AI Geser Peran Desainer Interior? Jawabannya Ada di Pameran Ini

Wait 5 sec.

Suasana beberapa pengunjung menikmati pameran INDEX dengan tema "Synced" di Kampus PCU.Di tengah pusaran inovasi yang tak pernah berhenti, dunia desain interior kini dihadapkan pada sebuah fenomena yang mengubah segalanya: Artificial Intelligence atau Akal Imitasi (AI).Fenomena ini bukan hanya tentang algoritma atau rendering otomatis, melainkan tentang bagaimana para desainer menyikapi kolaborasi yang tak terhindarkan dengan teknologi, untuk menciptakan ruang desain yang tak sekadar indah – tetapi juga cerdas, efisien, dan relevan di era digital.Apakah akal imitasi akan menggeser peran desainer, atau justru menjadi sayap baru bagi kreativitas manusia? Pertanyaan inilah yang dijawab oleh Interior Design Department Petra Christian University (PCU) melalui “INDEX”, sebuah pameran tugas akhir dari para mahasiswa.Mengusung tema "Synced", dari kata synchronized yang memiliki arti selaras, terhubung, dan bergerak bersama secara harmonis, INDEX berlangsung di Kampus PCU hingga 3 Agustus 2025.“Lewat tema ini, INDEX hadir sebagai wadah eksplorasi mendalam tentang bagaimana wawasan, pengalaman, dan peluang masa depan bisa bersinergi harmonis dengan kemajuan teknologi, membuka lembaran baru yang akan mendefinisikan kembali peran desainer di era digital,” urai Poppy Firtatwentyna Nilasari, S.T., M.T., selaku Dosen Penanggung Jawab Acara, Jumat (1/8).Winnie Nethania Kumala (baju hitam), mahasiswi Interior Design PCU yang membuat karya furniture interior dengan mendaur ulang sampah plastik.Ruang pamerannya pun, Poppy menyebut, berbentuk ruang imersif yang didesain menggunakan peralatan teknologi seperti LED panel, proyektor, dan menghadirkan storyline yang berkaitan dengan AI.“Pembelajaran tentang AI mulai diterapkan dalam kurikulum baru tahun 2024. Berbentuk mata kuliah wajib, para mahasiswa Interior Design PCU belajar menggunakan teknologi seperti AI, Mixed Reality (MR), dan Augmented Reality (AR) dalam dunia desain interior,” imbuhnya.Lebih dari 35 karya mahasiswa memenuhi ruang pameran. Tak hanya dari mahasiswa PCU saja, beberapa mahasiswa dari kampus mancanegara, seperti University College Sedaya International - Malaysia jurusan Interior Architecture, Universiti Tun Hussein Onn - Malaysia jurusan Furniture Design, dan Assumption University - Thailand jurusan Interior Design juga ikut memamerkan hasil karya kreatif mereka.Salah satu yang menarik perhatian adalah karya dari Winnie Nethania Kumala. Mahasiswi semester akhir itu membuat furniture berupa bench, cabinet, dan private chair dengan mendaur ulang sampah plastik. Karya ini dibuatnya berkat pengalaman magang di Ecollabo8, sebuah perusahaan di Bali yang fokus dalam mendaur ulang sampah plastik menjadi produk yang bernilai tinggi.“Sampah plastik menjadi tantangan besar bagi lingkungan, sehingga perlu ada solusi daur ulang yang inovatif. Mendaur ulang sampah plastik menjadi furniture adalah alternatif berkelanjutan yang meningkatkan fungsi, kenyamanan, dan estetika ruang. Pendekatan ini juga dapat mengubah pandangan banyak orang, membuktikan bahwa bahan daur ulang bisa memiliki kualitas setara dengan bahan yang baru, sekaligus ramah lingkungan,” ungkap Winnie.Sejalan dengan semangat inovasi dan keberlanjutan tersebut, konsep synced dalam pameran tahunan Interior Design PCU ini muncul sebagai respons terhadap pesatnya perkembangan dan penggunaan AI (Artificial Intelligence) dan teknologi lainnya, termasuk dalam bidang desain interior.Dengan demikian, kehadiran INDEX mempertegas komitmen PCU sebagai AI-Native Campus dan memperkuat kampanye AI@PCU: Empowering Future Leaders yang terus digaungkan.