Garuda Boeing 737-800NG. Foto: ShutterstockCEO Danantara, Rosan Roeslani, mengungkapkan Garuda Indonesia baru terima satu unit pesawat dari pembelian 50 unit pesawat Boeing 777, yang merupakan salah satu kesepakatan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS). Kabar tersebut menjadi salah satu berita populer kumparanBISNIS sepanjang Selasa (29/7).Kemudian, terdapat juga berita mengenai pabrik Milik PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY) di Karawang, Jawa Barat, yang resmi menghentikan operasionalnya. Berikut rangkumannya.Garuda Baru Terima 1 Pesawat BoeingRosan menjelaskan bahwa pemesanan 50 unit pesawat Boeing tersebut telah dilakukan sebelum pandemi COVID-19, tetapi hingga kini baru satu unit yang berhasil dikirimkan.“Sebetulnya kesepakatan itu antara Boeing dan Garuda itu sudah ada, sudah ada sebelum COVID. Pembelian 50 pesawat Boeing itu, yang sudah ter-delivery, yang sudah terkirim itu baru 1, jadi 49 yang kurang,” kata Rosan kepada awak media di kantornya, Jakarta, dikutip Rabu (30/7).Rosan menuturkan, pihak Boeing telah menjalin komunikasi dengan manajemen Garuda Indonesia dan pemerintah guna membicarakan kelanjutan pengiriman pesawat. Namun, proses pengiriman lanjutan diprediksi baru akan terealisasi pada 2031 atau 2032.Sambil menanti kedatangan pesawat-pesawat baru, ia mengingatkan agar Garuda dapat mengoptimalkan penggunaan armada yang tersedia. Hal ini penting, mengingat banyak pesawat Garuda maupun Citilink yang saat ini tidak beroperasi akibat kendala teknis.Selain fokus pada perbaikan armada yang ada, Rosan menilai bahwa perencanaan jangka panjang dalam strategi pengadaan pesawat sangat dibutuhkan agar tidak terlambat dalam memenuhi kebutuhan di masa depan.“Yang Boeing ini memang delivery-nya baru tahun 2031, tahun 2032. Jadi masih 6–7 tahun dari sekarang. Nah, kita kan mesti antisipasi. Kalau kita baru mesennya, pesannya misalnya, nanti aja tahun 2030, mungkin datangnya baru berapa tahun lagi,” ujarnya.Lebih lanjut, ia menyebut peluang untuk melakukan renegosiasi terhadap kontrak dengan Boeing tetap terbuka guna memperoleh syarat yang lebih menguntungkan.Pabrik Tekstil di Karawang TutupDalam keterbukaan informasi yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), POLY menyampaikan bahwa produksi pabrik kimia dan serat di Karawang telah dihentikan sementara sejak 1 November 2024.Perseroan menghadapi berbagai tantangan, mulai dari tekanan eksternal seperti kelebihan kapasitas produksi global, kenaikan tarif ekspor ke AS, hingga lonjakan harga bahan baku. Di sisi lain, dari dalam negeri, industri juga menghadapi ketidakpastian regulasi seperti belum jelasnya pelaksanaan bea antidumping dan revisi aturan impor yang dinilai belum mendukung kebutuhan pelaku usaha.“Penghentian produksi sementara yang telah berlangsung lebih dari enam bulan membuat operasional kembali fasilitas unit produksi kami di Karawang menjadi tidak layak secara teknis dan komersial,” kata Corporate Secretary POLY, Tunaryo, dikutip Rabu (30/7).Ia menjelaskan bahwa penutupan ini berdampak langsung pada penurunan penjualan sejumlah produk seperti Polyester Staple Fiber, Polyester Chips, dan Performance Fabrics. Seluruh proses produksi untuk produk-produk tersebut kini telah dihentikan.Sebagai dampaknya, pabrik filamen yarn milik POLY di Kendal yang sebelumnya mendapat pasokan bahan baku dari pabrik Karawang kini mengandalkan pasokan dari pihak ketiga, baik lokal maupun impor.Kondisi ini juga memaksa perusahaan mengambil langkah efisiensi. Sebagian besar karyawan pabrik Karawang terpaksa diberhentikan.“Perseroan telah melakukan PHK atas sebagian besar karyawan pabrik Karawang, mayoritas adalah yang termasuk dalam kelompok Noncor,” ujar Tunaryo.