Aplikasi Kencan Tea Dikecam Pengguna dan Digugat akibat Kebocoran Data Pribadi

Wait 5 sec.

Aplikasi Tea, alat pelindung perempuan dalam dunia kencan daring (foto: x @TStartupJourney)JAKARTA - Sebuah aplikasi kencan yang dipromosikan sebagai platform aman bagi perempuan kini menghadapi sorotan tajam dan gugatan hukum. Ini terjadi setelah dua insiden pelanggaran data secara berturut-turut mengungkap informasi pribadi pengguna, termasuk swafoto (selfie) dan percakapan sensitif.Aplikasi bernama Tea, yang sempat viral sebagai alat pelindung perempuan dalam dunia kencan daring, dilaporkan mengalami dua pelanggaran besar yang mengekspos data sangat pribadi milik penggunanya. Data yang bocor meliputi swafoto, dokumen identitas, serta lebih dari satu juta pesan pribadi.Pelanggaran pertama ditemukan pada basis data Firebase yang terbuka dan menyimpan swafoto serta gambar identitas pengguna. Data tersebut kemudian menyebar di berbagai image board daring. Pelanggaran kedua, yang diungkap oleh peneliti keamanan siber Kasra Rahjerdi dan diverifikasi oleh 404 Media, mengungkap basis data berbeda yang memuat isi percakapan pribadi pengguna Tea.Dalam pesan-pesan itu, pengguna membahas topik sensitif seperti aborsi, perselingkuhan, hingga informasi pribadi seperti nomor telepon dan akun media sosial. Meskipun Tea mengklaim sebagai platform anonim, identitas asli pengguna dengan mudah terungkap melalui isi percakapan.Menanggapi insiden pertama, pihak Tea menyatakan bahwa data yang bocor sudah usang dan tidak mempengaruhi pengguna aktif. Namun, pada pelanggaran kedua ditemukan data yang dikirimkan pada minggu yang sama dengan pengungkapan pelanggaran tersebut.Setelah kabar ini dipublikasikan, Tea menonaktifkan fitur pesan langsungnya dan menyatakan telah memulai penyelidikan internal bersama firma keamanan siber eksternal. Mereka juga mengumumkan bahwa pihak berwenang telah dilibatkan.Gugatan Class Action dan Reaksi PenggunaYang membuat situasi makin memburuk, data yang bocor digunakan oleh pihak tak bertanggung jawab untuk membuat situs pemeringkatan wajah, di mana foto pengguna dinilai dan dibandingkan.Hal ini menambah tekanan psikologis bagi para korban. Ironisnya, fitur verifikasi wajah yang diterapkan Tea untuk memastikan hanya perempuan yang dapat mengakses aplikasi justru menjadi bumerang akibat kebocoran ini.Seorang wanita asal California, Griselda Reyes, menggugat Tea melalui gugatan class action, menuduh perusahaan gagal melindungi data pribadi pengguna. Gugatan yang diajukan oleh firma hukum Cole & Van Note, yang dikenal menangani kasus kebocoran data, menyebutkan bahwa insiden ini seharusnya bisa dicegah dan bahwa para korban tidak diberi pemberitahuan langsung.Gugatan ini mencerminkan hilangnya rasa aman dan kepercayaan dari banyak perempuan yang sebelumnya melihat Tea sebagai alternatif aman dalam dunia kencan digital. Firma hukum tersebut juga memprediksi bahwa akan ada lebih banyak gugatan hukum terhadap Tea dalam waktu dekat.Hingga berita ini diturunkan, Tea masih tersedia di App Store iOS, bahkan menempati peringkat pertama dalam kategori “gaya hidup” dan peringkat keempat dalam daftar aplikasi gratis terpopuler.