Populer: Wamenlu Sebut Produk AS Tak Akan Penuhi RI; Oplos Beras Dinilai Lazim

Wait 5 sec.

Presiden AS Donald Trump menampilkan Undang-Undang GENIUS (Mendu dan Menetapkan Inovasi Nasional untuk Undang-Undang Stablecoin AS) usai ditandangani di Ruang Timur Gedung Putih, Washington, DC, Amerika Serikat, Jumat (18/7/2025). Foto: Brendan Smialowski/AFPWakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI, Arif Havas Oegroseno, memastikan tarif 0 persen bagi produk asal Amerika Serikat (AS) tidak akan menyebabkan banjir barang di pasar Indonesia. Kabar tersebut menjadi berita paling populer di kumparanBisnis sepanjang Sabtu (19/7).Kemudian, terdapat juga Ketua Umum Perpadi, Sutarto Alimoeso, yang menegaskan bahwa pencampuran beras tidak selalu berarti tindakan curang atau melanggar hukum yang tak kalah menyita perhatian publik. Berikut ringkasannya:Produk AS Tak Akan Banjiri Pasar RIWakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Arif Havas Oegroseno menjawab pertanyaan wartawan saat ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (8/7/2025). Foto: Luthfi Humam/kumparanWamenlu Havas menyatakan bahwa kekhawatiran tarif 0 persen bagi produk AS yang masuk ke Indonesia tidak perlu dibesar-besarkan karena secara faktual, barang-barang produksi AS jarang ditemukan di pasar RI.“Kalau ada yang bilang barang Amerika bakal masuk 0 persen, ya saya tanya balik, barang Amerika yang mana? Sepatu, baju, handphone, itu semua made in China, bukan made in USA,” kata Havas double check Gempita dan PCO di Beltway Office Park, Jakarta, dikutip Minggu (20/7).Havas menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke AS, di mana ia mengaku kesulitan menemukan produk yang benar-benar dibuat di negara tersebut, bahkan di toko suvenir.Ia pun menilai kekhawatiran mengenai produk Amerika yang akan membanjiri pasar Indonesia terlalu dibesar-besarkan, karena akses penuh bagi produk AS tidak otomatis berarti akan terjadi lonjakan impor. Faktor harga tetap jadi penentu utama.Kemudian, Havas menanggapi kekhawatiran beberapa akademisi soal potensi kecemburuan dagang akibat tarif nol. Katanya, dalam diplomasi dagang, keputusan didasarkan pada kepentingan masing-masing negara, bukan perasaan.Ketum Perpadi Sebut Tidak Semua Oplos Beras Itu CurangBeras yang dijual di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Jakarta Timur, Sabtu (19/7/2025). Foto: Widya Islamiati/kumparanKetum Perpadi, Sutarto, memandang istilah oplosan kerap diasosiasikan secara negatif, meski kenyataannya tidak semua pencampuran bertujuan merugikan konsumen.“Oplosan beras itu nampaknya diartikan pasti jelek, ya. Padahal sebenarnya oplosan itu kan ‘pencampuran’. Dicampur itu ada yang memang tujuannya baik, ada yang memang mungkin tujuannya jelek,” jelas Sutarto saat dihubungi kumparan, dikutip Minggu (20/7).Ia menambahkan bahwa pencampuran beras sudah lazim terjadi dalam praktik industri karena petani di suatu wilayah biasanya menanam berbagai varietas padi. “Misalnya di satu desa atau satu kecamatan itu semua sama nanam, misalnya IR64 semua IR64, satu Cianjur semua Cianjur gitu enggak. Jadi ada yang nanem IR64, ada yang nanem Inpari 32, ada yang nanem Legowo. Jadi macam-macam,” ujarnya.Dalam penjelasannya, Sutarto mengatakan bahwa proses penggilingan beras menghasilkan beberapa kategori, seperti beras utuh, beras pecah, dan menir. Ia menyebut bahwa untuk memenuhi standar beras premium sesuai aturan Bapanas, beras dapat dicampur kembali agar kadar broken-nya maksimal 15 persen. Menurutnya, pelanggaran terjadi jika beras dengan kadar pecah melebihi batas tetap dijual dengan label premium.Ia pun menyoroti kemungkinan adanya praktik mencampur beras komersial dengan beras program pemerintah seperti SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan). Jika itu terjadi, menurutnya, merupakan pelanggaran serius.Sutarto menilai masalah utama bukan pada pencampuran beras, melainkan ketimpangan antara harga gabah yang naik jadi Rp 6.500 per kg dan HET beras medium yang masih Rp 12.500 per kg.