Seorang pengepul menata kelapa dagangannya di Pasar Basah Mandonga, Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (16/4/2025). Foto: Andry Denisah/ANTARA FOTOPerusahaan pengelolaan kelapa terbesar di dunia asal China investasi di Indonesia dengan nilai awal USD 100 juta atau sekitar Rp 1,64 triliun (kurs Rp 16.406 per dolar AS).Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani, mengatakan meski ekonomi China tengah melambat, minat investor dari Negeri Tirai Bambu untuk masuk ke Indonesia tetap tinggi.“Dengan China ini, kita cukup aktif ya, investment-nya. Saya melihatnya mereka appetite-nya tetap tinggi, tetap tinggi masuk ke Indonesia, dan tidak hanya di pengelolaan mineral. Mereka pun masuk ke pengelolaan, contohnya kelapa,” kata Rosan kepada awak media di kantornya, Jakarta, Selasa (29/7).Meski begitu, Rosan enggan menyebutkan secara rinci perusahaan mana yang dimaksud. Menurutnya, perusahaan itu bakal membangun pabrik di beberapa kota di Indonesia.Namun, untuk tahap awal, satu pabrik telah di-groundbreaking dengan nilai investasi sebesar USD 100 juta.“Jadi awal mereka investasinya akan di beberapa kota, tapi di satu kota pertama investasinya USD 100 juta. Nanti mereka akan investasi di beberapa kota, tapi satu itu USD 100 juta,” ujarnya.Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM dan Hilirisasi Rosan Roeslani dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (29/7/2025). Foto: Muhammad Fhandra/kumparanRosan menjelaskan, langkah ini sekaligus mengubah pola ekspor kelapa Indonesia yang selama ini hanya mengirim bahan mentah ke luar negeri.Dengan pembangunan pabrik ini, produk kelapa akan diolah terlebih dahulu di dalam negeri sebelum diekspor, sehingga nilai tambahnya meningkat.“Pengelolaan kelapa yang tadinya kelapa kita ini diekspor ke China, tanpa diolah, sekarang akan diolah di sini. Dan selama ini ternyata baru tahu angkanya diekspor kelapa kita murah benar,” kata Rosan.Rosan menambahkan, langkah investasi tersebut juga menandai penguatan hilirisasi di sektor perkebunan Indonesia, tak hanya pada komoditas kelapa sawit, tetapi juga komoditas perkebunan lain dengan potensi besar.“Kita ini sekarang masuk juga ke hilirisasi perkebunan, dan tidak hanya misalnya di kelapa sawit, tapi di industri-industri lainnya yang memang kita punya potensi yang sangat tinggi,” ujar dia.