Ilmuwan Ungkap Jenis Diabetes Baru yang Menyerang Anak Muda di Afrika

Wait 5 sec.

Ilustrasi cek gula darah (Foto: Freepik/Freepik)JAKARTA - Para ilmuwan telah mengidentifikasi bentuk baru dari subtipe diabetes tipe 1 di Afrika Sub-Sahara yang ditemukan pada pasien anak-anak dan dewasa muda keturunan Afrika serta sebagian Amerika.Penelitian ini mengungkap sebagian penderita diabetes tipe 1 di wilayah tersebut ternyata tidak mengalami gangguan yang disebabkan oleh sistem imun, seperti yang umum terjadi pada diabetes tipe 1 konvensional.Penemuan ini berpotensi membuka pendekatan baru dalam mendiagnosis, merawat, dan mengelola penyakit ini di berbagai wilayah.Diabetes tipe 1 merupakan kondisi kronis yang mengganggu kemampuan tubuh dalam memproduksi insulin, hormon penting yang membantu tubuh mengolah glukosa (gula) menjadi energi.Berbeda dengan diabetes tipe 2 yang sering dikaitkan dengan obesitas dan resistensi insulin, diabetes tipe 1 selama ini dianggap sebagai penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel penghasil insulin di pankreas.Namun, penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim ilmuwan internasional menunjukkan adanya bentuk diabetes tipe 1 yang tidak berkaitan dengan gangguan autoimun."Ini adalah studi pertama di beberapa negara Afrika Sub-Sahara yang menggunakan tes laboratorium dan alat genetika yang sama untuk memahami lebih dalam mengenai diabetes tipe 1,” ujar Dana Dabelea, Profesor dan Dekan Riset di Colorado School of Public Health, University of Colorado Anschutz Medical Campus, dikutip dari laman IFL Science."Kami telah melakukan riset serupa di AS dengan kelompok yang berbeda, tetapi yang menarik dari studi ini adalah kemampuan untuk membandingkan hasil antara Afrika dan AS," lanjutnya.Dalam penelitian tersebut, Dabelea dan timnya menganalisis 894 peserta dengan diabetes yang muncul sejak usia muda dari Kamerun, Uganda, dan Afrika Selatan. Mereka kemudian membandingkan hasil dari kelompok ini dengan data dari warga Amerika Serikat yang diperoleh dalam studi sebelumnya.“Ini adalah kesempatan yang sangat unik dan penting untuk mengeksplorasi keanekaragaman diabetes tipe 1 di berbagai negara dan kelompok ras yang hidup dalam lingkungan yang sangat berbeda,” ujar Dabelea.Secara umum, penderita diabetes tipe 1 memiliki penanda di dalam darah yang disebut islet autoantibodies, yang muncul saat sel beta penghasil insulin di pankreas mengalami kerusakan. Kehadiran penanda ini digunakan oleh dokter untuk membedakan diabetes tipe 1 dengan tipe 2 atau bentuk langka lainnya seperti diabetes monogenik.Namun, tim peneliti menemukan bahwa 65 persen penderita diabetes tipe 1 di wilayah Afrika Sub-Sahara tidak memiliki penanda autoimun tersebut."Ini menunjukkan bahwa banyak anak muda di wilayah ini mungkin memiliki bentuk diabetes tipe 1 yang sama sekali berbeda dan bukan disebabkan oleh autoimunitas,” jelas Dabelea.Saat hasil ini dibandingkan dengan data dari Amerika Serikat, ditemukan bahwa sekitar 15 persen peserta berkulit hitam yang didiagnosis dengan diabetes tipe 1 juga tidak memiliki penanda autoimun dan memiliki skor risiko genetik tipe 1 yang rendah.Di sisi lain, peserta berkulit putih yang mengidap diabetes tipe 1 umumnya tetap menunjukkan pola autoimun, meskipun dalam beberapa kasus autoantibodi tidak terdeteksi, namun secara genetik mereka tetap tergolong penderita autoimun.“Identifikasi subtipe diabetes ini di populasi Afrika Sub-Sahara dan pada individu keturunan Afrika di AS menunjukkan kemungkinan adanya hubungan genetik atau leluhur," ujar Dabelea."Temuan ini menekankan pentingnya mempertimbangkan penyebab alternatif dalam kelompok ini, dan pemahaman yang lebih dalam tentang mekanisme dasarnya dapat memberikan wawasan penting bagi strategi pencegahan dan pengobatan di masa depan." lanjutnya.Penelitian ini memberikan bukti kuat diabetes tipe 1 tidak selalu memiliki pola yang sama di seluruh dunia. Ini mengingatkan kita bahwa faktor lingkungan, genetik, dan leluhur dapat membentuk variasi bentuk penyakit, yang penting untuk diperhitungkan dalam pendekatan medis ke depan.