Neraca Dagang RI Semester I 2025 Surplus USD 19,48 M, AS Penyumbang Terbesar

Wait 5 sec.

Ilustrasi neraca perdagangan. Foto: ShutterstockBadan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan kumulatif sepanjang Januari hingga Juni 2025 alias periode semester I 2025 mengalami surplus sebesar USD 19,48 miliar, naik sebesar USD 3,90 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu.Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mengatakan surplus neraca perdagangan selama periode tersebut ditopang oleh surplus komoditas non-migas sebesar USD 28,31 miliar, sementara komoditas migas masih mengalami defisit USD 8,83 miliar."Hingga bulan Juni tahun 2025 ini, neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar USD 19,48 miliar, di mana surplus sepanjang Januari hingga Juni 2025," kata Pudji saat rilis BPS, Jumat (1/8).Pudji merinci sepanjang periode Januari hingga Juni 2025, nilai ekspor Indonesia mencapai USD 135,41 miliar, meningkat 7,70 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024.Sementara nilai impor Indonesia sepanjang Januari hingga Juni 2025 mencapai USD 115,94 miliar, atau meningkat 5,25 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024.Pudji menuturkan, penyumbang surplus neraca perdagangan Indonesia terbesar sepanjang semester I 2025 yakni Amerika Serikat (AS) sebesar USD 8,57 miliar, kemudian India sebesar USD 6,59 miliar, dan Filipina sebesar USD 4,40 miliar."Sedangkan negara penyumbang defisit terdalam adalah Tiongkok sebesar minus USD 9,73 miliar, Singapura sebesar minus USD 3,09 miliar, kemudian Australia sebesar minus USD 2,66 miliar," ungkapnya.Suasana di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Senin (5/2/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparanBerdasarkan komoditasnya, lanjut Pudji, surplus neraca perdagangan pada semester I 2025 didorong oleh komoditas lemak dan minyak hewani atau nabati (HS 15) dengan surplus sebesar USD 15,74 miliar, bahan bakar mineral (HS 27) sebesar USD 13,28 miliar, serta besi dan baja (HS 72) sebesar USD 9,04 miliar.Sementara defisit utama berasal dari komoditas mesin dan peralatan mekanis (HS 84) dengan defisit sebesar USD 13,40 miliar, kemudian mesin dan pelengkapan elektrik (HS 85) defisit USD 5,26 miliar, serta plastik dan barang dari plastik (HS 39) dengan defisit sebesar USD 3,72 miliar.Pudji menjelaskan, surplus perdagangan Indonesia terhadap AS didorong oleh komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85), pakaian dan aksesori rajutan (HS 61), serta alas kaki (HS 64).Kemudian untuk India, surplus terbesar pada komoditas bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewani atau nabati (HS 15), serta besi dan baja (HS 72). Lalu, surplus terbesar terhadap Filipina terjadi pada komoditas kendaraan dan bagiannya (HS 87), bahan bakar mineral (HS 27), serta lemak dan minyak hewani atau nabati (HS 15).Di sisi lain, Pudji juga menyebutkan komoditas penyumbang defisit nonmigas terbesar pada semester I 2025 terhadap China didorong oleh komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84), mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85), serta kendaraan dan bagiannya (HS 87)."Untuk Australia, defisit terbesar adalah pada komoditas serealia atau HS 10, bahan bakar mineral HS 27, dan logam mulia dan perhiasan atau permata HS 71. Berikutnya untuk Brasil, defisit terbesar pada komoditas ampas dan sisa industri makanan HS 23, gula dan kembang gula HS 17, dan kapas HS 52," tutur Pudji.Neraca Perdagangan Juni 2025BPS juga mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2025 mengalami surplus sebesar USD 4,10 miliar. Surplus neraca perdagangan tersebut terjadi selama 62 bulan berturut-turut.Neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2025 ditopang oleh surplus komoditas non-migas sebesar USD 5,22 miliar, dengan komoditas penyumbang surplus utama lemak dan minyak hewani atau nabati (HS 15), bahan bakar mineral (HS 27), serta besi dan baja (HS 72).Sementara itu, neraca perdagangan Juni 2025 untuk komoditas migas tercatat defisit USD 1,11 miliar, dengan komoditas penyumbang defisit adalah minyak mentah dan hasil minyak."Pada Juni 2025, neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar USD 4,10 miliar. Neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus selama 62 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," jelas Pudji.