melia Yunita, M.Sc, Sp.A, seorang dokter spesialis anak, menjelaskan bahwa infeksi hepatitis B pada bayi dapat berkembang menjadi kondisi kronis dengan potensi komplikasi jangka panjang.“Bayi yang lahir dari ibu yang positif hepatitis B harus segera mendapatkan vaksin dan suntikan imunoglobulin maksimal 12 jam setelah kelahiran,” jelas dr. Melia. Langkah ini bertujuan untuk meminimalkan risiko infeksi yang bisa berkembang menjadi sirosis atau kanker hati di masa depan.Dr. Melia juga menjelaskan vaksin hepatitis B untuk anak diberikan sebanyak lima kali, yakni satu kali setelah lahir dan empat kali dalam bentuk vaksin kombinasi saat usia 2, 3, 4, dan 18 bulan sebagai booster. Ia mengingatkan bahwa vaksin hepatitis B telah termasuk dalam daftar imunisasi dasar yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).Sayangnya, sekitar 70 persen bayi yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun, sehingga deteksi dini menjadi sangat penting bahkan ketika anak terlihat sehat.“Orang tua perlu menyadari pencegahan melalui imunisasi bukan hanya pilihan, tetapi merupakan kewajiban untuk melindungi anak dari risiko penyakit kronis di masa depan,” tutup dr. Melia.