Ilustrasi-(DOK MetaAi) JAKARTA - Ratusan warga Muslim, termasuk perempuan dan anak-anak, terpaksa tinggal di bawah terpal biru di sudut timur laut India dekat perbatasan dengan Bangladesh. Mereka adalah bagian dari gelombang penggusuran paksa yang semakin intensif di Negara Bagian Assam menjelang pemilu negara bagian. Ribuan keluarga telah kehilangan tempat tinggal mereka dalam beberapa pekan terakhir, setelah aparat menggusur rumah-rumah yang disebut berdiri di atas tanah milik pemerintah. Penggusuran ini menjadi salah satu tindakan paling agresif dalam beberapa dekade terakhir di Assam. Langkah ini bertepatan dengan tindakan keras nasional terhadap komunitas Muslim berbahasa Bengali yang dicap sebagai 'penyusup ilegal' dari Bangladesh. Gelombang ini semakin menguat sejak penggulingan perdana menteri pro-India di Dhaka pada Agustus 2024. "Pemerintah terus-menerus mengganggu kami," kata Aran Ali (53), warga Distrik Goalpara, Assam, sambil menunjuk ke sebidang tanah kosong yang kini menjadi tempat tinggal darurat keluarganya dikutip dari Reuters, Senin, 28 Juli. "Kami dituduh sebagai pendatang liar dan orang asing," lanjutnya. Ali menyatakan dirinya lahir dan besar di Assam, namun tetap dianggap bukan warga sah oleh otoritas. Assam memiliki garis perbatasan sepanjang 262 kilometer dari total 4.097 kilometer perbatasan India dengan Bangladesh. Selama bertahun-tahun, wilayah ini bergulat dengan sentimen anti-imigran, yang dipicu oleh kekhawatiran bahwa migran Bengali — baik Hindu maupun Muslim — akan mengancam budaya dan ekonomi lokal. Namun, tindakan keras kali ini, di bawah pemerintahan Partai Bharatiya Janata (BJP) pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi, secara khusus menargetkan komunitas Muslim. Aksi-aksi tersebut bahkan memicu protes, yang berujung pada tewasnya seorang remaja beberapa hari lalu. Kepala Menteri Assam, Himanta Biswa Sarma, dikenal sebagai sosok vokal dari BJP dan kerap dituduh menyulut ketegangan agama menjelang pemilu. Ia berulang kali menyebut bahwa “penyusup Muslim dari Bangladesh” menjadi ancaman terhadap identitas India. "Kami secara tegas menolak infiltrasi Muslim yang tidak terkendali dari seberang perbatasan, yang telah menyebabkan perubahan demografi yang mengkhawatirkan," tulisnya di platform media sosial X. Sarma menyebut, dalam beberapa distrik, warga Hindu kini berada di ambang menjadi minoritas di tanah kelahiran mereka. Ia juga mengatakan bahwa populasi Muslim migran mencapai 30 persen dari total 31 juta penduduk Assam berdasarkan sensus 2011. “Dalam beberapa tahun mendatang, populasi minoritas di Assam akan mendekati 50 persen,” katanya kepada media pekan lalu. Permintaan komentar dari Reuters tidak ditanggapi oleh Sarma.