JF3 2025: Pakar Yakini Indonesia Punya Potensi Besar di industri Fashion Dunia

Wait 5 sec.

Sesi fashion talk JF3 2025 (Dok.Ist)JAKARTA - Industri fesyen Indonesia dinilai memiliki potensi besar untuk bersaing di kancah internasional, bukan hanya dari sisi tren dan gaya, melainkan,juga karena kekayaan budaya yang menjadi narasi kuat dalam setiap karyanya.Penerbit VOGUE Filipina Ramon Galicia menilai kekuatan utama fesyen Indonesia terletak pada industri tekstil dan kain yang masih hidup dan kaya akan keragaman."Hal yang saya sukai dari Indonesia adalah industri tekstil dan kainnya yang sangat kuat. Itu sebuah keunggulan. Kreativitas bisa berkembang ketika bahan tersedia. Kalian bisa memproduksi dari nol,” ujar Galicia dalam temu wicara bertajuk “Building an Asia-Connected Fashion Ecosystem: From Indonesia to the World” yang menghadirkan sejumlah pelaku industri fesyen dari berbagai negara di Jakarta, Senin.Dia melihat setiap provinsi di Indonesia memiliki teknik dan motif kain yang khas sehingga membuka peluang besar untuk kolaborasi kreatif dan ekspansi produk ke pasar global.Senada dengan pendapat Galicia, penerbit VOGUE Singapura Bettina von Schlippe menekankan pentingnya membangun ekosistem yang mendukung kolaborasi lintas negara dan sektor.“Jika hanya melihat angka, itu belum cukup. Kita perlu lebih banyak aksi nyata, membangun koneksi. Kolaborasi adalah kunci,” kata von Schlippe.Penasihat Jakarta Fashion and Food Festival 2025 sekaligus Pendiri LAKON Indonesia Thresia Mareta menyatakan bahwa pelaku fesyen tanah air masih perlu banyak persiapan untuk dapat bersaing di tingkat global. Menurut dia, peningkatan kualitas produk menjadi syarat utama.“Saya rasa Indonesia masih perlu banyak persiapan untuk berbicara di pasar internasional. Misi utamanya adalah peningkatan kualitas,” ujar Thresia.Temu wicara itu menjadi bagian dari rangkaian kampanye LAKON Indonesia dalam mengangkat warisan budaya lokal melalui pendekatan kontemporer. Salah satu kampanye diwujudkan melalui kolaborasi spesial dengan desainer muda asal Prancis Victor Clavelly serta seniman CGI Héloïse Bouchot, yang menandai sinergi antara tradisi dan inovasi dalam ekosistem fesyen Asia yang semakin terkoneksi.