ILUSTRASI UNSPLASH/Vincenzo MorelliJAKARTA - Pemprov DKI Jakarta menolak pengajuan perizinan alih fungsi Lapangan Sepak Bola Kedoya, Jakarta Barat untuk diubah menjadi arena padel. Izin ini diajukan oleh Yayasan Benny Kusuma Bhakti."Tentunya kami sudah melakukan pembahasan dan kami putuskan untuk tidak memberikan rekomendasi terhadap alih fungsi Lapangan Sepak Bola Kedoya," Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga DKI Jakarta Andri Yansyah, Kamis, 31 Juli.Penolakan ini diputuskan setelah adanya pertentangan dari warga setempat atas wacana pemanfaatan lahan menjadi lapangan padel tersebut. Sehingga, untuk mengutamakan kepentingan warga, Pemprov DKI tak mengeluarkan izin tersebut."Lapangan Sepak Bola Kedoya saat ini masih aktif digunakan oleh warga sekitar sebagaimana fungsi dan kondisinya sebagai fasilitas olahraga sepak bola,” tutur Andri.Lagipula, saat ini Pemprov DKI tengah mengoptimalisasi lapangan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya dalam berolahraga sepak bola di lapangan terbuka.Selain itu, Lapangan yang dikelola Suku Dinas (Sudin) Pemuda dan Olahraga Jakarta Barat ini juga masih dilakukan pemeliharaan secara rutin.”Sejak awal 2025, kami terus melakukan optimalisasi lapangan sepak bola terbuka melalui revitalisasi dengan menggunakan rumput sintetis. Hal ini dilakukan agar bisa lebih tahan lama, serta tahan terhadap penggunaan intensif dan berbagai kondisi cuaca,” jelasnya. Rencana pengalihfungsian lapangan sepak bola di RW 03 Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, menjadi arena padel memicu penolakan keras dari warga sekitar. Mereka menilai kehadiran padel bukan hanya mengancam ruang olahraga rakyat, tetapi juga mencerminkan ketimpangan dalam akses terhadap fasilitas publik.Siaran langsung olahraga online“Padel itu olahraga kelas menengah ke atas. Bukan untuk rakyat seperti kami,” ujar Iskandar (45), warga RT 05 RW 03.Menurut Iskandar, lapangan bola tersebut sebagai satu-satunya ruang olahraga yang dimiliki warga. Alih fungsi lapangan menjadi arena padel akan memutus akses warga terhadap aktivitas fisik harian yang selama ini terbuka dan inklusif.“Kalau ini dijadikan padel, terus kami olahraga di mana? Lapangan padel dekat sini juga sudah ada, kenapa harus ambil yang ini?” tambahnya.Di sisi luar tembok lapangan, tampak juga sejumlah mural penolakan atas wacana alih fungsi lahan menghiasi dinding.Tulisan seperti “Padel is not my style,” “Olahraga bukan hanya milik si kaya,” dan “Rakyat kecil butuh ruang bersenang-senang” menjadi ekspresi keresahan warga atas proyek yang dianggap tidak berpihak pada kebutuhan komunitas.