Ilustrasi princess treatment. Foto: ShutterstockDalam dunia percintaan, banyak bermunculan istilah-istilah baru yang menggambarkan dari sebuah kondisi dalam hubungan. Kalau di 2024 istilah seperti ghosting hingga situationship jadi trending topic, kali ini giliran istilah princess treatment, nih, Ladies.Jadi beberapa waktu lalu istilah ini viral di media sosial, utamanya TikTok. Singkatnya, tren ini menceritakan bagaimana perempuan diperlakukan layaknya tuan putri oleh pasangannya. Namun, apakah ini hanya sekadar tren atau bisa jadi menimbulkan bahaya di kemudian hari yang merugikan perempuan? Mari kita cari tahu lebih dalam.Apa Itu Princess Treatment?Apa itu istilah princess treatment? Foto: ShutterstockSecara harfiah, princess treatment berarti perlakuan seperti seorang putri. Istilah ini mengacu pada situasi ketika perempuan diperlakukan layaknya tuan putri oleh pasangannya. Mereka mendapat perlakuan yang manis, seperti dibukakan pintu mobil, dibelikan bunga, intinya sang perempuan sungguh diperhatikan, dihargai, dan diberi kasih sayang yang ekstra.Tren ini awalnya dipopulerkan oleh influencer seperti Courtney Palmer di TikTok. Dalam unggahannya, ia sering memamerkan gaya hidup princess treatment. Banyak netizen yang menyukai kontennya, sebab di tengah banyaknya ketidakpastian hidup, banyak perempuan menganggap princess treatment sebagai bentuk kenyamanan dan keamanan. Karena dari perlakukan ini, kita merasa dihargai dan dilindungi layaknya putri kerajaan.Sekadar Tren atau Justru Bahaya?Sekadar tren atau justru bahaya? Kenali istilah princess treatment. Foto: ShutterstockDi balik tren yang manis, kamu harus waspada dengan princess treatment ini. Sebab dalam tren ini perempuan digambarkan sebagai sosok yang pasif, harus selalu tampil manis, dan bergantung pada laki-laki. Sedangkan laki-laki digambarkan sebagai pelindung dan pengendali hubungan. Ternyata, ini mengulang pola patriarki lama, di mana perempuan dinilai bukan dari kecerdasan atau kemandirian, tapi dari seberapa ‘lucu dan penurut’ dia.Selain itu, tren princess treatment ini juga berpotensi memperkuat narasi misogini, karena banyak komentar laki-laki konservatif dan misoginis di konten tersebut yang justru mendukung tren ini. Kemudian, mereka menggunakannya sebagai senjata untuk memvalidasi bahwa perempuan memang harus bergantung pada laki-laki. Akhirnya, tren yang tampak manis ini jadi alat untuk mengerdilkan perempuan.Lalu, jika perempuan terlalu bergantung secara pada laki-laki, mereka bisa kehilangan kendali atas hidup sendiri. Ada risiko hubungan jadi tidak setara atau bahkan abusif, karena perempuan merasa tidak punya pilihan untuk mandiri.Kritik terhadap tren ini bukan melarang seseorang untuk menikmati perhatian, kado, atau perlakuan manis dari pasangan. Namun, hubungan dengan pasangan kita di dunia nyata tidak seperti dongeng. Perlu kompromi, komunikasi, dan kerja sama dari dua pihak.Jadi, tetap bijak dalam mengikuti tren dan menjalin hubungan, ya, Ladies!