Suasana toko-toko yang terpantau tutup di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Jakarta Timur, Sabtu (19/7/2025). Foto: Widya Islamiati/kumparanPedagang beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) membeberkan pasar beras terbesar di Jakarta itu sudah sepi sejak seminggu terakhir, tepatnya sejak isu beras oplosan ramai. Pedagang beras sekaligus Ketua Koperasi Pedagang Pasar Induk Beras Cipinang (KPPIBC), Zulkifli Rasyid mengatakan toko-toko tersebut tutup sebab ketakutan oleh ancaman pidana bagi pedagang yang menjual beras di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang diutarakan oleh Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman.“Yang pertama, gara-gara isu beras ini, Mentan Amran mengatakan kami pedagang tidak boleh menjual beras di atas HET,” kata Zulkifli kepada kumparan saat ditemui di tokonya, di PIBC, Jakarta Timur, Sabtu (19/7).HET beras diatur dalam Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 5 tahun 2024 tentang Perubahan atas Perbadan Nomor 7 tahun 2023 tentang HET Beras. Dalam beleid ini, beras medium dibanderol Rp 12.500 per kg dan beras premium Rp 14.900 per kg untuk wilayah Jawa, Lampung dan Sumatra Selatan.Ketua Koperasi Pedagang Pasar Induk Beras Cipinang (KPPIBC), Zulkifli Rasyid di PIBC, Jakarta Timur, Sabtu (19/7/2025). Foto: Widya Islamiati/kumparanSementara, Zulkifli mengaku mendapatkan pasokan beras dari penggilingan dengan harga Rp 13.400 sampai Rp 13.800 per kg untuk kualitas medium dan Rp 14.500 sampai Rp 16.000 untuk kualitas premium. Selisih harga ini membuat pedagang sulit menjual beras sesuai HET.Kepada kumparan, Zulkifli memperlihatkan pesan singkat dari produsen juga penggilingan beras yang menawarkan dia untuk membeli beras kualitas medium seharga Rp 13.600 dan Rp 13.800 per kg. Zulkifli juga mengaku pedagang di PIBC tidak pernah melakukan pengoplosan beras seperti yang disebutkan oleh pemerintah. Menurutnya, pedagang tidak pernah mengoplos beras yang berbeda kualitas dan menjualnya dengan kualitas tertinggi untuk mengambil keuntungan. Karenanya, dia heran dengan kategori pengoplosan beras yang dimaksud pemerintah. Pekerja menunjukkan beras yang dijual di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Jakarta Timur, Sabtu (19/7/2025). Foto: Widya Islamiati/kumparan“Lalu kategori pengoplosan itu apa? Kalau pengoplosan itu kalau medium sama premium, dia enggak sama. Kalau beras sejenis, dari nenek moyang sampai sekarang itu, sudah oplos,” imbuhnya.Dia kemudian mencontohkan mencampur dua jenis beras lokal yang masuk dalam kategori beras premium, sebab memiliki patahan atau broken sesuai dengan ketentuan beras premium. Tujuan pencampuran dua jenis beras lokal ini adalah untuk menciptakan rasa yang lebih enak atas permintaan pelanggan.“Misalnya beras ini IR64 Bandung, namanya saigon rasanya pulen. Lalu ada beras IR42, beras lokal juga yang rasanya pera. Jadi dua beras ini dioplos berdasarkan permintaan konsumen, lalu dikirim ke rumah makan padang. Jadi pengoplos itu enggak semata-mata untuk mencari untung, tapi menciptakan rasa yang disukai oleh konsumen kami,” jelasnya.Dia memahami mencampurkan beras medium dengan premium kemudian menjualnya dengan harga premium adalah kecurangan dan dilarang pemerintah. Tapi Zulkifli menegaskan pedagang di PIBC tidak melakukan hal tersebut.Sayangnya, kata dia, isu pengoplosan dan ancaman bagi pedagang yang menjual beras di atas HET kini telah membuat sebagian pedagang memilih menutup tokonya. Dampaknya adalah ribuan buruh harian lepas seperti tukang angkut yang kehilangan pekerjaan.Beras yang dijual di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Jakarta Timur, Sabtu (19/7/2025). Foto: Widya Islamiati/kumparan“Ini ribuan orang dari kampung (buruh harian lepas), dia enggak kerja sudah seminggu, karena toko gak buka. Karena kami takut dagang, karena kami diancam, mau dipenjarain, kalau mau oplos, tapi pengoplosan itu kami ceritakan, sebenarnya seperti ini,” jelasnya.Saat kumparan berbincang di dekat toko Zulkifli yang bersebrangan dengan warung nasi, terdengar ada buruh harian lepas yang tengah bernegosiasi dengan penjual nasi. Buruh tersebut berniat untuk berhutang makan dan berjanji akan membayarnya kala mendapatkan bayaran dari pedagang beras. Akan tetapi, mereka enggan diwawancarai.