Buah kopi jenis robusta (Coffea canephora) hasil panen yang dikumpulkan petani. Foto: Muhammad Bagus Khoirunas/ANTARA FOTOSebanyak 57,6 ton komoditas kopi dari gudang Sistem Resi Gudang (SRG) Subang telah diekspor ke pasar China. Komoditas yang dilepas ekspornya kali ini yaitu kopi jenis Robusta sebanyak 3 kontainer 20 feet, dengan nilai ekspor USD 264,96 ribu atau setara dengan Rp 4,31 miliar. Ekspor komoditas kopi ini dilakukan dari gudang SRG yang dikelola oleh Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah (KPGLB). KPGLB telah memiliki kerja sama (kontrak) ekspor komoditas kopi dengan pembeli di beberapa negara seperti Mesir, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Lebanon, Vietnam, serta Tiongkok sebagai pasar ekspor terbaru.Kementerian Perdagangan memiliki instrumen kebijakan yaitu SRG yang diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). SRG bukan hanya sekadar instrumen tunda-jual dan pembiayaan, tetapi juga pemberdayaan dan penguatan daya saing perdagangan komoditas Indonesia di pasar global.Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti Widya Putri, mengatakan di tengah dinamika global saat ini, Indonesia tetap berupaya untuk meningkatkan ekspor ke lintas negara. Tantangan ekonomi global terkait penurunan pasokan untuk berbagai komoditas krusial, termasuk kopi, akibat perubahan iklim, serta adanya peningkatan permintaan global yang konsisten. Hal ini menjadi peluang strategis bagi Indonesia sebagai salah satu produsen kopi terbesar dunia.“Kami optimistis Indonesia mampu menangkap peluang yang ada karena neraca perdagangan kita berhasil mempertahankan tren surplus pada Semester I-2025. Total nilai ekspor Indonesia pada Mei 2025 mencapai USD 24,61 miliar yang merefleksikan pertumbuhan tahunan sebesar 9,68 persen yang didorong oleh kinerja ekspor nonmigas,” ungkap Roro saat melepas ekspor 57,6 ton komoditas kopi dari gudang SRG Subang ke China, Senin (28/7). Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri menyampaikan pidato pembuka saat peluncuran Laporan Perdagangan dan Investasi Berkelanjutan Indonesia 2025 di Auditorium CSIS, Jakarta, Jumat (20/6/2025). Foto: Asprilla Dwi Adha/ANTARA FOTODalam menjawab tantangan dan peluang tersebut, kata Roro, salah satu upaya Kemendag agar mampu memenuhi pasar global yaitu melalui SRG karena kuantitasnya yang terukur, teruji, dan kontinuitas pasokan yang terjaga.“Ini merupakan keunggulan kompetitif kita. SRG bukanlah sekadar solusi domestik, tetapi menjadi jawaban strategis Indonesia terhadap sinyal pasar global yang jelas, yaitu kebutuhan akan mitra dagang yang andal. Bagi mitra dagang dan importir, SRG merupakan jaminan kepercayaan (seal of trust), baik kualitas dan kuantitas komoditas karena komoditas di gudang SRG melalui uji mutu sebelum penyimpanan,” ujar Roro.Kepala Bappebti Tirta menjelaskan mengenai capaian implementasi SRG di Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada 2020-2024, nilai transaksi SRG rata-rata tumbuh sebesar 112 persen. Sementara, pada tahun 2025, hingga 16 Juli, nilai transaksi Resi Gudang mencapai Rp 583,84 miliar dengan nilai pembiayaan Rp 285,9 juta yang disalurkan oleh tujuh lembaga pembiayaan bank maupun bukan bank, yaitu Bank BJB, Bank BRI, Bank BSI, Bank Aceh Syariah, Bank Kalsel, Bank Jatim, dan PT Kliring Perdagangan Berjangka Indonesia.Tirta menekankan, gudang SRG Subang dapat menjadi contoh bagi gudang SRG di wilayah lain dalam mendorong optimalisasi pemanfaatan SRG untuk mendukung perluasan ekspor. Beragam upaya dapat dilakukan untuk mengoptimalkan SRG, di antaranya dengan penguatan kompetensi pengelola gudang yang profesional, revitalisasi gudang SRG, pengembangan komoditas yang disimpan di gudang, serta peningkatan literasi kepada petani atau nelayan. “Upaya tersebut tentu harus didukung dengan penguatan kolaborasi dan kerja sama yang berkesinambungan antara berbagai pihak, baik pemerintah pusat dan daerah, pengelola gudang, pemilik komoditas, lembaga pembiayaan, serta pihak lain yang terkait," tutur Tirta.